Mengingat Kembali

4.6K 481 53
                                    

Disini nama Wangji aku ubah jadi Lan Zhan, sekedar mengingatkan😊

.

.

.

Sinar matahari masuk melalui jendela yang terbuka lebar, sepertinya jendela itu lupa tidak ditutup kembali tadi malam. Cahaya silau itu sangat mengganggu aktivitas tidur seseorang yang kini sedang meringkuk tak nyaman dengan posisi tubuhnya duduk di lantai sedangkan kepalanya berada di atas sofa. Bola matanya bergerak-gerak gelisah di balik kelopak mata yang tertutup akibat sinar matahari yang sangat mengganggu. Dia menggeram kesal karena tidurnya terusik padahal dia baru tertidur sekitar 2 jam yang lalu.

Aslinya pemuda itu tak mau bangun, dia masih mengantuk akan tetapi sinar itu sungguh mengganggunya. Akhirnya, ia pun memaksakan tubuhnya untuk tegak dengan gerakan yang sangat tidak ikhlas. Mengerang sebentar, lalu melakukan perenggangan dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Menguap lebar. Ritual bangun pagi itupum akhirnya ditutup. Perlahan mata itu terbuka dengan susah karena belek yang menempel membuat matanya seperti terkena lem, dengan bantuan tangannya untuk mengucek agar belek itu hilang akhirnya mata itu terbuka dan pandangannya masih buram, seburam nasibnya yang auto sadar ketika nyawanya sudah terkumpul dan ingat dimana dia saat ini.

Reflek ia melihat sesuatu yang ada di hadapannya, wajah tersenyum dan binar mata yang menampakkan kecerahan meski wajahnya pucat tengah menatapnya intens. Pemuda berantakan itu berjenggit dari tempatnya duduk karena terkejut, ia belum pernah ditatap seperti itu sebelumnya. Tetapi entah di kehidupan sebelumnya.

"Selamat pagi."

Itu adalah Wangji, dia menyapa Wei Ying terlebih dahulu membuat Wei Ying agaknya terkejut. Ia hanya nyengir canggung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menjawab sapaan itu "Pag..Pagi, Tuan."

Kepala Wei Ying tiba-tiba berputar dan nyeri akibat tidur yang kurang. Ditambah dia bangun dikejutkan dengan sajian yang lain dari yang lain, berbeda dari biasanya. Canggung melanda, ia tidak mau dikira lemah karena pusing yang tiba-tiba dideranya. Wei Ying mencoba berdiri dengan bantuan tangan bertumpu pada sofa.

"...Sepertinya...sepertinya aku harus kembali." Ucap Wei Ying, mencoba berdiri dengan tegak meski rasanya kepalanya saat ini seperti mengambang dan terbang di udara. Serta matanya yang bergoyang-goyang. Namun, ia sadar kalau ucapannya itu tidak sopan. Wei Ying buru-buru menatap pria yang masih terbaring di atas sofa itu kembali. Benar saja, wajah itu kini menjadi datar tanpa ekspresi.

Wei Ying tersenyum garing, "Ah, iya maafkan aku. Terimakasih atas tumpangan menginapnya. Oh, dimana keluargamu? Akan aku telfonkan agar mereka bisa merawatmu."

"...."

Pria itu tidak menjawab, hanya menatap Wei Ying datar membuat Wei Ying menjadi salah tingkah dan bingung. Belum lama pria ini tersenyum sangat tampan dan bahkan menyapanya, kenapa sekarang pria ini begitu datar dan dingin. Rasanya Wei Ying sedang ditelanjangi perlahan-lahan dan siap untuk diterkam seperti adegan di film-film dewasa yang pernah ia tonton itu.

Plak!

Wei Ying menampar pipinya sendiri saat pemikiran kotor itu tiba-tiba saja muncul di benaknya. Dasar rem blong, batinnya. Kemudian ia menatap pria berbaring itu dengan serius, kali ini kesadarannya sudah lumayan penuh dan kepalanya juga sudah tidak sepusing tadi. "Maaf Tuan, dimana keluargamu? Tolong bicaralah, aku juga ingin kembali ke rumah. Aku harus bekerja hari ini." Wei Ying mencoba untuk berbicara dengan ramah seperti saat ia sedang melayani pelanggan di klinik.

"Tak ada keluarga. Hilang."

Alis Wei Ying keduanya terangkat dan kepalanya reflek miring ke samping, itu adalah gesture meminta jawaban lebih jelas karena ia tidak paham. Tapi, mengetahui pria di hadapannya ini tidak mampu berbicara banyak, Wei Ying mencoba menyimpulkannya sendiri bahwa pria ini hidup sendirian.

The SWORD'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang