#2. Senyuman beracun

30 4 0
                                    

🔱

“Muka kamu kayak orang susah. Susah dilupain maksudnya.“

🔱


"Hah?" pengo Nayra.

Caca menepuk jidatnya, untung saja Nayra adalah temannya sedari SMP kelas 7 kalau tidak Caca pasti sudah membungkus tubuh ramping Nayra dengan kantong sampah, lalu dibuang dekat pembuangan sampah dirumah nya.

"Ravendra Nay! Jangan telmi dong lo". Kesal Caca. Nayra mengangguk-angguk.

"Emang kenapa?" tanya Nayra, sambil menarik Caca untuk masuk kedalam kelas baru.

Caca berdecih, "masa lo gak paham sih Nay?"

Nayra menggeleng.

"oh, lo ada utang sama salah satunya ya?" terka Nayra polos.

"Bodoamat Nay,"

"Hehe, maaf Ca gue lupa sumpah". Nayra membentuk huruf v dengan jari tengah dan telunjuknya.

"Itu lho.. Elang.." Kali ini Caca membisikan sekecil mungkin agar tidak terdengar yang lain. Padahal dikelas ini hanya terisi oleh keduanya dan empat orang perempuan lain.

"Ooo, si Elang—hmpph! Caca!" Nayra melepas bekapan tangan Caca yang membalut mulutnya. Nayra mengelus kedua pipinya yang tertekan oleh telapak tangan Caca tadi.

Mata Caca melotot, melirik sekumpulan gadis yang duduk dipojok kelas. Saling gosip mungkin?

"Nay! Untung gak ada yang denger lo ini". Rutuk Caca kesal, mencari bangku yang nyaman untuk didudukinya satu semester yang akan mendatang. Diikuti Nayra.

Saat Nayra meletakkan tasnya diatas meja, matanya membulat penuh binar. Ia berjalan mendekati empat perempuan yang duduk dipojok kelas.

"Eh, itu gitar nya nganggur gak?" tanya Nayra pada salah seorang gadis bersurai panjang.

Gadis itu mengangguk, "lo mau pinjam?" Nayra mengangguk.

Gadis tersebut memberikan gitar hitam yang tadinya ia letakkan disebelah bangku. Nayra menerimanya dengan senang hati.

"Mau nyanyi bareng gak? Gue main gitar". Diangguki antusias oleh keempat gadis tersebut. Nayra berdiri, lalu memilih bangku yang terletak di tengah ruangan dan tepat dibawah kipas angin.

Caca pun ikut duduk melingkari Nayra yang bersiap memainkan gitar dalam dekapnya. Nayra tidak duduk, ia hanya bersandar pada pinggir meja. Keempat gadis itu duduk dikursi dekat Nayra.

‘Jreng’

Nayra memetik senar pertamanya. Suasana kelas lumayan sepi, membuat lantunan melodi yang Nayra berikan terdengar jelas di rungu mereka. Yang lainnya pun menyimak setiap petikan pada senar Nayra. Begitu pun ia, dengan senang hati memainkan melodi indah itu.

"Aku kesal dengan jarak yang sering memisahkan kita
Aku kesal dengan waktu yang tak pernah berhenti bergerak".

"Barang sejenak agar aku bisa menikmati tawamu".

Nayra tersenyum disela permainannya. Memperhatikan ekspresi yang digambarkan teman-temannya. Melanjutkan nyanyian dengan suara ringan nya yang lembut terbawa angin.

"Inginku berdiri di sebelahmu
Menggenggam erat jari-jarimu
Mendengarkan lagu sheila on 7".

"Seperti waktu itu
Saat kau di sisiku".

"Dan tunggulah aku di sana, memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota, menikmati surya perlahan menghilang".

PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang