Kacamata hitam membuat penampilan Adam semakin sempurna. Sofia yang berjalan disebelahnya hanya bisa mengamati penampilan suaminya itu dalam diam. Dia bahagia karena hari ini dia dan Adam akan pergi ke Pulau Dewata. Mereka hanya berdua pergi bersama, tanpa adanya Bunga yang ikut bersama mereka.
Tapi sepertinya sama saja, lihat sekarang Adam sedang duduk di bangku tunggu sambil terus mencoba menghubungi Bunga. Adam terlihat sangat gelisah karena Bunga tidak kunjung mengangkat telponnya.
"Mas, mungkin Bunga masih tidur." Adam melirik Sofia sekilas lalu memasukan ponselnya kedalam saku. "Apa yang akan kita lakukan di Bali sana Sofia? Aku sama sekali tidak punya niat mengkhianati Bunga." Lagi Sofia harus menelan pil pahit akibat kisah belum usai antara suami dan kekasihnya.
"Aku tidak minta Mas untuk mengkhianati Bunga. Kita bisa saling mengenal satu sama lain nanti di Bali. Setidaknya ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita. Jika memang Mas tidak berniat menceraikan ku." Apa yang dikatakan Sofia malah semakin membuat tarikan napas Adam semakin berat.
Satu sisi dia tidak bisa menceraikan Sofia itu benar. Dan satu sisi lagi dia tidak bisa melepaskan Bunga. Kekasihnya, pujaan hati yang sangat dia cintai.
"Maafkan kehadiran ku dalam hidup kamu dan Bunga. Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa terlibat di tengah cinta kalian. Tapi sungguh Mas aku sama sekali tidak membenci Bunga.""Aku tahu," jawab Adam. Dia tahu seperti apa Sofia. Dia adalah wanita lemah lembut dan selalu taat beribadah. Selalu mengingatkan Adam akan perintah Allah. Sofia adalah sosok istri yang sempurna. Namun bagaimana jika hatinya lebih memilih Bunga, wanita riang dan selalu memberikan rasa hangat kepada setiap orang yang dekat dengannya. Bunga seperti lampion bagi Adam, seperti morfin yang bisa menenangkan nya sekaligus membuatnya kecanduan tanpa sengaja.
Masalah hati memang sulit. Kau tidak akan mampu memecahkannya dengan rumus matematika ataupun fisika. Hatinya entah kenapa hanya tertuju untuk Bunga meski disampingnya ada wanita yang sangat baik.
"Aku akan mencoba menelpon Bunga lagi." Adam berdiri meninggalkan Sofia yang menatap punggung kokoh itu.
Sementara Adam seperti sangat lega mendengar suara di sebrang sana yang mengangkat telponnya.Sofia tanpa sadar ikut tersenyum melihat seulas senyuman terbit di wajah Adam. Dia bahagia jika Adam bahagia. Sofia sangat tahu isi hatinya tapi dia tidak akan mengatakannya kepada Adam sekarang. Nanti jika semua sudah mulai membaik maka dia akan mengatakan kepada Adam kalau dia sudah jatuh cinta pada pria itu.
*****
Bunga yang baru mengantarkan sahabatnya itu ke Bandara melihat kalau Adam dan Sofia turun dari mobil bersama namun dia memilih untuk pura-pura tidak tahu. Bunga menahan dirinya untuk mencegah Adam pergi bersama istrinya itu, dan berhasil.
"Gue antar loe sampai sini aja ya. Sorry banget gue buru-buru soalnya ada kerjaan."
"Eh Nga, loe kebiasaan ish.." umpat sahabat Bunga itu kesal.
Bunga masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobil itu dengan tenang sambil dia mencoba menahan debaran dihatinya. Bunga menepikan mobil saat Adam kembali menelponnya.
"Ya Adam," jawab Bunga dengan tenang.
"Kenapa lama sekali mengangkat telpon ku?"
"Maaf, aku baru bangun. Ada apa?"
"Aku akan pergi pagi ini."
"Baguslah, selamat bersenang-senang. Jangan khawatirkan aku karena aku akan baik-baik saja."
"Kau tidak marah?"
"Apa ada untungnya jika aku marah."
"Bunga aku mencintai mu. Sangat."
"Aku tahu," jawab Bunga menutup telpon itu sepihak. Dia tidak lagi sanggup mendengar suara Adam. Bunga menundukkan kepalanya lalu bersandar pada stir mobil.
Adam pasti akan menikmati waktunya bersama Sofia pikir Bunga. Dan dia hanya bisa menangisi nasibnya lagi.
Bunga melanjutkan perjalanannya kembali ke apartement tempat ternyamannya. Besok baru dia akan ke kantor untuk membereskan pekerjaan Adam juga dirinya.
Setelah itu Bunga akan pergi untuk selama-lamanya. Dia akan mengurus surat pengunduran diri dari perusahaan Adam lalu mencoba peruntungan di luar Negri.Tbc 🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengurai Rasa
RomancePatah hati, ketika kekasih menikah dengan orang lain itu pasti. Bunga Humaira, wanita berparas ayu itu memaksa mengukir takdirnya sendiri. Sakit di hatinya tidak akan ada yang bisa merasakan, di tinggal menikah setelah enam tahun menjalin tali asma...