Episode 5: Si Berandalan!

39 8 10
                                    

Tinggalkn jejak yah Readers!(°^_^°)

~~~
"Manusia adalah makhluk yang suatu waktu akan berbuat salah. Tak mengapa, itu hal yang wajar. Akan menjadi tidak wajar apabila ia selalu mengulangi kesalahan yang sama. Berulangkali"_AuthAje

***

Seorang wanita memasuki kelas Shelyna, ia nampak berusia sekitaran 35thn ke atas, gaya berpakaian dan cara berjalannya sudah dapat menjelaskan bahwa ia adalah guru sosialita.

Wanita itu kemudian duduk dibangku guru memandangi satu persatu siswanya. Lalu ...

"Kemana Muhammad Ali Syaqif?" Tanya wanita itu dengan kening yang dinaikkanya.

Tak seorangpun dari siswa menjawab pertanyaan wanita itu. Bagaimana hendak menjawab, mereka sama sekali tak tau Muhammad Ali Syaqif itu pria yang seperti apa? Bertemunya pun belum pernah.

"Gak ada yang tau?" Tanyanya lagi lalu menatap tajam kesiswanya satu persatu.

1
...
3
...
5
...
7
...
10
...

Beberapa detik telah berlalu dan seseorang mengetuk pintu  kelas yang sebenarnya tak terkunci maupun tertutup.

Semua mata tertuju pada orang itu yang kemudian masuk begitu saja tanpa adanya arahan dari guru. Orang itu melangkah menuju bangku pertama dan duduk begitu saja. Walaupun sudah duduk mata para murid masih tetap tertuju padanya.

"Diakah Ali Syaqif?"_tanya Shelyna dalam hati.

"Muhammad Ali Syaqif---" ucap guru sosialita itu dengan penekanan pada setiap katanya.

"--terlambat masuk dihari pertama sekolah ya, dan masuk begitu saja. Kau kira wajahmu itu akan menyelamatkanmu? Darimana saja kau?" Tanya wanita itu sangat tajam pada pria yang baru masuk tadi.

"Hufftt" Suara helaan napas pria itu.

Para murid kembali memandangi pria itu kemudian sesekali memandangi guru mereka yang nampak sangat menakutkan.

"Apa kau tak bisa mendengar pertanyaanku Ali Syaqif?" Ditekannya kata-kata tersebut satu persatu.

Guru sosialita itu kembali menatapnya tajam. Bibir merah merekah, polesan makeup yang tebal dan mata yang tajam menjadikannya layak menjadi guru yang patut ditakuti. Suasana kelas itu sekarang nampak sangat mencekam

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu? apa urusanmu dengan sebab keterlambatanku?" Jawab pria itu begitu dingin.

Jawaban pria dingin itu membuat kelasnya tambah mencekam seolah-olah nyawa ada diujung tanduk.

"ALI SYAQIF!" Teriak wanita itu dengan suaranya yang menggelegar, mengagetkan para murid dikelas tersebut, namun bukannya merasa takut Shelyna malah terus saja mengerutkan keningnya.

"Wanita ini tak boleh terus berteriak seperti ini,ini akan ...---" khawatir batin Shelyna.

"KAU! BERANI SEKALI MEMBANTAH PERKATAAN SEORANG GURU! KAU---" Belum juga selesai ia berteriak memarahi pria tadi, Shelyna berdiri menyela ucapan guru sosialita tersebut.

"Bu, bukankah tak baik marah-marah dihari pertama kami bersekolah? Ini bagi kami adalah hari yang spesial tapi sekarang malah sangat menakutkan. Biarkan saja bu, lagi pula ini hari pertamanya. Please bu perhatikan kami juga" keluh Shelyna yang entah kenapa seolah-olah mencoba membela Pria itu.

"Kau, apa kau temannya? Kenapa kau membela anak lancang sepertinya?" Tanya wanita itu ke Shelyna dengan tatapannya yang sinis.

"Kami memang belum saling mengenal tapi kami satu kelas dan wajar saja saling membela, memang benar ia salah, namun ini adalah kesalahannya yang pertama,kenapa ibu tak memberinya kesempatan kedua?" Kembali Shelyna membujuk gurunya itu.

"Hhhuuuuuuuuuufftt" wanita itu menghela napas panjang.

"Baik,tapi mulai hari ini dijam pelajaran ibu, tak ada SEORANG pun yang boleh TERLAMBAT, jika terlambat kalian akan berurusan dengan ruang BK, ingat itu!" Tegas wanita itu menekan kata-katanya agar diingat oleh semua siswa-siswanya.

Belum juga Shelyna duduk dibangkunya, wanita itu menanyakan sesuatu.

"Siapa namamu?" Tanyanya ke Shelyna.

"Prilly bu" Jawab Shelyna.

Ya, Shelyna memang selalu dipanggil Prilly disekolah, entah kenapa ia tak mau dipanggil dengan nama 'Shelyna'. Kepalanya akan terasa sakit begitu orang-orang memanggilnya Shelyna. Lantas mengapa Rara boleh memanggilnya 'Shelyna'?, ia pun tak tau pasti tapi yang jelas Rara sudah memanggilnya begitu sejak ia kecil. Ia tak merasa sakit ketika dipanggil 'Shelyna' oleh Rara.

"Prilly, kau akan jadi ketua kelas dikelas ini karena kau berani mengkritik dan memberikan saran ke ibu, maka ibu putuskan kau yg akan menjadi ketua kelasnya" Titah guru sosialita itu yang tentu saja mengejutkan Shelyna

"Bagaimana bisa? Gue?" Panik Shelyna. Ia tak pernah menjadi salah satu siswa yang masuk dalam susunan struktur kelas, ditambah lagi dengan dirinya yang sangat sulit berinteraksi dengan orang lain menjadikan amanah yang diberikan padanya sangatlah sulit.

"Tapi bu--" belum juga selesai ia berbicara mencoba menolong dirinya agar tak mendapatkan amanah sesulit itu, gurunya langsung menyambungnya.

"Keputusan ini tak dapat diganggu gugat!. Dan Prilly, bukankah itu bukan bangkumu?"

Mendapat penuturan seperti itu membuat Shelyna nampak bingung. Apa yang hendak ia ucapkan? Seorang gadis yang memintanya duduk bersama, namun ia juga tak ingin sebangku dengan 'Ali Syaqif', pria brandalan yang membuat ricuh kelas mereka.

***
Ehehe.. penasaran yah?
Kira2 Shelyna akan pindah bangku atau menetap?.. lalu apa yg dikhawatirkn Shelyna? Hayooo apa hayoo.. yg tau dan menerka-nerka silahkan koment yah..
Bantu aku ngembangin cerita ku ini.. ok
Salam cinta Author Gaje😙😚

Kendari, 27 Januari 2020
@nadia_arrm26

Shelyna (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang