Bab 6

53 7 2
                                    

"The Punisher."
Ming POV


Aku terbangun dari tidur yang tidak menyenangkan ini. Hal yang pertama aku dengar adalah gedoran pintu yang ternyata sedang digedor oleh Sikey.

Tentu saja dia dibantu oleh Crush. Tapi hasilnya percuma karena kekuatan mereka masih belum bisa mengalahkan sebuah pintu besi.

"Sudah kukatakan pak Leo adalah orang yang jahat." Bentak Sikey kesemua. Kali ini aku tidak menyangkal, karena apa yang dikatakan Sikey itu benar.

"Oh ayolah, dia membutakan pikiranku." Aku mengatakan hal ini karena pandangan Sikey mengarah kepadaku. Karena pandangan Sikey mengarah kepadaku, tentu saja semua melihat kearahku.

"Ya, ini bukan salahnya." Timpal Christian. Aku bangun dari duduku dan berkeliling menelusuri kurungan kami. Kami berada di sebuah ruangan yang berisi banyak kursi yang tertata di tengah.

Di ujungnya terdapat sebuah meja yang diatasnya diisi oleh minuman keras seperti Vodcka, Beer, Bourbons, dan lainya. Disana juga disediakan ganja serta alat hisapnya.

Semua ini tidak membuat perhatian kami ke arah sana karena tidak diantara kami yang minum minuman keras serta memakai narkoba selain Kai. Dia tidak memakai narkoba tapi dia sering mabuk.

Apakah ini trik pak Leo agar Kai tertipu. Karena sekarang aku yakin sekali Kai menghilang dikarenakan Pak Leo.

"Aku menemukan sesuatu." Kata Mino sambil berlari kearah kami. Kami semua berkumpul di depan Mino dan menunggu dia menjelaskan apa yang sesuatu yang didapatnya itu.

Dia mengeluarkan suatu benda yang sering dipakai kaum wanita berupa jepit rambut.

"Serius teman? Kau kira kami menghabiskan waktu kami untuk ini." Kata Sikey. Mino tertawa kecil dan mengangkatnya lagi tinggi tinggi.

"Jangan diangkat tinggi tinggi. Kita sedang tidak berada di film." Kata Christian. Mino merendahkan lagi jepit rambut tersebut dan semuanya termasuk aku membalas Mino dengan tatapan yang aneh.

"Kalian tidak belajar pramuka? Apakah kalian tidak belajar sinyal pramuka?." Tanyanya meyakinkan kami.

Hal itu membuatku memikirkan sesuatu. Bukan pramuka melainkan sinyal.

"Apakah kalian sudah mengecek sinyal di ponsel kalian?." Tanyaku kesemua. Mereka tidak menjawab melainkan melihat ponsel masing masing.

"Tidak." Kata Mino.

"Tidak." Sahut Christian.

"Punyaku juga tidak ada sinyal." Ungkap Sikey.

"Sialan, aku juga tidak punya sinyal." Pintaku. Tidak ada dari kami yang bisa mendapatkan sinyal. Ini makin membuat kami frustasi.

"Crush, kau mendapatkan sinyal?."

"Sebentar aku bermain Fortnite di ponselku. Ketika aku kalah aku akan mengeceknya sinyalku." Timpalnya selagi memainkan game Fortnite yang ada di ponselnya.

"Bukankah Fortnite membutuhkan internet?." Tanya Sikey ke Crush.

"Hey, kita bahkan belum membicarakan tentang jepit rambut yang kutemukan tadi." Mino berteriak kepada kami. Kami tidak mendengar Mino. Yang kami dengarkan adalah alasan Crush kenapa dia bisa bermain fortnite di ponselnya ketika ponsel kami semua tidak mendapatkan sinyal.

"Aku tidak tau jika fortnite membutuhkan internet." Mata Crush tidak menuju ke arah kami. Matanya masih tertuju kepada ponselnya. Aku rasa anak ini memang benar benar memainkan fortnite di ponselnya.

"Kalau begitu mari kita lihat ponselmu." Christian mengulurkan tanganya untuk mengambil ponsel Crush. Namun Crush tidak mau. Dia masih keasikan main Fortnite sampai lupa bahwa dia dikurung.

"Apakah kau tidak pernah menang bermain fortnite. Dude, fortnite itu hanyalah game." Belaku untuk Christian karena dia benar serta keren.

"Ayolah kalian harus mendengar alasan jepit rambut ini." Oceh Mino yang sampai sekarang kami hiraukan saja.

"Crush, perlihatkan kami sinyal diponselmu." Perintah Christian. Karena itu perintah, mau tak mau Crush memberikan ponselnya kepada Christian.

Christianpun mengecek sinyal yang ada di ponsel Crush. Sinyal itu memiliki dua batang. Pulang dari pulau sialan ini, aku akan membeli ponsel yang sama persis dengan Crush.

"Telpon 119." Kata Sikey. Christian menekan angka 119 dengan cepat dan juga direspon cepat dengan dispatchernya.

"Ini dari 119, sebutkan keadaan daruratmu."

"Kami diculik dan kami berada di Leo's Lake. Tolong kami." Kata Christian yang mewakili kami.

"Chris, is that you? Holly shit." Kami berhenti sejenak. Tidak sedikit pihak kepolisian yang kami kenal akibat misterinya Kai serta teman Uncle Reddy.

UNCLE REDDY!!!!

Aku mengambil ponsel yang ada di tangan Christian.

"Uncle Reddy selamatkanlah kami dari sini. Aku ketakutan. Kami berada di Leo's Lake dan orang yang mencuri kami adalah Pak Leo beserta anak dan penjaganya."

Praakkk!!!

Suara pintu terbuka. Karena takut ketahuan kami bisa menelfon, aku mematikan panggilan dan kenyembunyikan ponsel Crush di kantong bajuku.

Yang membuka pintu tersebut adalah anak Pak Leo yang terkahir berkenalan dengan kami. Dia tidak mau nama panggilan dan rambutnya hitam seperti Joohyuk.

Kurasa namanya Alejandro Dicaprio. Sekarang aku ingat bahwa Christian memanggilnya V karena Christian dan V tidak akrab, aku jadi takut sesuatu akan terjadi kepada kami.

Sialan, diantara semua anak Pak Leo, dia yang paling menyeramkan buatku.

Aku sudah berasumsi dia membawa bodyguard hitamnya serta membawa suntikan atau benda tajam yang akan menyakiti kami. Aku sudah menutup mataku karena aku tidak mau melihat kejadian yang menyeramkan ini.

Aku tidak tahu ekspresi Alejandro tapi aku tidak mendengarkan tawa jahat yang dimiliki seorang kriminal yang ingin menyiksa korbanya.

Kau tau seperti film screams dimana Billy Loomis serta temanya Stu mempunyai tawa yang menyeramkan. Apalagi Dr. Hannibal Lecter yang ada di film The Silence of The Lambs. Aku kira dia mempunyai tawa seperti itu.

Daripada tawa, dia malah berkata, "Buka matamu Ming, aku kesini karena aku mau menyelamatkan kalian."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Men, White Hell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang