1. MOS☀️

58 14 0
                                    

'Kata orang-orang' bukanlah jaminan jika fakta yang terjadi memang seperti itu.

-Jakarta, Juli 2017

🍃

Cahaya POV•

°•°•°❤°•°•°

Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Setelah perkenalan oleh beberapa guru, tibalah masa paling tidak masuk akal untuk para siswa baru. Aku tidak tahu, tapi nampaknya hal ini sudah jadi semacam adat istiadat di masa-masa sekolah. Senior yang mengerjai junior. Dengan hal-hal yang bikin junior menghela napas pasrah, dan beberapa bahkan menyimpan dendam pembalasan. Mungkin itu juga yang dialami para anggota Osis-MPK, mereka masuk organisasi semacam ini bukan hanya karena ingin aktif. Tapi juga sebagai media penyaluran balas dendam karena sudah dijaili habis-habisan waktu masih junior. Entahlah, i don't know. Aku hanya berasumsi, bisa jadi begitu 'kan?

Baiklah,,
Kita lupakan asumsi tak jelasku. Bantulah aku yang sedang berpikir ini.

Setiap anak diberikan satu kertas bertuliskan nama senior. Tapi sungguh tak terduga, kupikir hanya nama yang tertera di sana. Sudah cukup mencari nama senior dengan nametag mereka yang saling ditukarkan satu sama lain. Belum lagi akan hukuman atau syarat-syarat tidak logis yang mereka berikan nantinya. Kenapa lagi harus ditambah kertas kecil yang ukurannya tidak ada lima senti ini?

Inginku merobek-robek kertas ini. Sangat menyebalkan sekali isinya. Biar aku beri tahu isi kertas sialan ini,

'Bukan merah, bukan putih. Tapi aku ada di tiang bendera.'

Hanya itu. Coba katakan, apa bisa aku mengerti dengan hal seperti ini?

Aku bukanlah tipe orang yang peka dengan hal semacam kode-mengode. Jadi jangan salahkan aku jika aku tidak mengerti sedikitpun maksud dari apa yang tertera di kertas ini. Sedari tadi aku hanya berdiri di depan tiang bendera. Tidak ada siapapun di sana. Dan aku hanya memandangi tiang bendera dari atas ke bawah. Mencoba meneliti apa maksud dari kalimat absurd di dalam kertas ini.

Semua anak sedang sibuk dengan masalah mereka masing-masing. Aku semakin tidak mampu berpikir ketika melihat alah satu atau salah dua anak yang sudah menyelesaikan tugas ini. Aduh bagaimana ini, what should i do??

Eh itu Tasya, anak sekelasku. Aku langsung bergegas menghampirinya karena aku melihatnya seperti tiada beban. Sepertinya dia sudah selesai,

"Sya," panggilku seraya menghampirinya.

"Eh, Cahaya ada apa?" tanyanya.

"ini, mau nanya dong. Tau maksudnya nggak?" aku menyodorkan kertas putih itu.

"Ih, beda Ya. Punyaku gini," Tasya menyodorkan kertasnya padaku.

Aku meraihnya dan membaca isi kertas itu.

"Mawar Merah untuk boy, berkacamata dengan huruf pertama K" aku membacanya bersuara.

Hei macam apa ini? Intruksinya jelas banget.

"Kamu udah nemu?" tanyaku

"Udah dong. Ini mawarnya gue beli di depan, sama senior yang namanya K untuk cowok berkacamata cuma Kak Kevin." jelasnya dengan senyum pepsodent. Aku tersenyum, lebih karena keterpaksaan dan miris meratapi nasibku.

Sialan.

Kenapa begini banget nasibku ini?

Aku menyerahkan kembali kertas milik Tasya dan Tasya pun beranjak pergi. Aku menghela napas pasrah. Yaudahlah, gak apa-apa kena hukuman.

' Eits, nggak boleh nyerah dulu dong! Ya kalau yang kena hukuman aku doang. Kalau yang kena satu angkatan gimana? Tidak. Kamu harus berusaha Cahaya. Semangat!' -batinku menyemangati.

Aku langsung berlari menuju mading wawasan geografi. Sesampainya di sana, sudah seperti dugaanku. Ada gambar bendera-bendera di seluruh dunia. Aku mulai mencari bendera-bendera negara yang tidak ada warna merah atau putihnya. Ternyata sangat banyak. Aku semakin bingung, kalau sebanyak ini apa bisa otakku yang pas-pasan menghapalnya? Lagi pula ini juga masih berupa hipotesis. Masih berupa dugaan, dan belum tentu yang dimaksud itu. Bagaimana jika yang dimaksud adalah bendera negara lain yang ada warna merah dan putihnya? Bisa saja kan? Atau bahkan bukan dua-duanya?

Aku terduduk di depan mading.

Stuck!

Aku kembali memandangi kertas putih di tanganku.

Bukan merah

Bukan putih

Tapi ada di tiang bendera.

Aku kembali memandang tiang bendera dari tempatku terduduk.

Bukan merah,

Bukan putih.

Tapi aku ada di tiang bendera.

Tapi AKU ada di tiang bendera.

Siapa aku? Apa 'aku' adalah seseorang? Ataukah 'aku' adalah sebuah benda?

Bukan merah,

Bukan putih

Tapi aku ada di tiang bendera.

Ada dua tiang bendera di sekolah ini. Di lapangan utama, dan di depan halaman utama sekolah!

Pasti ada sesuatu di tiang bendera. Ya. Pasti ada. Aku berlari menuju lapangan bendera. Pertama, aku menuju tiang bendera di lapangan utama. Aku merenggangkan tali bendera, kulihat tidak ada apapun dan tidak ada yang jatuh. Berarti bukan di sini.

Aku segera menuju ke halaman depan, dan langsung menemui kertas berwarna pink di tempat mengikat tali bendera. Aku memekik senang, dan langsung mengambilnya. Aku membukanya,

'Hahah Zonk! Kasihan deh Lo'

Aku langsung meremat kertas itu dan melemparnya kesal.

"Aduh" suara seseirang membuat mataku terbelalak. Gawat!

SENIOR!

Parah lagi kakak osis paling galak lagi!

Aku ulangi,

Kakak OSIS

Tambahan lagi,

Paling galak.

Ingat itu!

Paling Galak!

Aku terpaku di tempat dan tak berani menoleh ke arahnya. Aku bisa mendengar langkah seseorang mendekat. Dan tiba-tiba sebuah tangan khas cowok-cowok yang manly sudah bertengger di bahu kiriku. Membuat jantungku seketika terasa copot. Mati aku!

◼️🔸◼️


Mohon berikan vote jika anda mendukung cerita ini berlanjut ❤

Thanks, hope you healt and well

-AxVall🌻

CANDELA - [Satuan Cahaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang