Part 3

15 4 4
                                    

Author's POV.

Saat jam pulang tiba, Nathan sekali lagi mengingatkan Nata akan apa yang pernah ia ucapkan di perpustakaan tadi. Tapi, Nata malah bodo amat dan pergi gitu aja ninggalin Nathan yang masih asyik ngoceh.

Nathan jujur sebenarnya kesel, tapi mau gimana. Dia pun akhirnya berinisiatif untuk mengikuti Nata karena tidak mau kalau sampai gadis itu kenapa-kenapa.

Nathan mengikuti Nata sampai gadis itu berdiri di depan gerbang sendirian, hari ini ia juga sudah mengingatkan pada supirnya untuk pulang telat dan tak perlu menjemputnya hari ini. Jadi dia tidak perlu khawatir akan supirnya yang akan datang menjemputnya.

Berjam-jam Nathan rela berdiri jauh dari tempat Nata berdiri hanya demi memastikan keselamatan gadis itu, selama hampir 2-3 jam lebih ia menunggu dan tak terjadi apa-apa pada Nata. Ia berniat untuk pulang, karena Nata juga akan pulang.

Ia pun pergi dari tempat itu, namun ia terkejut saat melihat Nata yang di sekap oleh seseorang yang tidak ia kenal. Kalau dilihat dari perawakannya, sepertinya orang itu bukanlah dari sekolah mereka.

Tanpa pikir panjang lagi, Nathan langsung pergi untuk menyelamatkan Nata yang akan dibawa entah kemana. Beruntung ia berhasil menyelamatkan Nata tepat waktu, ia berhasil merebut Nata dari orang tak di kenal itu dan menyingkirkan nya segera.

Nathan terlibat perkelahian kecil antar orang itu dengannya. 2 lawan satu memang tidak adil, tapi bagi Nathan itu bukanlah hal yang sulit. Mudah baginya untuk melumpuhkan orang-orang tersebut.

Temannya berhasil kabur dari Nathan, tapi tidak dengan yang satu. "Siapa yang berani merintah lu, hah?!" tanyanya dengan nada mengancam.

"S-saya tidak tahu ..."

Mendengar itu Nathan yang geram meninju perut orang itu dan mengulang pertanyaannya, orang itu nampak ketakutan dan kesakitan. "M-maafkan saya, s-saya hanya disuruh oleh seseorang." jawabnya.

"Siapa?" tanyanya penuh ancaman.

"R-Reno ... Moreno Saputra." Nathan pun terdiam sejenak, dan ia membiarkan orang itu pergi namun dengan ancaman untuk tidak datang kemari lagi.

Nathan beralih pada Nata yang tak sadarkan diri dan menopang tubuh gadis itu dengan satu tangannya, satu tangannya lagi ia gunakan untuk menghubungi supirnya. "Pak Eko? Bisa datang kemari? ... iya. Segera ya. ... baik. ... saya mau bapak mengantar teman saya sampai rumahnya dengan selamat dan katakan pada orang tuanya, kalau bapak menemukan dia ketiduran di halte dekat sekolah menunggu angkutan ... baik, saya tunggu. Oh ya satu lagi pak, tolong bilangin Ayah. Keluarkan anak bernama Moreno Saputra, karena dia membayar orang demi mencelakai salah satu siswi di sekolah ... Oke. Terimakasih ya pak."

Nathan segera memutus panggilan itu dan menatap Nata sejenak yang tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius. "Ngerepotin aja lu, Nat ...."

Nathan's POV end.

......

Nata's POV.

Beberapa Minggu setelah gue di PHP-in Kak Reno, gue udah gak pernah lagi liat batang idungnya di sekolah ini. Sebenarnya gue gak inget juga sih, apa yang terjadi hari itu. Tapi gue yakin, kalo Kak Reno itu PHP-in gue.

Gue gak juga tau dia itu kemana dan ngapain, kalo dari gossip yang beredar sih ... banyak yang bilang dia studi di luar negeri tapi, ada juga rumor jelek yang bilang kalo Kak Reno dikeluarin dari sekolah karena punya kasus di sekolah.

Walau gue ini diam-diam suka dan deket sama dia, tapi gue gak pernah tau info ini. Gue mencoba untuk berpikiran positif kalo Kak Reno itu gak masuk sekolah emang karena sakit atau izin.

Gue juga gak tahu sih, akan tetapi beberapa hari setelahnya kabar burung yang mengatakan kalau ia memiliki kasus di sekolah rupanya emang bener, Kak Reno itu ternyata adalah anak yang gak baik.

Ada banyak banget kasus yang dia punya, tapi cuman dua sih yang gue tahu. Pertama, dirinya yang terlibat tawuran dan yang kedua, karena pernah menggunakan Narkoba. Wow. Gak nyangka sih. Kalau di sekolah negeri, udah pasti dia bakalan dikeluarin tanpa toleransi, tapi karena ini sekolah swasta dan Kak Reno merupakan keluarga berduit. Jadi masih bisa di toleran.

Dia ternyata selama ini bersikap baik dan sopan, hanya untuk menutupi kedoknya. Masih gak percaya sih kalo Kak Reno pernah ngelakuin hal semacam itu, padahal gue pikir dia itu orangnya baik.

Gue mencoba melupakan Kak Reno dan fokus belajar dengan giat. Karena gak lama lagi UN tiba, dan gue harus siap-siap dan belajar rajin untuk menghadapinya.

Karena gue mau masuk sekolah Elit yang emang udah jadi incaran gue sejak SD. Yah walau gak mungkin sih, karena kebutuhan ekonomi gue ini pas-pasan banget, tapi gue bakal mencoba belajar dengan giat dan rajin supaya bisa dapet beasiswa.

Semangat mudaku membara!

Gue gak mau repotin Mamah lagi, kasihan dia udah kerja capek-capek cari duit plus jaga rumah. Gue gak mau Mamah sakit hanya demi ini dan gue juga mau Mamah gunain uangnya bukan cuman buat gue aja.

Jadi gue mau berbakti sama Mamah gue yang udah jadi kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga.
.....

Hari kelulusan pun tiba, gue bahagia banget saat tahu nilai gue sempurna rata-rata sembilan dan hari ini posisi gue menduduki peringkat kedua terbaik seangkatan, uuh agak kesel dan nyesek sih saat tahu gue kurangnya cuman di B. Indo. Coba aja waktu itu gue gak buru-buru dan gak terlalu ngeremehin soal B. Indo yang gampang itu, pasti nilai gue sempurna.

Dan yang bikin gue tambah heran, kenapa nilai MTK gue bisa dapet nilai sembilan padahal seingat gue, waktu itu gue ngerjain asal-asalan dah, hebat bener bisa dapet sembilan. Nih yang ngoreksi matanya bermasalah kali ya.

Yah mau berapa pun itu gua dah bahagia sih dan gue bisa dapet beasiswa donk dengan nilai terbaik itu. Syukur deh. Jadi Mamah gak perlu repot-repot lagi ngurusin biaya sekolah gue.

Walau demikian sayangnya, gue gak bisa ngewujudin keinginan gue, soalnya beberapa Minggu saat mau masuk sekolah gua harus pulang ke kampung buat ngurus urusan keluarga di sama dan kebetulan Kakek-Nenek gua meninggal dunia.

Jadinya mau gak mau gue harus tinggal di sana selama beberapa tahun dan gak tahu sampe kapan, ya semoga sih cuman 1 atau dua tahun aja. Soalnya kalo gini caranya kesempatan gue buat sekolah di sekolah elit ternama itu bakal pupus sudah, sayang banget kan.

.....

Setelah lama menempuh perjalanan jauh di kereta api sampai gue bosen duduk terus di kereta. Akhirnya sampai juga di kota Surabaya, kota kelahiran Mama gue. Karena gue berangkat jam 2 siang, sampai Sono jam 4 pagi. Koreksi kalo gue salah itung wkwk.

Di sini, kampung Mama gue, Kota Surabaya, gue sekolah di SMA Negeri yang Mayan elit lah, nilai gue bagus jadi gue bisa masuk sekolah itu deh.

Pertama kali disana, gue takut karena gak mau kejadian waktu masih di Jakarta keulang, tapi ternyata gue salah. Orangnya baik-baik gue punya banyak teman di sana dan gue bahagia.

Gue udah gak pernah lagi nangis dan merasa tertekan seperti di Jakarta. Bahkan gue betah di sini beda saat gue di Jakarta. Orangnya ramah-tamah, mau berteman sama gue dan gue udah gak pernah lagi di bully.
-
-
-
Bersambung...

We Are Twins But Diffrent (versi 1: Nata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang