09

32 6 0
                                    

Esok paginya, seperti biasanya Sohye pergi ke sekolah. Sejak kemarin Tzuyu meyakin Sohye bahwa kakaknya pasti baik-baik saja. Sampai di sekolah, Sohye yang tadinya murung menjadi murah senyum, dia tidak ingin teman-temannya khawatir karena kesedihannya.

Tiba di depan kelas, seseorang sedang duduk di salah satu kursi sambik mendengarkan musik dengan earphone. Yang ditatap menyadari ada yang melihatnya, dia langsung memalingkan wajah dan melihat Sohye tersenyum padanya.

"Hai, Sohye. Selamat pagi!" sapanya sambil berdiri.

"Pagi juga, Jihoon. Kelihatannya kau sangat menikmatinya ya." ucap Sohye. Jihoon tertawa kecil.

"Sohye, apa kamu baik-baik saja? Matamu kenapa merah seperti itu?" tanya Jihoon, dengan nada khawatir.

"Ah, ini. Aku baik-baik saja. Hanya tadi malam aku menonton drakor dan berakhir dengan sad ending. Aku terbawa suasana hingga aku jadinya menangis." kata Sohye sambil tersenyum kecil.
Jihoon hanya ber-oh panjang dan mengangguk.

Tapi apa yang dikatakan, belum tentu itu adalah kebenaran. Karena yang dikatan Sohye hanyalah karangan agar temannya tidak banyak bertanya dan mengkhawatirkannya.

Teng! Teng! Teng!

Bel sekolah sudah berbunyi, semua murid memasuki kelasnya dan duduk ditempatnya masing-masing.

🌟🌟🌟

Jam istirahat ke-2
Brak! Sohye yang duduk sambil membaca kaget ada yang menggebrak mejanya. Dia mendongak dan melihat sebuah wajah yang sudah terlihat kesal.

"Ikut gue ke atap. SEKARANG!" ucap Woojin dengan tegas. Sohye tidak bisa menolak karena terlalu takut. Seluruh kelas melihat mereka berdua dan berbisik-bisik. Sohye mulai gelisah sambil meremas tangannya dan berjalan dibelakang Woojin.

Sampai diatap, Sohye menunduk dan Woojin masih terus menatapnya dengan tajam.

"Hey, angkat kepala lo kalo gue lagi ngomong. Jangan nunduk." ucap Woojin.

"A...a...aku tidak bisa. A...aku..." ucap Sohye dengan gagap. Woojin berbalik sebentar sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Lalu dia maju menghampiri Sohye, sementara Sohye terus mundur hingga membentur pagar yang ada dibelakangnya. Dia menengok ke belakang dan baru menyadari bahwa dia sekarang ada di atap gedung lantai tiga.

"Astaga, bagaimana ini? Aku tidak ingin mati muda." batin Sohye.

Woojin yang sudah dekat dihadapannya langsung mencengkram pagar disebelah kiri Sohye, lalu mendekatkan wajahnya dengan tatapan yang masih kesal dan tajam.

"Kenapa...?" tanya Woojin yang menggantung. Sohye masih menunduk dan memegang erat tangannya yang bergetar.

"Kenapa tadi pagi lo ga dirumah? Hah!?" tanya Woojin dengan sedikit berteriak. Sohye masih takut sekaligus bingung, dia memberanikan diri untuk bicara.

"Te...Tentu saja aku berangkat sekolah. Kenapa kau bertanya?"

"Eh, lo pikun ya? Lo harusnya beeangkat sama gue, gara-gara lo gue dimarahin nyokap gue karna telat jemput lo dan gue ga dikasih uang jajan."

"Ma..maafkan aku, aku benar-benar lupa. Karena tadi kak Tzuyu sudah mendesakku untuk berangkat bersamanya. Kumohon maafkan aku."

"Haah..." Woojin melepas cengkramannya dan mundur selangkah, memasukkan tangannya ke saku celana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sadness in a Smile [Sohye] (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang