Part 11

7 1 0
                                    

~Flashback on~
Author's POV.

Kedua twin baby girls itu hanya bisa menatap kedua orang tuanya dengan raut muka yang sama sekali tidak mereka mengerti. Andaikan saja mereka tahu apa yang terjadi saat ini, mungkin saja kedua anak perempuan itu bisa melerainya Dan menghentikan Ayah mereka yang saat ini memukul.

Tapi apa yang bisa mereka lakukan saat itu terjadi? Mereka hanya bisa menyaksikan saja. Tidak ada suara yang mereka berdua lontarkan. Mereka tahu Ayahnya marah, tapi karena apa dan mengapa. Mereka juga tidak tahu.

Saat ini Ibunya menangis dan mencoba membela diri, tapi seolah tuli. Ayahnya malah meneriaki dan membentaknya seraya menunjuk kearah Ibunya. Berbagai kata kasar dan umpatan Ayahnya ucapkan di depan kedua anak mereka.

Tapi pria itu seolah tak perduli dengan semua itu. Katanya, "Mereka hanya anak kecil. Mereka tidak akan paham! Urusanku denganmu bukan dengan mereka."

Kedua anak kembar itu pun menghentikan acara bermainnya. Saat mendengar Ayahnya membentak keras dan memukul serta memarahi Ibunya, mereka hanya bisa diam. Mereka takut, jantung keduanya berdetak lebih cepat. Ada perasaan sesak di dalam hati mereka.

Dan lagi-lagi mereka benar-benar tidak tahu itu apa dan mereka kenapa. Yang mereka tahu, mereka sangat ketakutan dan sedih melihat Ibunya yang menangis dan Ayahnya yang marah.

Dan di detik berikutnya mereka melihat Ibunya menampar Ayah mereka. Setelah itu dengan wajah beruraikan air mata dan emosi tak tertahankan. Ibunya segera menggendong si kembar yang paling muda, karena jaraknya paling dekat dengannya.

Ibunya ingin mengambil satunya lagi yang tertua, tapi tidak sempat karena Sang Ayah segera mengambil dan menggendongnya erat. Cekcok mulut tercipta dan setelah itu Ibunya berbalik badan dan pergi dari tempat tersebut.

Barulah setelah itu kedua anak kembar itu menangis karena mereka terpisahkan, mereka yang baru saja berumur 3 tahun dan belum bisa berbicara lancar hanya bisa menangis kencang dengan tangan yang berusaha untuk meraih saudarinya.

Namun kedua orangtuanya itu seakan tuli, tidak ada satupun dari mereka yang berniat membuat keduanya terdiam dengan cara mempertemukan baik-baik.

Semuanya pun berakhir dengan pintu rumah yang tertutup dan tangisannya yang kian kencang.

....

Nata's POV

Gue terbangun dari tidur gue dengan nafas memburu dan wajah yang berkeringat. Saat itu juga gue sadar kalau gue ketiduran di kelas PKN lagi. Semua mata langsung terarah ke gue dan saat itu juga gue langsung diminta untuk cuci muka, dengan anak-anak yang ketawain gue.

Gue mencuci muka gue, dan dengan kedua tangan yang bertumpu di wastafel gue melihat pantulan gue di kaca. Apa-apaan mimpi aneh itu. Kenapa gue bisa mimpi kayak gitu? Perasaan seingat gue, gue gak pernah yang namanya mimpi aneh kayak gitu.

Tapi sebentar ....

Kenapa mimpi itu benar-benar terasa nyata dan seperti kilas balik, bukan mimpi. Ugh! Sebenarnya ada apa sih. Selama ini gue selalu bahagia dan senang kok sama Mamah. Kenapa gue malah mimpi buruk dan aneh kayak gitu.

Dan kenapa dalam mimpi itu ... gue liat Mama, dimarahin sama orang yang gak gue kenal siapa namanya. Dan dia malah bentak, marah, dan mukul Mama parah banget.

And then ... siapa anak cewek yang muka mirip di akhir mimpi gue? Kenapa gue kayak ngerasain adanya sebuah ikatan sama dia? Padahal itu mimpi lho, harusnya gak ada yang kayak gituan di dalam mimpi. Ini benar-benar aneh.

Dan lagi, wajahnya dia itu terlihat familiar, tapi gue gak tahu dia siapa. Ugh! Kenapa gue harus mimpi kayak gini? Apakah ini semua pertanda atau ....

Udahlah lupain aja, gak penting juga kan. Lebih baik gue balik ke kelas, Sebelum Pak Dani ngomel-ngomel ke gue.

....

Jam istirahat pun akhirnya tiba, gue, Sabine, Rizqia dan Rafael kembali semeja. Tapi kali ini, Max juga ikut. Entah apa yang membuat dia ikut nimbrung disini.

Disaat mereka semua lagi canda gurau, beda banget sama gue. Gue yang biasanya bakal paling bawel dan bakal ikut ketawa ngakak kalau ada yang bercanda, ini gue malah diem aja. Bahkan dari sejak gue balik dari kamar mandi. Gue udah diem.

Gue masih dalam pemikiran gue, gue gak bisa berhenti pikirin apa yang terjadi sama mimpi gue yang aneh itu. Gue harus cari tahu, tapi sebelum itu siapa yang harus gue tanya. Mamah atau-

"WOI! NGOPI LAH DIEM-DIEM BAEK!"

"Kodok mental." semua pun ketawa dan gue natap tajam Rafael karena ngagetin gue. Gue ngelus dada dan beruntung jantung gue gak lepas dari tempatnya.

Setelah mereka semua puas ketawa, Sabine yang duduk di samping gue nanya ke gue. Gue pun geleng dan dia natap gue curiga gitu. Aduh gue ragu nih, cerita gak ya ke dia ...?

Atau cerita aja ...

"Sab-"

"Bine!" Sabine pun menoleh ke arah Max dan mereka ketawa bareng disana, sampe bikin dia lupa mau nanya apa gue. Baguslah, makasih Max.

....

Jam pulang pun berbunyi, kita para murid langsung buru-buru keluar kelas. Murid sekolah pun dah kayak anak ayam yang baru keluar kandang. Banyak banget sumpah.

Gue pun sama. Gak mau lama-lama disini, gue langsung segera beberes bentaran dan keluar dari kelas.

Tapi sebelum itu, gue dikagetin dong sama tangan manusia, ya iyalah masa setan. Creppy dong_- tapi ya gue tetep aja parno. Mau manusia kek atau setan sama aja. Gue benci dikagetin.

Gue noleh dan menemukan Sabine di belakang gue. Sendirian. Gak ada Rizqia, disini juga sepi. Mukanya dia juga serius banget, ada apa nih. Ada yang ingin dibicarakan kah?

Atau ... dia mau bahas soal siang tadi? Moga sih gak, gue gak mau libatkan Sabine soal mimpi gue. Walau gue yakin pasti ada kaitannya sama dia, tapi kalo dia gak tahu juga percuma kan.

"Um ... ada apa Bine?"

"Gue mau ngomong soal kejadian siang tadi. Perihal kenapa lu bengong aja saat istirahat di kantin tadi." Gue nelen saliva dengan susah payah.

Sial, mau gak mau gue harus cerita sih sama dia. Tapi gpp juga kan, gue juga yakin pasti ada kaitannya.

"Ya jadi tadi itu gue mimpi ..."

Sabine pun membelalak dan kaget banget sama apa yang barusan gue ceritain soal mimpi gue. Karena kata dia, dia juga mimpi hal yang sama pagi tadi.

WHAT THE-

.

.

.

Bersambung....

We Are Twins But Diffrent (versi 1: Nata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang