9

504 18 0
                                    

Kringggg....kringgg...

"Oke anak-anak, pelajarannya sampai sini dulu, tolong pelajari lebih dalam tentang materi yang tadi dan jangan lupa kerjakan latihan dari halaman 10-18. Pada pertemuan selanjutnya akan diperiksa, dan kita koreksi bersama. Selamat pagi semua"

"Pagi juga buuuu" seru X IPS 3 dengan kurang semangat.

"Ah elah, tuh guru kalo ngasih pr ga kira-kira apa ya, banyak banget gilsssss" gerutu Ara sambil memasukan buku Matematika ke tas

"Kantin?"Tanya Airys pada Ara.

"Ayok dah, dingingin pala, panas banget abis pelajaran mtk" Ara pun langsung menarik tangan Airys dengan cepat menuju kantin, agar tidak mengantre lama disana.

Namun, tetap saja namanya juga kantin ya pasti banyak murid yang ingin membeli makanan untuk mengisi perutnya.

"Beli apa?"tanya Airys seraya melirik kanan kiri.

Sebenernya Airys paling males pada keramaian, berbeda dengan Airys yang dulu, akan masuk pada keramaian, hanya untuk mencari perhatian. Huh,menyedihkan sekali.

"Air mineral aja deh, kalo makanan rame banget. Kalo lu mau beli apa rys?"

"Samain aja, biar cepet"

Ara pun mengajak Airys ke pojok kantin untuk membeli minuman. Di pojok kantin sini lah yang menjual makanan atau minuman kemasan, jadi tidak membutuhkan banyak waktu untuk ngantre. Karena sistemnya, pilih, lalu bayar, simple. Hanya saja dipojok kantin tempat kumpul nya para senior.

Saat Airys sedang membayar, tiba-tiba ada sepasang tangan yang menutupi matanya dari belakang.

Karena refleks, Airys pun tidak sengaja menyikut perut orang tersebut.

"Awww"

Tanpa melihat wajahnya, Airys tahu betul pemilik suara serak-serak jenaka, yang rela membuang-buang waktu untuk menjahili Airys,  siapa lagi kalau bukan Ivan. Si cowo konyol.

"Duh sakit nih, lo gaada niatan minta maaf apa?"Tanya Ivan sambil memegang perutnya yang sakit.

"Buat?"

"Lahh, ini perut gua lo sikut, sakit anjir" gerutu Ivan dengan wajah memelasnya.

"Salah lo" tanpa menunggu lama lagi, dan setelah selesai transaksi, Airys menarik tangan Ara untuk keluar dari kantin tersebut "ayo".

"Ih pelan-pelan iriisss" ujar Ara dengan wajah cemberutnya.

"Tanggung jawab woy, perut gua sakitt nih!"teriak Ivan dengan tangan yang tak lepas dari perutnya.

Mendengar teriakan tersebut, Airys hanya menoleh pada Ivan seraya menaikan sebelah alisnya.

Kejadian tadi tak luput dari penglihatan temen seangkatan Ivan, sekarang mereka sedang menahan tawa ketika melihat wajah masam Ivan.

~o0o~

Pelajaran setelah istirahat adalah jam yang baik untuk tidur, terlebih lagi guru yang mengajar adalah Bu Vanti. Guru paruh baya berumur sekitar 50 tahun yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia.

Saat pelajaran sedang berlangsung, siswa maupun siswi sangat tenang tidak ada yang  suara, mendengarkan dongeng dari Bu Vanti.

Yang dimaksud tenang dan tidak bersuara adalah, karena jiwa mereka sedang berkelana di alam bawah sadarnya.

Bu Vanti tidak masalah dalam hal itu, yang penting murid bisa menjawab pada saat ulangan udah lebih dari standarnya.

Saat murid lain tertidur, namun tidak dengan Airys. Matanya masih terjaga, dan pikirannya melayang pada satu orang yang selalu memenuhi dalam otaknya.

Sebenernya Airys sudah tidak tahan untuk memendam perasaannya pada orang itu, tapi tidak mungkin ia to the point bilang suka padanya. Ingat, harga dirinya harus dijunjung tinggi!

Airys memang perempuan datar, namun ya namanya juga perempuan, Ada kalanya ingin mencurahkan isi hatinya pada seorang temen.

Setelah Airys menimang-nimang, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan sekaligus meminta saran pada Ara.

"Ra.." Airys mulai membangunkan Ara dengan mengguncang-guncangkan punggungnya.

"Duh apa sih rys, tidur aja ngapa" sebenernya Airys tidak tega membangunkan Ara, tapi mau bagaimana lagi, ia benar-benar tidak tahan untuk bercerita.

"Mau curhat" seketika Ara langsung menegakkan tubuhnya, ia tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

Mengapa Ara selebay itu? Karena jika orang sudah curhat tentang isi hatinya, itu artinya orang yang bercerita udah percaya kan pada pendengar? Berarti Airys udah percaya pada dirinya.

"Hooaaaamm" Ara merenggangkan otot-ototnya, lalu duduk menghadap Airys. "Curhat apa?"

"Hmm, lo pernah cinta pada pandangan pertama?" Tanya Airys sembari menggigit bibirnya. Sungguh, Airys sangat gugup.

"Pernah lah. Emang lo suka sama siapa nih? Kepo gua." Jawaban antusias dari Ara sedikit menghilangkan rasa gugup dari Airys.

"Gue suka sama Kak Riza" Airys menunduk, malu untuk menunjukan sembraut merah di pipinya.

"Hei, angkat kepala lo" Ara mengangkat dagu Airys, lalu menatap matanya, "Wajar suka sama Kak Riza, secara orangnya ganteng gitu"

"Tapi gue cuma bisa perhatiin dia dari jauh aja, selebihnya cuma harapan gue yang ga bakal bisa jadi nyata"

"Kalo belom dicoba, kenapa nyerah? Jangan mau nyerah sebelum berjuang Rys"

"Tapi itu terlalu mustahil buat gue bakal di notice sama dia" jawaban Airys melemah, Ara yang mendengar itu lantas memberi semangat untuk Airys.

"Tiara Juliana bakal jadi orang pertama yang dukung lo" jawab Ara menunjukan kepalan tangannya pada Airys seolah menyalurkan semangatnya.

Airys yang melihat itu lantas tersenyum, ia tidak berekspetasi tinggi pada jawaban Ara, tetapi ternyata, teman TK nya itu memberi semangat padanya. Ah, sepertinya Airys sudah percaya pada Tiara Juliana.

"Makasih Ra" Airys memberikan senyum terbaik

"Jadi, gue punya misi"

Airys mengerutkan keningnya "apa?"

"Lo jadi secret admirernya"

~o0o~

HALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang