Caesar berjalan teramat cepat masuk rumah tanpa mengangkut dulu belanjaan milik istrinya di luar. Hatinya memanas, tatkala ingat bertemu Daniel tadi di supermarket. Mata Baby fokus dan tak mau berkedip melihat mantannya. Ia sadar betul jika cinta Baby belum sepenuhnya beralih kepadanya.Tapi harusnya sang istri memahami bahwa mereka telah menikah, dan berjanji sehidup semati di hadapan Tuhan."Yang..." panggil Baby sembari mengikuti langkah lebar suaminya yang terlihat menyimpan amarah. Sebelum masuk kamar, untungnya tangan Caesar berhasil Baby pegang.
"Kenapa? Kamu masih mau lihat Daniel? Kamu masih cinta sama dia kan?" pertanyaan dalam mode jutek itu sanggup menohok relung hati Baby. Cintanya tak sebesar dahulu, kini ia lebih mencintai sang suami tapi dengan bodohnya Baby merusak segalanya, hanya karena secara tak sengaja bertemu Daniel.
"Bukan gitu..." Caesar mendesis, ia mencoba melepas pegangan tangan istrinya namun sorot mata memohon Baby, menciptakan iba walau sesaat.
"Terus kenapa kamu tadi ngelihatin Daniel terus?"
"Aku bukan liatin Daniel tapi perempuan muda yang ada di sampingnya." Benar, Baby berkata jujur. Wajah polos perempuan yang bernama Nawang sangat mengganggu pikiran. Wajah itu mengingatkannya dengan seseorang.
"Kamu cemburu?"
"Bukan... dengerin sampai selesai aku ngomongnya." Gaya merajuk Baby yang sudah ditolak pria manapun. Caesar langsung luluh, dan mengamati permukaan wajah istrinya dengan serius. "Wajah gadis itu mirip banget ama Kak Becca, kakakku."
"Orang di dunia ini mirip ada 7. Bisa aja mereka cuma kebetulan mirip."
Kebetulan tapi ada kemungkinan lain yang Baby curigai. Mirip kalau mereka seumuran, namun jarak usia mereka jauh berbeda sepertinya. "Tapi perempuan yang Daniel bawa tadi umurnya kira-kira berapa ya?" Tebakan Baby sih di bawah dua puluh tahun. Aneh si Daniel kini malah gemar daun muda.
"Kamu tanyain sama Daniel sana!!" Baby kalang kabut saat melihat suaminya berbalik masuk kamar lalu menutup pintu dengan keras. Kenapa sih otaknya bekerja terlalu lemot, hingga tak pernah berpikir dulu sebelum bicara.
Sedang Daniel sendiri malah menyembunyikan diri di dalam selimut. Ia menggigil kedinginan karena kehujanan tadi. Maklum memasuki usia matang, mungkin tulang serta Raganya sedikit demi sedikit tergerus penyakit hingga mempengaruhi kekebalan tubuh.
Di sampingnya ada sang bunda yang baru saja melepas termometer yang Daniel gigit. "40 derajat," ucapnya di sertai nafas lelah. Pasalnya Daniel kalau sakit manjanya naudzubillah. Tak akan mau di tinggal, selalu mengigau dan juga mengeluh sakit sekujur tubuh. "Di minum obat penurun panasnya, kalau belum sembuh. Besok kita ke dokter."
Daniel mengangguk lemas, ia menelan pil yang ibunya beri lalu meneguk segelas air. Sakit itu tak enak, apalagi terserang demam. Nafasnya panas, tubuhnya menggigil dan juga matanya susah untuk di buka. Widuri malah bersyukur jika setelah ini putranya tertidur. Ia bisa istirahat sebentar di kamar tapi jika Daniel nanti tengah malam terbangun bagaimana.
"Wang?" panggilnya kepada Nawang yang membawa sebaskom air panas serta kain kompresan.
"Iya buk?"
"Kamu malam ini, jaga Daniel ya?" Permintaan yang sulit diiyakan, tapi ketika melihat Widuri yang memegang pinggang, dan memijit lengan. Nawang akan sangat keterlaluan jika menolak permintaan majikannya. "Saya gak kuat kalau harus begadang."
"Iya buk, tapi Mas Danielnya udah tidur?"
"Udah baru aja. Kamu bisa jagain dia sambil duduk di sofa panjang."
Nawang cuma mengangguk patuh, syukurlah kalau tuannya sudah tidur. Jika masih terjaga, Nawang yakin akan kewalahan. Saat sadar Daniel sangat menyebalkan, lantas kalau sakit pasti lebih memuakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My upik babu
ChickLitDari dua sahabat sejatinya Juna dan Ale, hanya Daniel Darmawan Johnson yang belum punya pasangan. Putus setelah menjalin cinta lama tak membuatnya jera. Ia malah seolah jadi laki-laki single paling most wanted karena kedua saingannya sudah di kandan...