┼
Ellery Cho tahu betul, suara-suara meraung itu tak hanya didengar oleh rungunya saja, melainkan beberapa anak terpilih lain, yang sepanjang penglihatan gadis tertua Cho itu, sama-sama menyelinap seperti pahlawan yang berani mati saat itu juga, demi umat penyihir. Gryffindor banget, 'kan?Tapi, nggak semuanya Gryffindor.
Ellery sendiri, memakai dasi kuning kebanggaan asramanya, dan dengan langkah besar-besar mantap di antara pualam lorong-lorong Hogwarts, bersenandung lirih.
Ia tahu, hari ini akan tiba.
Hari dimana seseorang minta tolong, dan tidak semua murid bisa dengar. Ellery tahu, ia bisa mendengarnya, dan ia merasa senang akan hal itu.
Dan di antara bertanya-tanya kira-kira hal dan petunjuk seperti apa yang akan keluar selanjutnya, ia menghentikan langkahnya di depan sebuah lukisan besar yang objeknya telah menghilang.
Koridor itu cukup gelap hingga Ellery pikir ia hanya tak bisa melihat objek dalam lukisan itu.
"Lumos," rapalnya.
Ketika secercah cahaya menyinari sedikit bagian di sana, secarik perkamen terlihat tengah melayang di udara-sudah jelas ada yang memantrai, dan Ellery juga sudah tahu. Semuanya. Ellery tahu semua ini rencana salah satu oknum dari sebuah pertemuan-gelap-di Hogwarts.
Ia baru meraih dan menggenggam perkamen tersebut ketika sebuah tubrukan cukup keras membuat Ellery terkejut.
Ellery merasa tidak cukup senang dengan ini. Ia lantas meloloskan embusan napas, namun yang menabrak tadi justru terkejut dengan hal lain-surat di tangan Ellery.
Seorang cowok jangkung berdiri di hadapan Ellery-jelas sekali menatap Ellery dengan antara terkejut, senang, namun panik pada waktu yang sama.
"Hebat, kau dapat juga?!" Pekiknya, menunjukkan secarik kertas persis dengan yang tergenggam di tangan Ellery.
Ya. Dia baru saja memekik-bocah ini, Jose, ia satu tingkat di bawah Ellery.
Ellery's first impression: berisik banget.
"Kau tahu, tadi aku sedang makan dengan teman-temanku, lalu aku mendengar suara-suara.. aneh? Lalu, kuikuti suara itu karena aku cukup penasaran, dan kutemukan ini," ia menautkan alis, bingung.
Ellery: nggak ada yang nanya..
Ellery diam saja-memikirkan respon yang tepat. Ia hanya mengulas senyum masamnya, sekali lagi, ia tidak mungkin memberitahu bocah berisik ini kalau ia sudah tahu apa yang sedang semua orang coba pecahkan, 'kan?
"Bukankah ini hebat? Kita harus pecahkan bersama-sebelum Professor Snape menyingkap jubahnya untuk menangkap kita, maksudku, kalau kau mau!"
Ellery tertawa canggung, "Sori banget aku nggak mau berurusan dengan omong kosong seperti ini,"
Bukan nggak mau berurusan, Ellery hanya tidak ingin membuang waktunya untuk sesuatu yang sudah ia ketahui pasti keberadaannya.
Dalam hatinya, ia berteriak bahagia. Karena tanpa kertas ini, pun, ia sudah tahu dimana, dan apa itu Rasmodeus Vivaldi.
"Serius, nih? Apa kau nggak mau membantuku menyelesaikan ini?"
Kini cowok itu malah merengek padanya-ya Tuhan, Ellery bisa mati terlalu lama berurusan dengan cowok ini.
"Still a 'no', semoga keberuntungan berpihak padamu,"
Sebelum Jose sempat membuat kebisingan lagi, Ellery melenggang pergi meninggalkan cowok bernama Jose ini dengan jutaan kebingungan. Kasihan, sih, tapi, nggak ada gunanya juga ia berpura-pura tidak tahu.
Jose berdiri mematung di tempatnya, memandang punggung Ellery menjauh perlahan di kegelapan.
"Hey? Tidak mau memikirkannya lagi?"
Dengan bodohnya, Jose melambaikan kedua tangannya di udara-seolah Ellery bisa melihatnya. Padahal dia sedang melambai pada punggung.
"Ah.." Jose mendesah frustrasi.
Ia hanya tak tahu, bahwa bukan ia sendiri yang berusaha memecahkan teka-teki Rasmodeus Vivaldi.
to be continued.
Jose Park, the cutest confused baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasmodeus Vivaldi
FanfictionCuriousity killed the cat . . . but not the wolves. A harry potter themed NCT apply fic.