**
Jasmine's POV
Kedua mata coklatnya masih sama seperti saat dulu aku menatapnya, aku melihat setiap detail bulu mata indah itu yang tetap menjadi bagian kesukaanku.
Rambutnya berbeda sekali saat terakhir aku melihatnya di majalah, Alice memang pernah membicarakan tentang rambut Zayn yang terlihat jauh lebih berani tapi aku tidak begitu mempedulikan masalah itu.
Kemeja hitam yang ia pakai dan jazz hitam menyusuri setiap tubuhnya, aroma aftershave mint sangat melekat. Aku masih mengenali wangi aroma ini, aku sangat menyukai itu.
Banyak sekali yang berubah dari Zayn, badan kekarnya dan beberapa bulu halus yang dibiarkan tumbuh di wajahnya mengesankan dia bertambah dewasa. Aku masih terpaku melihat sosok yang selalu ku bayangkan beberapa hari ini, sekarang dia tepat di depanku.
Aku bisa menatapnya secara dekat namun perasaan ku sangat berantakan. aku menemukan orang yang dulu ku cintai, aku sangat senang bisa menemuinya kembali tapi aku merasakan tolakan dalam diriku yang rasanya sangat sakit. Sungguh.
“Jas?” Aku melihat tangan Zayn yang menempel dengan kulitku, tangan hangatnya membuat tubuhku gemetar seperti membakar seluruh sarafku yang sedang bekerja.
Aku sempat terpaku dengan tattoo baru di tangannya, dark tattoo itu mengingatkanku. Dulu aku menyukai motif itu aku pernah memperlihatkannya pada Zayn, dia hanya tersenyum saat mendengar aku menyukai motif kuno lalu aku marah karena sebenarnya motif itu memiliki arti tersendiri bagiku.
Aku melepas tangan besar itu, merasakan sekujur tubuhku dingin. Aku masih berusaha untuk tetap terlihat normal, accent Zayn seketika membuatku tak bisa mengeluarkan kalimat apapun. Apa lagi saat Zayn masih menggunakan nama kecil itu, nama kecil yang hanya dia gunakan 'Jas'.
“Maaf aku lancang.” Aku mendongak melihat Zayn yang jauh lebih tinggi dibandingkan aku.
Aku mulai berpikir untuk tidak melihat tatapan matanya lagi, setiap kali aku menatapnya semuanya sangat sesak.
“Aku kira kam tidak akan pernah datang ke acara seperti ini.” Itu saja yang terlintas dalam pikiranku, susah sekali menyusun kalimat seperti itu.
“Apa kabarmu?”
“Seperti yang kau lihat.” Aku tersenyum parau, berharap ini tidak memalukan didepannya.
“Kau terlihat luar biasa dengan gaun hitam itu.” Matanya menyusuri bagian tubuhku, aku tidak bisa melakukan apa pun kecuali membuatnya beralih dari topik ini.
“Kau jauh luar biasa dan sangat casual.” Aku tidak mencoba menatap pakaiannya, karena sejujurnya sejak tadi aku sudah memperhatikan hal itu sampai cincin yang selalu ia pakai.
“Oh Zayn ku kira kamu tak akan pernah datang ke acara reuni sekolah kami!” Suara lantang lelaki tinggi itu menghampiri kami, ia menatap ku dan Zayn bergantian.
“What's up, Ron!” Zayn memeluk lelaki dihadapannya dengan semangat, aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka. semuanya sangat tidak terasa sejauh ini.
“Jasmine Bravery! Aku tak percaya ini kamu!” Kali ini Ron mendekatkan tubuhnya berusaha meraih tubuhku untuk dipeluk oleh badan besar itu.
“Hei Ron.” aku tahu badan Ron sangat tinggi jadi aku berusaha berjinjit menyesuaikannya, tapi sesekali mataku tetap melirik ke arah Zayn yang tersenyum memperhatikan kami.
“Sebenarnya kalian kesini bersama? Dress code kalian sangat—” Aku memotong ucapannya.
“Ini hanya kebetulan, ayo cepat masuk acaranya segera dimulai.” Ron mencibir dan menarik tangan Zayn tapi dia menolaknya, aku bingung saat Zayn berbalik ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spaces Between Us [Styles&Malik]
FanficJasmine Bravery dan Alice Delline memiliki keunikan tersendiri dalam hubungan persahabatannya. New York adalah tempat dimana mereka menemukan diri mereka yang sebenarnya sebagai sahabat. Tapi apa jadinya jika London akan menjadi tempat dimana merek...