Part 9

231 32 7
                                    

Bunga tenggelam dalam hempasan ombak yang mengenai batu karang. Dia tenggelam cukup lama oleh pemandangan itu hingga sebuah suara berat yang cukup dia kenal menariknya dari pemandangan indah di tepi pantai sana.
"Selamat Pagi Pak." Sapa Bunga seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua. Adam duduk dengan pandangan yang sangat menusuk bagi Bunga. "Kau sarapan dimana tadi? Apa kau menghindariku?"

"Aku sarapan di kamar, tenang saja. Aku menyiapkan semua persentasi kita kepada pihak Derson. Kau tahu bukan mereka itu perusahaan yang besar. Jadi aku ingin kita mulai meeting ini dengan sempurna." Adam ingin menjawab namun suara dari belakang mereka menghentikannya. "Selamat Pagi Pak Adam dan Bu Bunga." Adam serta Bunga berdiri menyambut seorang Pria muda seumuran dengan mereka. Jabat tangan dimulai lalu mereka duduk bersama. "Ah ya, maafkan kalau atasan saya terlambat. Dia baru tiba hari ini dari London, maafkan karena kesibukan nya."

"Tidak masalah Pak Leo," jawab Adam ramah. Bunga tanpa sengaja menatap sebuah bola mata yang sangat sempurna. Mata elang yang tajam, bulu mata lentik dan rahang kokoh menjadi penyempurna pemilik wajah itu. Senyum dari Pria itu membuat Bunga mengedipkan mata berkali-kali. "Maaf saya terlambat, baiklah kita mulai sekarang saja." Ucap Pria yang masih menatap intens Bunga itu.

"Bunga Ayo," ucap Adam membuat Bunga terkejut. "Ah iya Pak. Maaf." Pria yang baru berjabat tangan dengan Adam itu berjabat tangan dengan Bunga. "I'm Bunga Sir."

"Oh hai Bu_ng_a," ucap nya lucu. "I'm Efrain."

Mereka berjabat tangan dan sekilas Adam bisa melihat ada ketertarikan di mata Efrain untuk Bunga yang seketika membuat Adam tidak tenang sepanjang berjalan nya meeting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berjabat tangan dan sekilas Adam bisa melihat ada ketertarikan di mata Efrain untuk Bunga yang seketika membuat Adam tidak tenang sepanjang berjalan nya meeting.

Bunga menjelaskan dengan sangat detail dan terperinci tentang pembangunan Resort berbintang tujuh yang akan mereka garap di Bintan. Dengan keindahan laut serta tepi pantai di Bintan mereka sangat yakin kalau resort dengan desain tropis dan kamar bawah laut akan menjadi daya tarik tersendiri.

"Oke I'm understand and I agree. We can't meet at another time." Afrain menandatangani file di ipad yang disodorkan Leo lalu memberikannya kepada Adam. Lalu sebuah seringai nakal dia berikan kepada Bunga membuat Bunga heran. Ingin mendelik tapi dia masih sadar ini meeting.

"Karena Mr.Derson sudah setuju kita akan mulai proses nya mulai di Jakarta dengan penandatanganan kerjasama. Lalu kita akan mulai proyek ini." Afrain berdiri berpamitan dengan Adam. "Senang bekerjasama dengan anda dan selamat atas pernikahan nya."

"Terimakasih Mr. Derson." Afrain pergi diikuti beberapa orangnya yang menunggu  sementara Leo tetap disana bersama Adam dan Bunga. "Bu Bunga ada titipan dari Sir Afrain. Bunga melihat sebuah kartu nama lalu dia mengangguk kikuk di hadapan Leo. "Jangan khawatir mungkin Afrain kelihatan tidak meyakinkan, tapi percayalah semua proyek dalam pengurusannya selalu berhasil dan maksimal. Dia cukup teliti di balik sikap santai nya itu."

"Anda begitu mengenalnya Pak Leo?" tanya Bunga.

"Tentu saja. Dia bos juga saudara yang kadang menjengkelkan." Leo tersenyum membuat Adam dan Bunga mengangguk.

Pertemuan itu pun berakhir setelah Leo pergi, Bunga ingin pergi tapi tangannya ditahan Adam. "Mau kemana?"

"Apa sih Dam, kamu kenapa jadi mengerikan seperti ini." Bunga menarik tangannya paksa tapi Adam tidak menyerah dia terus mengikuti Bunga dari belakang menuju kamar Bunga hingga Sofia menghentikan aksi mereka berdua. "Ah untungnya istri kamu disini."

"Bunga dengar apa kamu mau menghubungi Afrain itu? Apa kamu mau pergi ke kamarnya." Bunga berbalik dan menampar keras Adam. "Jangan kelewatan kamu. Aku begini karena kamu, karena perasaan ini menyiksa aku. Bisakah kamu berpikir dengan baik apa yang aku inginkan."

Sofia melihat raut kecewa dimata Bunga disentuhnya lengan Bunga dan ikut masuk kedalam kamar Bunga, meninggalkan Adam yang mengumpat setelah pintu tertutup. Bunga duduk di hujung tempat tidur, menciptakan ketenangan dengan indah alunan tarikan napasnya. Tidak sedikitpun dia berpikir tentang Afrain. Dia hanya lelah menentukan jalan yang harus dia pilih. Dia dan Adam.

Bunga teringat akan Sofia yang masih berdiri di dekatnya. "Mau apa kamu kesini? Lebih baik kamu menghibur Adam."

"Bunga boleh aku bertanya?" Bunga mengangguk sambil membuka blazer yang dia kenakan. "Apa alasan kamu tidak ingin menjadi istri kedua Adam. Apa itu karena aku?"

Bibir semerah delima itu tertarik ke atas, menatap penuh percaya diri kelawan bicaranya namun tidak mengintimidasi. "Kamu mungkin bisa berlapang dada membagi Pria yang kau cintai untuk wanita lain namun aku tidak Sofia. Bukan hanya karena wanita itu kamu, mau siapapun wanita itu aku tetap tidak bisa." Bunga kembali duduk mengangkat bahu nya ringan lalu tersenyum sendiri.

"Kamu tahu aku memang sangat egois, memaksa Adam memilih antara kamu atau aku. Tapi aku siap dengan semua konsekuensi yang akan Adam katakan, jika dia tetap memilih mu maka aku akan pergi. Aku tidak bisa membagi Adam Sofia, dan aku memutuskan membiarkan nya memilih. Maaf jika ini akan menyakitimu, tapi inilah aku Sofia. Lebih baik kau berusaha mengambil hatinya, tidak usah memperdulikanku. Aku tidak akan melakukan apapun sampai akhirnya Adam memilih. Kamu__ atau Aku."

"Kalau begitu bisa aku meminta menjadi teman mu?" tanya Sofia membuat Bunga tertawa. "Kau bilang apa? Kita tidak akan bisa berteman Sofia. Aku meminta mu menjadi rival ku, maka rebutlah hati Adam. Dengan begitu aku tidak akan merasa menyakitimu jika nanti Adam memilihku." Bunga masih menahan tawa nya atas permintaan Sofia.

"Maafkan aku," Bunga memegang ke dua bahu Sofia. "Sekarang keluarlah dari kamar ku, Adam pasti membutuhkan seorang teman untuk berbagi. Kau bisa mengambil kesempatan itu." Bunga mengajak tubuh kecil Sofia meninggalkan kamar nya. Dia juga butuh waktu sendiri. Mungkin tidur adalah cara terbaik bagi Bunga melepaskan rasa lelah nya.

Sofia yang berjalan gontai menuju tepi pantai di resort itu terus memikirkan apa yang dikatakan Bunga. Jika Bunga jahat wanita itu tidak akan memberikannya kesempatan untuk bersama dengan Adam, tapi yang Bunga katakan tadi malah sebaliknya. Dia menyuruh Sofia untuk menemani Adam.

Apa maksud Bunga sebenarnya? Bunga tidak terlihat menyerah, lalu apa?

Bersambung....

Maaf ya baru nongol disini 💋💋

Mengurai RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang