Alice's POV
"I'm Home!" Aku menutup pintu flat dan berteriak senang.
Senyuman ini tidak bisa ditahankan lagi, sudah mengembang dengan sendirinya. Aku tidak bisa berhenti membayangkan kejadian tadi saat bertemu Harry.
Ternyata Harry memang lelaki yang idiot.
"JASMINE LAZY BRAVERY, DIMANA KAU?" Lagi lagi aku berteriak karena belum ada balasan dari Jasmine si pemalas itu.
Aku menengok ke arah jam tanganku. Pukul 2 pm. Pantas saja, pasti jam segini ia sedang asik membersihkan badannya dan bermain air di kamar mandi. Sudah kebiasaan Jasmine untuk mandi telat.
Ia memang jorok. Sangat berbeda denganku yang tidak pernah ketinggalan untuk membersihkan badan. Tetapi jika aku benar benar malas, aku pasti akan melakukan apa yang Jasmine lakukan saat ini. Oops.
Aku menaruh kantung belanjaanku ke atas meja. Oh astaga, lagi lagi wajah Harry yang tampan terbayang dipikiranku, begitu pula dengan lesung pipinya yang membuatnya semakin tampan dan manis.
Siapa pun, tolong aku. Rasanya aku ingin berteriak.
Apakah aku ini termasuk gadis yang beruntung?
"Na na na na na—"
"Jasmine!" Aku berteriak cepat saat melihat Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil bersenandung kecil.
"What's up?" Dengan santai ia berbicara sambil membaluti rambutnya itu dengan handuk merah.
"Guess what? I—"
Baru saja aku berbicara tetapi ia sudah memotongnya. Kebiasaan.
"Langsung to the point saja, Alice idiot."
Idiot. Kata yang membuat senyumanku mengembang kembali. Suara Harry mengiang ditelingaku saat ia mengucapkan kata idiot itu untukku.
"Tetapi kau jangan menyesal dan jangan berteriak." Ujarku yang mencoba menahan senyuman yang berjuta maksud ini.
"Ya ya ya, terserah kau saja." Balasnya sambil menuangkan sirup kedalam gelas diatas meja, lalu meminumnya.
"Errrrrrrr... Apakah bisa kuceritakan dengan berteriak? Aku benar benar tidak bisa menahan ini! Katakan bahwa aku adalah gadis yang benar benar beruntung."
Jasmine mengerutkan alisnya. Menatapku bingung, seakan akan ia tidak tahu apa yang kumaksud.
"Ada apa? Kau bertemu lelaki tampan?"
"Yup!"
"Lalu?"
"Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini, Jas. Kau lihat senyumanku? Senyuman manis ini memiliki sejuta maksud!"
"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau ucapkan. So, apa yang sebenarnya terjadi? Kau bertemu dengan lelaki tampan? Oh ayolah, bukankah semua lelaki yang kau temui dan berbaik hati padamu selalu kau bilang tampan?" Ia memutarkan kedua bola matanya dan meminum segelas sirup.
"Kau tidak mengerti...."
"Apa?" Jasmine mendekatkan wajahnya ke arahku. "Aku ingat saat jaman Senior High School, lelaki bertompel yang sangat perhatian padamu saja kau bilang tampan....."
"Shut up! Saat itu aku sedang dibutakan Jas! Kau selalu saja mengungkit ngungkit hal itu." Aku menatapnya sebal.
Uh, aku benci Jasmine jika ia sudah mengungkit hal itu. Apakah ia tidak tahu bahwa aku ini orang yang tidak pelit untuk berkata 'lelaki itu tampan' pada setiap lelaki?
KAMU SEDANG MEMBACA
Spaces Between Us [Styles&Malik]
FanfictionJasmine Bravery dan Alice Delline memiliki keunikan tersendiri dalam hubungan persahabatannya. New York adalah tempat dimana mereka menemukan diri mereka yang sebenarnya sebagai sahabat. Tapi apa jadinya jika London akan menjadi tempat dimana merek...