Alice’s POV
Aku mengemaskan semua alat-alat tulisku kedalam tas. Mata kuliahku baru saja ku akhiri hari ini. Well, tidak terlalu buruk untuk dihari pertamaku masuk kuliah. Meskipun aku merasakan hal-hal yang berbeda dari sekolahku yang sebelumnya. Aku mulai bodoh, tentu saja berbeda, aku bukan anak sekolahan lagi. Aku sudah menjadi anak kuliahan.
Dosen dikelasku tadi juga cukup menyenangkan, bisa dikatakan sedikit humoris. Padahal ia dosen jurusan sastra, susah untuk mendapatkan dosen sepertinya ini. Dan teman-teman baru didalam kelasku tidak terlalu buruk, hanya saja ada beberapa lelaki yang membuatku menatap mereka jijik.
Kalian tahu kenapa aku melakukan hal itu? Mereka semua melihatiku dengan genit. Itu benar-benar membuatku risih. Meskipun mereka sedikit tampan. Hanya sedikit.
Aku sedang mencoba untuk pelit berkata tampan pada setiap lelaki. Apa itu terdengar bodoh? Aku tidak peduli.
Aku mempercepat langkahku menuju toilet. Bukan, bukan karena aku terburu-buru untuk buang air. Tapi Jasmine menyuruhku untuk menemuinya, bahkan hingga ia mengirimiku 10 pesan yang sama. Typical Jasmine, ia tidak bisa bersabar sedikit.
Lagi pula Jasmine memang aneh, kenapa ia harus menyuruhku untuk menemuinya ditoilet? Apa ia takut kedalam masuk kedalam toilet sendirian dan memintaku untuk menemuinya? Jika itu benar, dia memang bodoh.
Kurasa aku sudah terlalu banyak menggunakan kata-kata bodoh.
Lupakan saja.
Kaki-ku kini berhenti melangkah saat mataku melihat dua pintu toilet yang bersebrangan beberapa meter, masing-masing pintu terdapat logo seperti ‘Woman’ dan juga ‘Man’. Aku mengeluarkan ponselku dan mengetik satu kalimat singkat lalu mengirimkannya pada Jasmine.
To: Annoying Jasmine
Where are you, sucks? –A
Giliranku yang mengiriminya banyak pesan. Tadi ia sudah memaksaku agar cepat-cepat datang kesini, tapi apa? Ia malah tidak ada ditempat, kurasa ia masih berada didalam. Jasmine memang terkadang sangat menyebalkan dan selalu membuat orang menunggu.
Aku menyenderkan tubuhku ke dinding tepat disebelah pintu toilet wanita berada. Aku sedang malas untuk masuk kedalam sana. Itu membuatku ingin muntah jika sesuatu yang berbau tidak sedap masuk kedalam hidungku. Meskipun didalam sana terdapat pengharum, tapi sama saja bukan?
Ah ya, aku lupa memberitahumu sesuatu. Aku dan Jasmine mengambil jurusan yang berbeda, sesuai dengan kemampuan kami masing-masing. Jasmine mengambil jurusan seni, karena ia sudah tahu bahwa ia memiliki bakat melukis. Sedangkan aku, mengambil jurusan sastra. Ini sedikit membingungkan, padahal aku tidak tahu apa yang kubisa didalam bidang ini.
Mungkin mengkhayal termasuk? Oh, lupakan pemikiran bodohku.
Aku merasakan benda berbentuk persegi panjang ditanganku bergetar, kontan aku langsung membuka kuncil layar ponselku. Bisa kulihat Jasmine membalas pesanku dengan cepat.
From: Annoying Jasmine
Kurasa aku terlalu banyak makan keripik pedas tadi malam. Aku tidak yakin ini akan berakhir cepat. Jika kau memang ingin menunggu ditempat lain, tidak apa apa. Beritahu aku dimana itu x
Perasaan kesal dan senang berdatangan padaku saat aku membaca isi pesan dari Jasmine. Bahkan bisa-bisa aku tersenyum menang dan memutarkan kedua bola mataku secara bersamaan. Apa itu terdengar gila? Tapi memang itulah yang biasa kulakukan jika kedua perasaan itu sedang kurasakan.
Percaya atau tidak, aku senang hanya karena Jasmine baru saja kalah dalam permainannya semalam. Tadi malam kami baru saja berperang dan kami juga bertaruh. Siapa yang paling kuat memakan keripik extra pedas, itulah pemenangnya. Kami hanya boleh minum jika keripik yang dijatahkan sudah habis. Tadi malam kami berdua sama-sama kuat. Jadi, tidak ada yang menang diantara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spaces Between Us [Styles&Malik]
FanfictionJasmine Bravery dan Alice Delline memiliki keunikan tersendiri dalam hubungan persahabatannya. New York adalah tempat dimana mereka menemukan diri mereka yang sebenarnya sebagai sahabat. Tapi apa jadinya jika London akan menjadi tempat dimana merek...