"Sizhui."
Wei Ying menoleh ke arah Lan Zhan karena pria itu menggumamkan nama yang sama seperti dirinya. Bagaimana bisa Lan Zhan mengenal Sizhui? Remaja yang baru menginjak kelas 10 itu.
"Sizhui!!" Lan Zhan agak berseru membuat Wei Ying melihat ke arah Sizhui. Ternyata bocah itu barusaja berhasil menyeberang jalan dan masuk ke dalam minibus sebuah yayasan yang tidak Lan Zhan sadari. Tetapi, Wei Ying sepertinya tahu sesuatu.
"Kau mengenalnya?"
"Sizhui."
Wei Ying memutar bola matanya, bagaimana bisa Lan Zhan ini seringkali hanya menyebut nama saja ketika ditanya? "Iya. Kau kenal dengannya?"
"Iya. Sizhui."
"Astaga Lan Zhan!!" Geram Wei Ying, ia menghembuskan nafasnya kasar sampai poninya tertiup naik ke udara, "Aku tau nama bocah itu Sizhui, tapi bagaimana bisa kau mengenalnya? Kau pernah bertemu dengannya?"
"Mn."
Arrrggghhhh!!!
Percuma saja, meski Lan Zhan kenal dengan Sizhui tetapi Wei Ying jadi tidak tertarik untuk bertanya dari mana ia bisa mengenal Sizhui.
Darah seketika memenuhi kepala Wei Ying sampai dahinya memerah dan urat-uratnya kelihatan karena ia sedang kesal sampai menggeram kasar dan berjalan mendahului Lan Zhan. Tidak ada gunanya menanyai Lan Zhan. Lan Zhan yang tidak tahu apapun hanya mengendikkan bahunya lalu membuntuti Wei Ying di belakang.
Saat sedang berjalan sambil merengut, ada seorang gadis belia yang menghampiri Wei Ying dan menyerahkan sebuah brosur.
"Brosurnya Tuan, barangkali minat. Silakan." Ucap gadis itu. Lalu segera beranjak, tak lupa Lan Zhan juga kebagian brosur tersebut.
Wei Ying membaca judul brosur tersebut yang ternyata adalah iklan promo apartemen bulan ini. Seketika matanya membulat, itulah yang dia butuhkan saat ini. Untuk ponsel Lan Zhan, itu bisa menunggu sebentar lagi. Dia ingin baca brosur itu terlebih dahulu.
Mulai dari harga, karena sejatinya Wei Ying tidak memperdulikan tempat itu bentuknya seperti apa, yang penting adalah harganya murah. Lalu, lokasi, tidak terlalu jauh dari area ini. Berarti tidak terlalu jauh juga dari tempatnya bekerja. Oke, Wei Ying ambil karena merasa harganya cocok di kantong. Lalu segera menghubungi nomor yang tertera untuk mengorder satu apartemen.
"Wei Ying."
"Hm?" Jawab Wei Ying sambil menunggu sambungan telepon di seberang sana diangkat."
"Apa yang kau lakukan?"
Pertanyaan Lan Zhan tidak dijawab oleh Wei Ying karena pria itu kini sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana. Lan Zhan memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Wei Ying, ketika pria itu memperkenalkan namanya, lalu keperluannya memanggil nomor tersebut, kemudian adegan tawar menawar dan diakhiri dengan perjanjian untuk bertemu langsung dengan pemiliknya.
"Sudah dapat." Ucap Wei Ying disertai senyum puas nya. Ia kemudian mengantongi kembali ponselnya dan kembali pada Lan Zhan, "Kau tadi tanya apa?"
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku barusaja menyewa apartemen, tidak jauh dari sini."
"Kenapa? Kau tinggal denganku."
"Aiyaa. Lan Zhan, bagaimana bisa aku merepotkanmu terus. Aku ini laki-laki, aku harus berusaha sendiri dan tidak bergantung pada siapapun. Kalau tidak, bagaimana aku akan menghidupi anak istriku kelak?"
Seketika tatapan Lan Zhan menjadi tajam, auranya tiba-tiba menjadi tidak enak dilihat ketika mendengar kata anak dan istri. Apakah Wei Ying benar-benar melupakan Lan Zhan? Bukankah mereka sudah menikah di masa lalu? Apakah ini bisa disebut penghianatan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The SWORD'S TEARS
SonstigesSejak Wei Wuxian sang pendiri Yiling Laozu, jatuh ke dalam kawah api, Lan Wangji terus berusaha keras untuk mencari keberadaan teman kepercayaannya itu dimanapun. Berbagai metode telah dilakukan. Sialnya, dari metode yang dilakukan Lan Wangji, ia ma...