**
"WHAT THE FUCK IS THIS? ALICE, WHERE ARE YOU?" Aku berteriak keras saat melihat semua alat lukisku berserakan dimana mana.
Bagaimana aku tidak berteriak? Lagi lagi temanku yang gila itu kembali menghancurkan kamarku. Oh astaga, apakah dia tidak bisa sekali saja menginap dirumahku tanpa melakukan kebiasaan buruknya?
Aku mengambil kuas, kanvas, dan semua barang barangku yang berserakan disekeliling kasurku. Bahkan hingga pakaian dalam ku yang berada didalam lemari pun ia keluarkan. Astaga, kenapa aku harus memiliki sahabat yang bersifat buruk seperti ini?
"JASMINE!!!!!!!!!!"
Baru saja aku mau membalas teriakan itu, tetapi orang yang berteriak sudah berada dihadapanku dengan pakaian yang sudah penuh dengan cat air ditubuhnya.
"Kau menggunakan alat alat lukisku lagi?" Aku menatapnya dengan tatapan jijik.
"Wajahmu jelek sekali, Jas." Jawabnya datar.
"I know, apa yang kau lakukan dengan semua alat alat lukisku dipagi buta seperti ini?"
"Tentu saja melukis, Jasmine sayang." Ia tersenyum dan membantingkan tubuhnya ke kasur.
Oh biar kutebak, ia pasti sedang berbahagia karena kakakku yang sedang berolahraga dipagi buta seperti ini. Akan kuberitahu sesuatu tentang sahabatku yang idiot ini. Namanya Alice, ia adalah gadis tomboy dan idiot yang pernah kukenal. Kau ingin tahu kenapa ia bisa melakukan hal bodoh yang tidak kau mengerti dipagi buta seperti ini? Ia hanya berpura pura melukis dihadapan kakakku yang sedang berolahraga.
Sebenarnya ia itu hanya ingin memandangi ketampanan kakakku dan otot otot yang kekarnya itu. Itu sudah menjadi hal yang biasa bagiku, karena itulah hal yang selalu ia lakukan ketika menginap dirumahku. Benar benar bodoh bukan?
Alice memang menyukai kakakku, Dave. Dave memang tampan, dan itu yang membuat Alice benar benar menyukai kakakku. Tapi kurasa, rasa sukanya pada Dave tidak melebihi dari rasa sukanya kepada kelima lelaki yang terkenal itu.
Kau tahu bukan maksudku? Siapa yang tidak tahu One Direction? Kelima lelaki tampan dan memiliki bakat menyanyi. Bukan hanya itu, mereka juga selalu menciptakan lagu. Sudahlah, tidak usah kujelaskan, pasti kau sudah tahu tentang kelima lelaki itu.
Bukan hanya Alice yang menjadi seorang directioner dari ribuan ribuan directioners didunia ini. Tetapi begitu juga denganku, aku sangat menyukai mereka. Zayn, dia lelaki yang aku suka dari dulu. Zayn adalah teman dekatku semasa aku masih di junior high school. Tetapi sesuatu yang memisahkan kami.
Aku harus melanjutkan sekolahku ke New York, dan setelah itu aku menjadi lost contact dengan Zayn. Kau tidak tahu betapa aku menyukai Zayn waktu itu. Bahkan dulu aku pernah masuk kedunia friendzone saat bersama Zayn. Menyedihkan bukan? Satu lagi, aku tidak yakin jika Zayn masih mengenalku untuk saat ini.
"Jasmine, kakakmu benar benar membuatku gila." Ujar Alice sambil menatap langit langit kamarku dan tersenyum sendirian.
Aku memutarkan kedua bola mataku. "Kau ingat bukan? Kita tidak akan lama di New York. Kita akan ke London, bitch."
"WHAT? Oh gosh, aku hampir melupakan itu. Aku harus kembali membereskan pakaian-pakaianku yang sudah berserakan dikamar." Ia bangkit dari kasur dan berlari ke kamar yang ia tempati.
Namun dengan cepat aku menarik rambutnya. Sontak ia meringis kesakitan.
"Hey, bitch. Don't touch my hair! Its hurts!" Ia meringis kesakitan saat aku menarik rambutnya.
"Aku tidak peduli. Kau harus membantuku untuk membereskan kamarku yang berantakan. Ini semua ulahmu." Aku menatapnya kesal.
"Baiklah baiklah, akan kubereskan." Ujarnya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Aku benar benar tidak mengerti dengan tingkahmu yang bodoh ini. Hingga kau harus mengacak ngacak lemari pakaian dalamku, Alice."
Aku dan Alice mulai memunguti alat alat lukisku yang berserakan, begitu pula dengan pakaian dalamku. Saat kami membereskan kamarku yang berantakan, tidak ada percakapan yang penting diantara kami. Hanya ada percakapan bodoh dan curahan hati dari Alice.
Kurasa kau mulai tahu bagaimana sifat Alice, ia benar benar bodoh dan idiot.
Aku dan Alice memang tidak akan lama lagi dikota ini. Seorang Jasmine Bravery dan Alice Delline akan melanjutkan sekolahnya ke London! Oh astaga, kau tidak tahu betapa bahagianya aku dan Alice saat ini. Ke London memang impian kita berdua semenjak kelas satu di senior high school.
Kami berdua sudah bersahabat lama, kurang lebih hampir 3 tahun kami bersama-sama. Meskipun aku selalu saja bersabar dengan sifat buruk dan idiotnya Alice. Jangan memandang Alice dari sifatnya yang seperti itu, sebenarnya Alice itu gadis yang asik dan baik hati pula. Aku tidak salah memiliki sahabat yang setia seperti dirinya.
"Finally, kamarmu sudah bersih sekarang!"
Aku hanya mengangguk mendengar ucapan Alice. Dengan cepat aku melemparkan tubuhku kekasur, dan mulai memejamkan mataku.
Tetapi tiba tiba saja suara Alice membuatku kembali membuka mataku.
"Hey! Wake up! Kau baru saja bangun dari tidurmu, tidak mungkin jika kembali masuk kedalam mimpimu." Protes Alice yang membuatku menatapnya dengan tatapan kosong.
"Apa pedulimu? Aku lelah, Alice."
"Kau? Lelah? Kau bahkan hanya melipat lipat pakaian dalammu itu. Kau tidak tahu bagaimana aku yang sedari tadi mondar mandir menyimpan semua alat alat lukismu itu?"
"Itu salahmu sendiri," Aku kembali memejamkan mataku. Entah kenapa, rasanya aku ingin kembali berbaring diatas kasurku ini.
"Biarkan aku kembali memimpikan Zayn. Kau tidak akan memimpikan Harry?" Aku hanya berkata dengan asal dan pikiranku mulai setengah tertidur.
"Oh Astaga, terserah padamu. Kali ini aku tidak akan memimpikan Harry lagi, aku akan membuktikan bahwa Harry memang benar benar jodohku. Kau akan lihat itu ketika kita sudah di London." Samar samar aku mendengar Alice berbicara dengan nada yang mungkin... senang?
"Hm." Aku tidak mengubris perkataan Alice. Kurasa aku sudah mulai terlelap.
"Jasmine? Kau benar benar tertidur? Uh, dasar pemalas. Jangan salahkan aku jika nanti sepiring waffle yang biasa dibuat oleh Dave untukmu itu habis karena sudah masuk kedalam perutku."
Aku membuka mataku dengan cepat setelah mendengar perkataan Alice. Itu benar benar membuatku tergoda. Tanpa menunggu waktu lamapun aku langsung bangkit dan berlari menuju ruang makan.
Aku memang sangat menyukai waffle. Apalagi jika waffle itu dibuat oleh Dave, waffle buatan Dave adalah waffle yang terenak yang pernah kumakan!
"Apakah harus aku setiap hari mengancam seperti itu agar kau tidak bermalas malasan dikasur?" Aku menoleh ke asal suara saat aku sudah berada didepan meja makan yang hanya ada segelas air putih diatasnya.
Itu Alice, ia sedang melipat dadanya.
Dan ternyata ucapan Alice tadi itu hanya ancaman. Aku memutarkan kedua bola mataku. Baiklah, Alice memang nomor satu jika dalam hal mengancam.
A/N: HIII GUYS. Im back.
Gila, udah lama banget ga nge post ff :') Jadi kelas 9 emang nyusahin /What/ Sampe akhirnya banyak banget cerita gue yang terlantar. krik. sebenernya ini cerita dari imagine gue sama temen gue disaat kita lagi fangirling...
btw, gue lagi gamau banyak bacot :')
SOOOOOO,
LEAVE UR VOMMENTS PLS.
lots of love xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Spaces Between Us [Styles&Malik]
FanfictionJasmine Bravery dan Alice Delline memiliki keunikan tersendiri dalam hubungan persahabatannya. New York adalah tempat dimana mereka menemukan diri mereka yang sebenarnya sebagai sahabat. Tapi apa jadinya jika London akan menjadi tempat dimana merek...