#5. Ibu Negara

11 1 0
                                    

🍃

Ucapanku adalah sebuah rasa dan perlakuanku adalah sebuah sebab. Dimana aku tengah  memendam sebuah rasa.

🍃

"Kita akhiri materi ini, sampai jumpa dipertemuan selanjutnya." tutup bu Ine lalu keluar dengan tangan menenteng tas serta bukunya. Helaan napas serentak dari murid penghuni MIPA 2, tak sia-sia mereka duduk diam bak patung pura-pura mendengarkan penjelasan panjang lebar dari guru biologi itu. Mereka yakin sekali, tidak ada yang menyangkut dipikiran mereka selain  jamkos. Surganya pelajar.

Mereka pun sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain kartu, selfie-selfie tak lupa dengan kamera boomerang, salon dadakan, serta tidur berjama'ah.

Tak luput dari pandangan Pangeran, seluruh kegiatan kecil Nayra. Mulai dari streaming video official oppa-oppa korea yang sedang naik daun saat ini, merengut kesal ketika dijahili oleh Caca dan Aqila, hingga Nayra yang sedang bermain pok ame-ame bersama Ghea karena saking gabut nya. Pangeran tertawa lagi, entah kenapa seluruh fokusnya akhir-akhir ini berpusat pada Nayra. Seolah-olah gadis itu menyedot seluruh perhatian Pangeran agar tetap tertuju padanya.

"Kapten! Napa lo senyam-senyum? Lo waras kan?" tanya Arjuna heran.

"Suka sama Nayra kali," tebak Elang tanpa menatap keduanya, tetap bermain permainan angry bird di ponselnya.

Pangeran terbelalak, begitu pula Arjuna yang terjingkat lalu menatap Pangeran dengan tatapan bertanya.

"Bener Ran?" tanya Arjuna. Pangeran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gak tau gue, akhir-akhir ini gue suka aja liat dia. Cara dia ketawa, bikin anget aja dada gue," jelas Pangeran jujur. Merasakan dadanya bergemuruh ketika memandang Nayra tertawa kembali bersama Caca.

Arjuna refleks memukul pundak Zalfa kuat. Zalfa yang tadinya sedang bermain kartu pun mendelik kaget, lalu membalas pukulan yang sama pada Arjuna.

"Apaan sih lo Jun," erang Zalfa mengelus pundaknya. Menatap Arjuna sengit, yang ditatap hanya dapat menunjukkan cengiran gantengnya.

Ya, meski memang ganteng sih.

"Lo fix demen sama si Nayra, kalo engga mana mungkin lo betah natapin tu cewek," tukas Arjuna.

Perkataan Arjuna barusan mampu membuatnya terpaku sejenak.

‘Iya juga ya? Kalo enggak, mana mau gue mandangin cewek tanpa alasan. Bisa-bisa gagal jantung tuh cewek’ batinnya. Ia menggangguk paham.

Zalfa tersenyum penuh arti, merangkul bahu Pangeran.

"Nah saran gue nih ya Ran sebagai sahabat, lo musti gercep nih Ran. Lo liat," Zalfa menunjuk Nayra yang tengah berbincang dengan Aqila, Caca dan Ghea sesekali tertawa, "kalo lo gak cepet, bisa-bisa Nayra di hembat sama yang lain. Lo mau?" tanya Zalfa, dijawab cepat oleh Pangeran dengan gelengan kuat.

"Dia cantik, polos, mana pinter lagi. Siapa yang bisa nolak coba?" celetuk Zalfa sekali lagi.

"Yaa, mungkin pendek,"

Pangeran menatap Zalfa tajam, "dia itu imut,"

Zalfa mengangkat kedua tangannya pasrah.

"Oke-oke kalo lo gak mau keduluan sama orang, lo harus gercep,"

Pangeran terdiam sejenak, sepintas ide muncul dipikirannya. Pangeran tersenyum penuh arti sebelum berkata,

"Gue ada ide,"

PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang