Adaptasi

3.3K 356 62
                                    

WARNING!! Akan ada sedikit konten saru di chapter ini. Yang masih bocil harap sadar diri. Yang homopobic juga harap sadar diri, fanfiction ini gak dibikin untuk Anda, jadi gausah sok-sok an ngerusuh. Salah lapak. Sampe sini paham?

Enjoy gan🤘

.

.

.

Wen Qing langsung menerobos masuk ke dalam kamar Lan Zhan saat pintu yang tadi ia dorong berhasil terbuka. "Bagaimana kondisinya? Apa yang terjadi?" Tanyanya yang ditujukan kepada dua bersaudara dari Gusu Lan itu. Dokter muda ini sudah berada di sisi ranjang Lan Zhan yang terdapat Wei Ying disana. Ia mengamati dengan cermat raut Wei Ying.

"Dia tidak apa-apa, Nona Wen." Jawab Lan Xichen lembut. "Ah, Huaisang bagaimana?"

Wen Qing menyipitkan matanya, ia mendengar pertanyaan Lan Xichen mengenai Huaisang, tetapi ia lebih tertarik kepada Wei Ying yang sedari tadi membuat Wen Qing dan orang-orang panik mengkhawatirkannya.

"Aku tahu kau berbohong. Cepat bangun dan makan makananmu!"

Wei Ying membuka salah satu manik matanya setelah mendengar Wen Qing berseru. "Ehehehe." Disambung dengan tawa garingnya. Wei Ying membuka kedua matanya, lalu bangun menegakkan tubuhnya di atas ranjang. "Aku barusaja pingsan, bisa tolong bawakan makanannya kemari?" Tanyanya pada Wen Qing membuat gadis itu merengut.

"Akan aku bawakan."

"Ai. Lan Zhan, aku meminta dia yang bawakan, bukan kau."

"Makan atau tidak makan itu bukan urusanku sekarang!" Dengus Wen Qing lalu segera beranjak dari kamar Lan Zhan dengan langkah kaki yang dihentakkan karena kesal pada Wei Ying. Pria itu tidak tahu rasanya dikhawatirkan dan diperhatikan. Gadis Wen ini sangat kesal sampai matanya memanas dan air mata tiba-tiba terkumpul di pelupuk matanya.

Wen Qing tidak tahu mengapa tiba-tiba saja ia merasa begitu kesal dan marah karena Wei Ying seperti tidak menghargai perasaan khawatirnya. Saat ia berteriak kesakitan seperti tadi, Wen Qing sangat takut. Namun, ia mencoba mendekati Wei Ying untuk menolongnya. Ia takut terjadi apa-apa pada Wei Ying. Sampai Lan Zhan dan Lan Xichen muncul, lalu membawa Wei Ying ke dalam kamar dan dia tidak diizinkan masuk. Perasaannya campur aduk.

Merasa matanya tidak akan kuat menampung air mata, Wen Qing memutuskan untuk keluar dari apartemen Lan Zhan dengan alasan ingin segera bekerja ke rumah sakit. Wen Qing bekerja pada pukul 10 biasanya. Dan sebentar lagi jam menunjuk pada angka itu.

"Kenapa dia menangis?" Gumam Jiang Cheng yang masih berada di dekat Huaisang. Ia berdiri ingin mengejar Wen Qing sebelum suara Huaisang mengejutkannya.

"HANTUU TOLONG HANTUUU!! ADA HANTU DISINI!! HANTU PEDANG!! HANTU PEDANG!! HMPHH HMPHH."

"Hey bodoh!! Tenanglah! Tidak ada hantu disini!" Ucap Jiang Cheng sambil membekap mulut Huaisang dengan telapak tangannya.

"A-Cheng! Pedang! Pedang itu!"

"Aish! Iya aku juga melihatnya! Itu adalah koleksi milik keluarga Lan, ada baterainya jadi bisa mengeluarkan sinar."

Penjelasan Jiang Cheng membuat Wen Ning yang masih berada disana harus menahan tawanya. Huaisang yang belum sadar sepenuhnya hanya memasang wajah cengo, jadi ia hanya menatap Jiang Cheng dengan tatapan bodoh dan bingung. "Tapi..tapi Wei Brother. Dia berteriak."

"Dengar! Pedang itu dialiri aliran listrik. Wei Ying memang ceroboh. Jadi, dia tidak sengaja terkena setrum. Kau mengerti?"

"Tapi A-Cheng, tadi itu-"

The SWORD'S TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang