20

384 18 13
                                    

Tinggalin jejak kalian yaa gaes!!😉💙

***

Hari akan terus berganti,kemarin adalah cerita, hari ini adalah realita, dan besok adalah rahasia. So, jalani aja.

***

"Lo bolos atau free?" Deg, jantung Airys berdetak dua kali lebih cepat kala mendengar suara seorang lelaki.

Airys memutar badan 180° jadi menghadap Riza. Demi apapun, Airys benar-benar gugup. Kakinya lemas, nafasnya memburu,

Arghhh, Tuhan tolong Airys.

Airys menelan ludahnya susah payah, jarak dirinya dengan Riza tidak lebih dari 2 meter. Airys bisa lihat jelas bagaimana keringat itu menetes, dan rambut basah Riza yang berantakan dapat menambah kesan plus.

Airys mengambil nafas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Airys sedikit ragu.

"Ya iyalah, disini adanya lo sama gue doang, yakali gue ngomong sendiri kaya orang stres" Riza terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Airys melongo tak percaya, ini kedua kalinya ia berinteraksi dengan Riza. Yang pertama kejadian dirinya tak sengaja menabrak Riza, dan kedua yang ini. Berbeda dengan yang pertama, saat itu Riza terlihat sangat cuek, namun yang ini? Bahkan Riza mengajaknya berbicara. Mimpi apa Airys semalam?

Airys berusaha sekuat tenaga untuk berbicara dengan santai "Lagi free"

Riza mengangguk tanda mengerti, lalu ia mengulurkan tangannya "Gue Riza, lo?"

Airys ingin teriak sekarang juga, toloongggg.

"Hmm gue—"

"Yeh nih bocah gue cariin malah disini" sayang sekali perkenalan dirinya dengan Riza harus terpotong karena tiba-tiba Fikri, datang.

"Kenapa pik?" Tanya Riza

"Udah ada guru. Lo gue telpon kenapa gak diangkat?" Fikri menaikan sebelah alisnya. "Jadi gue boong bilang ke toilet padahal nyamperin lo biar ga kena omel Pak Bambang" lanjutnya.

Yang Airys tahu, Pak Bambang adalah Wali kelas 12 IPS 1 yang berarti wali kelas Riza. Pak Bambang juga mencangkup sebagai guru BK, yang sangat killer.

Riza merogoh kantong celananya, mengeluarkan ponsel dari merek terkenal, melihat banyak sekali notifikasi masuk dari Fikri. "Hehe, gue silent" Fikri memutar bola matanya malas.

Mata Riza mengarah pada Airys "Gue kekelas dulu, nanti kalau kita ketemu lagi, lanjutin perkenalannya yang sempet tertunda ya" Riza tersenyum manis, manis sekali.

***

Airys datang kekelas dengan wajah merah, lalu menggebrak meja Ara. Ara yang sedang fokus dengan novelnya tentu saja tersentak kaget.

Brakkkk!!!

"Apa-apaan sih lu?!" Tanya Ara jengkel.

"Gue seneng bangettt raaaa!!!!" Airys berteriak walau tidak terlalu kencang.

"Kenapa?"

"Kak Riza ngajak gue kenalan tadi" perkataan Airys sangat pelan, bahkan terdengar hanya seperti gumam-an. Walau begitu, Ara tetap menangkap dengan jelas.

"WHAT?! SERIUS?!! KOK BISA?!?" Airys meringis, suara Ara sangat kencang sampai semua mata menatapnya.

"Ini bukan hutan woy" Sindir Dimas, ketua kelas.

"Emang bukan hutan, siapa yang bilang hutan coba?!!" Ujar Ara ketus.

"Udah Ra, udah" Airys melerai.

"Gimana Rys, gimana? Coba cerita?"

Airys pun menceritakan semuanya dengan jelas dan sangat detail, bahkan saat temen sekelas Riza datang pun Airys ceritakan. Airys benar-benar sangat senang.

***

"Cewe yang tadi siapa Za?" Tanya Fikri saat mereka sudah sampai dikelas.

Riza mengedikan bahu "Dekel deh kayanya"

"Kok kayanya? gua kira lu udah kenal"

"Gimana mau kenal, Orang baru mau kenalan, ada yang ganggu" Kata Riza menyindir, dan langsung mendapat toyoran pelan dari Fikri.

"Kampret. Kalo gak gue samper, ntar lo dihukum sama onoh" Fikri menunjuk Pak Bambang yang sedang duduk dikursi depan.

"Tapi gue masih penasaran sama cewek tadi dah, Pik"

"Kenapa emang? Tumben amat lu penasaran sama cewek?" Tanya Fikri heran, pasalnya jarang sekali Riza seperti ini.

"Gue kaya sering liat dia gitu, tapi lupa dimana. Pokonya muka nya tuh kaya familiar gitu dah" Kata Riza mencoba mengingat-ingat dimana dirinya dengan perempuan tadi bertemu.

"Perasaan lo aja kali. Atau bisa jadi, dia punya kembaran"

"Iya kali ya? Ah bodo ah, gak penting juga"

***

Suara bel pulang sekolah terdengar sangat merdu ditelinga seluruh penguni sekolah. Airys memasukan semua buku-buku yang berserakan dimeja, memasukan pulpen dan pensil yang telah ia pakai kedalam tempat pensil.

"Udah?" Tanya Ara

"Bentar" Airys mengecek kolong mejanya, saat ia rasa bersih dan tidak ada sampah, Airys mengajak Ara untuk segera pulang "yuk"

Saat satu langkah lagi keluar dari kelas, Bowo memanggilnya.

"Woyyy Ryss?!"

Airys memutar badannya menghadap Bowo dan menaikan sebelah alisnya.

"Ck. Jangan pura-pura amnesia dah, piket lu. Enak banget kaga pernah piket, gue sendirian mulu yang nyapu, ngepel, berasa ini kelas isinya gue doang, tau ga?! Ini lagi si Dimas, ketua kelas tapi kalau jadwalnya piket malah kabur. Besok gue ngadu dah ke wali kelas kalo tiap hari kamis yang piket gue doang sendirian" Kata Bowo dalam sekali tarikan nafas.

"Cihh, pengadu" Ara mencibir lalu memeletkan lidahnya pada Bowo.

Tanpa menunggu lama lagi, Airys berjalan kebelakang kelas, lalu mengambil alat kebersihan. Airys menyapu dibarisan dekat pintu dengan ogah-ogahan. Bowo yang melihat itu berdecak.

"Ck. Nyapu yang bener dong Rys, yang bersih. Kalo gak bersih suami lo nanti brewokan, mau?!!"

'kalo Riza yang brewokan, makin ganteng kali ya?' batin Airys terkekeh.

Ara menatap Bowo tajam "Berisik dah lu, kaya emak-emak!!"

"Kok kaya emak-emak sih?"

"Lah emang, bawel banget lagian"

"Gue tuh cocoknya jadi ayah buat anak-anak kita kelak" Bowo berbinar memikirkan, sedangkan Ara memasang ekspresi ingin muntah.

"Amit-amit"

***

Jangan lupa vote n komen ya!!💙👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang