Last Day in New york.

1.1K 42 12
                                    

Alice’s POV

 

“Kau sudah menyiapkan peralatan mandi?” Tanya mom yang sedari tadi tak berhenti mengoceh dengan barang bawaanku.

“Mom, peralatan mandi semuanya bisa dibeli disana. Lagipula aku malas membawa berat berat, aku hanya ingin membawa koper yang berisi pakaian pakaianku saja.” Gerutuku sambil memutarkan kedua bola mata.

Aku benar benar tidak mengerti dengan Mom, sedari tadi Mom tidak ada hentinya menceramahiku agar membawa semua barang yang kubutuhkan disana. Bukannya aku ingin menjadi anak durhaka, tetapi semua perkataan mom itu benar benar membuatku sedikit kesal. Jujur saja, aku paling malas jika harus membawa barang barang berat.

“Kebiasaan burukmu mulai muncul. Kau harus belajar berhemat, sampai kapan kau akan menjadi seperti ini terus?”

See? Mom kembali mengeluarkan kalimat yang membuatku kesal.

“Sampai Jasmine mau menaiki London eye saat kami berdua sudah di London.” Ujarku tersenyum kecil dan mom hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

Jasmine memang tidak mau dan tidak akan pernah mau menaiki London Eye. Seperti yang kau kira, Jasmine memang takut dengan ketinggian. Bahkan ia saja pernah menangis saat pertama kali menaiki pesawat diumurnya yang 5 tahun. Ia juga pernah meminta turun kepada orang tuanya saat menaiki pesawat.

Benar benar memalukan, bukan?

Aku berjanji, jika nanti ia menaiki pesawat bersamaku saat ke London, aku akan melarangnya untuk menatap keluar jendela. Bukannya apa apa, aku hanya takut jika nanti ia menangis dan meminta untuk turun sama seperti kejadian pertama kali ia menaiki pesawat. Memalukan.

“HELLOOOO!” sudah kuduga ini pasti Jasmine yang datang hanya untuk menumpang sarapan. ini kebiasaan paginya yang selalu begitu, meskipun jarak rumah kami tidak begitu dekat.

“Oh hello Jasmine, sarapan pagi mu sudah mom siapkan.” Seru mom menyambut kedatangan Jasmine.

Mom menganggap Jasmine memang seperti anaknya sendiri, begitu juga Jasmine sebaliknya. Kebetulan Mom hanya memiliki anak perempuan satu yaitu aku jadi pantas jika mom senang saat aku bersahabat dengan Jasmine. Dan seharusnya mom sadar, bagaimana sifat menyebalkan Jasmine ini.

“Aku yakin ini pasti lezat melebihi waffle buatan Dave!” Jasmine membuat semuanya siap, ia membenarkan posisi duduknya. Menyiapkan serbet dan tersenyum padaku.

Poor Jasmine, selalu lapar.” Aku melihatnya jijik, tetapi ini hanya sebuah candaan kami berdua.

“kau yakin tak akan ikut makan, huh?” Jasmine melihatku licik, dia memang pandai saat rolling eyes.

Come on, aku hanya ingin memakan waffle buatan Dave.” Sesaat aku terbayang bagaimana tampannya Dave saat kemarin aku melihatnya berolahraga ditaman belakang rumah Jasmine.

Astaga, Dave memang selalu bisa membuatku luluh. Kurasa besok aku harus meminta pada Jasmine agar menciumku saat di Bandara.

“Kau bisa memakan Dave jika kau mau.” Gumam Jasmine. Mulutnya penuh berisi telor racik khas buatan mom. 

Shut up bitch, apa maksudmu? Dia jelas tampan. Dia juga kakakmu jadi jelas aku akan dengan mudah mendapatkannya.” Aku mengambil piring makannya dan membawa lari ke ruang tengah.

“ALICE IDIOT! KEMBALIKAN MAKANANKU BODOH!” Kudengar beberapa langkah dari belakangku, suara gemuruh kaki kami yang berlarian juga terdengar sangat jelas.

“Sebelum kau mengatakan bahwa Dave tampan dan dia akan segera menjadi milikku.” aku tertawa melihat Jasmine yang membawa semuanya serius.

“Dave tak setampan yang kau pikirkan, dia menyebalkan. Cepat kembalikan makananku! Lagipula lebih tampan Harry Styles dibanding Dave, apa matamu sedang dibutakan?” Jasmine menaikan satu oktaf nada suaranya. Aku hanya tertawa mendengar perkataan tentang kakaknya. Jasmine selalu begitu.

Spaces Between Us [Styles&Malik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang