Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
┿
Seperti anak terpilih lainnya, di tengah hingar bingar siswa-siswi Hogwarts, Krystal Choi juga mampu mendengar suara-suara aneh yang menggaung di setiap sudut kastil-atau mungkin, suara itu hanya ada di kepalanya saja, setidaknya begitu pikirnya.
Suara-suara itu memunculkan beribu-ribu spekulasi, berputar-putar di pikiran gadis Choi itu tentang dugaan dari mana asal suara itu, sama halnya dengan pertanyaan tentang suara siapa itu.
Tapi tentu saja, predikatnya sebagai anak singa yang terkenal pemberani dan cenderung mengesampingkan ribuan peraturan demi tujuannya, mengarahkan Krystal Choi kepada setapak menuju bisikan-bisikan itu.
Pribadinya, Krystal tak pernah mengizinkan otaknya berpikir lebih panjang ketika hendak melakukan sesuatu;singkatnya, Krystal tak pernah mempertimbangkan resiko. Toh, selama ini dia selalu melakukan apa-apa sendiri juga, 'kan?
Dengan berjingkat-jingkat, gadis Gryffindor ini berhasil menerobos kerumunan siswa. Ia berjalan di bawah tangga pualam yang dari dasar terlihat saling tumpang tindih mengisi ruang udara megah di kastil tua Hogwarts.
Sekejap kemudian, suara seseorang hampir membuat Krystal terlonjak kaget. Untungnya, itu hanya suara dari lukisan di dinding.
"Berjalan-jalan di tengah upacara penerimaan, bocah? Dasar, benar-benar seorang Gryffindor!"
Krystal, yang memang bertelinga layaknya baja, tertempa cemooh apapun tidak akan sekalipun menggubris. Dan bukannya memberi respon, Krystal justru pergi ngacir: mengabaikan sosok pria dalam lukisan. Lalu, sesosok wanita gempal dalam lukisan (juga), di sebelah pria lukisan tadi menimpali,
"Memang enak, dikacangin? Pft-"
Jujur saja, keberadaan para hantu dan tokoh-tokoh terlukis dalam bingkai itu sejatinya hanya mengganggu murid-murid saja. Krystal, pada awalnya memiliki intensi untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait suara-suara yang ia dengar, tapi berulang kali pula ia urungkan niat itu. Mungkin saja para sosok ghaib itu senang menyesatkan.
"Krissie?"
Panggil sebuah suara. Orang tersebut sudah pasti tahu bahwa Krystal tidak suka dipanggil dengan sebutan demikian. Krystal menoleh ke arah suara di belakangnya.
Another Gryffindor. Si jangkung cerewet tidak jelas itu, José, tampak baru kembali dari arah berlawanan.
"Kau ngapain keluyuran?" Timpal si cowok yang berada satu tingkat di bawah Krystal. Tampaknya ia sedikit terlihat bingung. Bisa-bisanya, menuduhKrystal-yang notabenenya adalah kakak kelasnya-lagi keluyuran.
"Bukannya seharusnya kau tanya dirimu sendiri? Kau ngapain?" Jawab Krystal, sedikit tidak ingin diketahui tujuannya, tapi tetap berhasil menjotos fakta.
"Coba tebak! Aku ada misi hebat. Harus memecahkan sesuatu, duluan ya! Kau jangan kelamaan di luar sana, Mrs. Norris pasti sudah setengah jalan kemari!"
Krystal memutar bola matanya-lelah. Belum sempat menjawab, bocah José itu melenggang pergi.
Sekarang, tinggal dirinya sendiri.
Suara itu datang lagi sebentar kemudian, dalam keheningan kastil raksasa yang berdiri kokoh itu. Serupa hipnotis, bisikan-bisikan tersebut menarik Krystal semakin dalam, dan dalam, dan lebih dalam.
Hingga ia tiba di bagian terlarang perpustakaan. Bagian tergelap, dingin, terlebih lagi di malam-malam seperti ini, sementara aula besar berisi lautan siswa-siswi dan para professor, Krystal berdiri gemetar memasuki bagian terlarang itu.
Ia tak akan masuk kalau saja suara itu tak memanggilnya dengan jelas, dari dalam sana.
"Halo? Seseorang di sana?"
Gadis Choi itu bisa tegas mengatakan bahwa suara-suara tersebut bukanlah suara manusia. Tapi tetap saja, ia ingin mengajak bicara.
Bukannya suara yang menjawab, secarik perkamen muncul dalam sepersekian detik, dengan sedikit kilatan cahaya di sekitarnya.
Krystal menyambarnya dengan cepat. Dibacanya rangkaian kata tertulis di atas sana,
When the hand of hour is stretched
to its limit, it favors the South. Seven passed and ticked, it will grant your deepest desire for any melodious sound...
Gadus Choi ini merinding sekejap-namun ia buru-buru keluar dari bagian itu dengan sedikit berlari dan agak menabrak pintu.
"SIAPA DI SANA?"
Krystal terperanjat dan berhenti, tapi menjadi lega ketika menemukan fakta bahwa yang memanggilnya ternyata..
"OH SIAL. MARK!"
Yang dipanggil lalu tersenyum dan menghampiri.
"Ya ampun, kau rupanya. Ngapain? Sudah kelas lima masih saja tersesat." Cibir si cowok Slytherin itu.
Krystal mendengus sebal. Ia hampir saja melayangkan mantra serangan. "Diamlah, aku nggak punya waktu untuk berdebat."
"Sedang sibuk cari cari jalan balik, ya? Mau kuantar?" Mark menyeringai meledek, seolah berbicara dengan anak tahun pertama.
Krystal diam sejenak-tapi akhirnya tersenyum dan berjalan beriringan di samping Mark-
-tanpa Mark ketahui, di balik punggungnya, Krystal menyembunyikan secarik kertas teka-teki itu.
to be continued.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.