Wen Ning berjalan perlahan dan memasuki sebuah ruangan di rumah sakit yang tadi disebutkan oleh Wen Qing di sms. Jam menunjukkan pukul 9 malam dan Wen Ning harus izin dari kliniknya sendiri untuk memenuhi permintaan kakaknya agar datang ke rumah sakit tempatnya bekerja. Begitulah Wen Ning, meski ia pemilik klinik, ia akan selalu izin kepada karyawannya yang bertugas jika ia hendak pergi keluar karena ada perlu. Sungguh atasan yang patut jadi panutan, bukan?
"Kakak, aku datang."
"A-Ning!" Sapa Wen Qing ketika melihat adiknya itu memasuki ruang rawat pasien bernama Lan Xichen. Namun, di dalam ruangan tersebut terdapat tiga manusia yang berbaring di atas ranjang yang berbeda. "Aku tidak pernah tau Wei Ying punya riwayat sakit seperti ini." Tunjuknya pada Wei Ying yang sedang terbaring di sofa dengan dagunya.
"Sakit? Sakit apa?" Wen Ning tampak terkejut. Ia adalah seorang dokter dan sudah bertahun-tahun bersama Wei Ying, masa iya Gegenya sakit dia tidak tahu.
"Iya. Dia sakit kecanduan tidur." (-_____-)
Wen Ning mengulum senyum mendengar jawaban kakaknya, raut khawatir dan takut yang tadi tercetak jelas di wajah lugunya kian berganti menjadi raut geli karena ingin menertawakan keluhan kakaknya. Memang sudah bukan rahasia lagi kalau Wei Ying adalah si raja tidur. Makhluk dengan rambut yang berbeda dari para pekerja di klinik Wen Ning itu bisa tidur dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apapun.
"Biarkan dia tidur disini, Kak. Sampai besok karena flat nya sudah digusur."
"HAH??"
Wen Qing sampai hampir terjatuh dari letak duduknya pada pinggiran sofa setelah mendengar perkataan Wen Ning. "Flat? Digusur?"
"Eum!" Wen Ning menganggukkan kepalanya. "Tanah tempat pembangunan flat itu kan sudah lama diincar oleh Paman Wen Ruohan untuk dijadikan lahan miliknya. Lagipula itu malah bagus, Wei Gege sudah saatnya harus pindah dari tempat yang tidak baik lingkungannya itu."
Wen Qing membenarkan letak duduknya, ia ingin mendengar lebih detail lagi mengenai kondisi tempat tinggal Wei Ying, sahabat baiknya semasa ia SMA itu. Selama ia di Yiling, kabar mengenai Wei Ying memang selalu ada karena mereka tidak pernah lost contact. Hanya saja Wen Qing kurang begitu memperhatikan bagaimana kehidupan Wei Ying di Gusu, entah baik atau buruk karena yang ia tahu Wei Ying selalu dalam kondisi baik-baik saja. Ketika melakukan video call juga pemuda dengan rambut mencuat kemana-mana itu selalu dalam kondisi happy, kadang sedang makan, sedang main di taman, sedang di klinik, dan yang parah sedang berak pun Wen Qing tau😩
"Wei Gege belum pulang selama seminggu, kan?" Tanya Wen Ning dan kakaknya mengernyit.
"Dia pulang, kok. Ambil seragamnya setiap ada jatah shift pagi."
Wen Ning tersenyum, "Wei Gege tidak pernah pulang, Kak. Dia menyimpan seragamnya di loker klinik. Dia juga tidur di klinik setiap kali pulang dari rumah Tuan Lan." Wen Ning memberi jeda, raut kakaknya seakan mengatakan bahwa ia tidak mempercayai apa yang adiknya katakan. "Bayangkan saja misalnya dia harus pulang, jarak klinik itu sangat jauh kak, sekitar 20 km. Wei Gege tidak punya kendaraan, daerahnya yang terpencil juga susah untuk mendapatkan angkutan umum. Jadi, dia seringkali tidur di klinik. Pulang juga mungkin seminggu sekali."
"Tapi dia berkata bahwa dia pamit pulang." Wen Qing masih belum dapat menerima apa yang Wen Ning ungkapkan.
"Begitulah Wei Gege, Kak. Dia tidak ingin membuat oranglain melihatnya kasihan."
Kedua bersaudara itu sama-sama melihat ke arah sofa yang sedang digunakan tidur oleh Wei Ying. Pemuda itu tampak tentram dan damai. Wen Qing yang biasanya kesal tiap kali melihat raut wajah temannya itu terlelap seperti itu, kini merasa bersalah telah melakukan hal yang kasar kepada sahabatnya itu. "A-Ning."
KAMU SEDANG MEMBACA
The SWORD'S TEARS
RandomSejak Wei Wuxian sang pendiri Yiling Laozu, jatuh ke dalam kawah api, Lan Wangji terus berusaha keras untuk mencari keberadaan teman kepercayaannya itu dimanapun. Berbagai metode telah dilakukan. Sialnya, dari metode yang dilakukan Lan Wangji, ia ma...