Protect

2.6K 329 11
                                    

Naruto menggenggam tangan Hinata erat, saat ini mereka sedang berjalan dikeramaian pasar. Semua mata menatap kearah mereka.

"Naruto-kun, lepaskan tanganku semua orang melihat kearah kita." Bisik Hinata, ia risih ditatap begini.

"Apa kau malu?" Tanya Naruto pelan.

"Tidak, bukan begitu Naruto-kun." Hinata menggeleng, tentu saja ia tidak malu berjalan bersama Naruto.

"Kalau begitu, biarkan saja." Naruto makin mengeratkan genggaman tangannya pada Hinata.

Hinata membiarkan dirinya berada dibelakang Naruto yang menggenggam tangannya dengan erat.

Sudah semusim, sejak Naruto kembali menemui Hinata. Keduanya semakin dekat, Naruto selalu datang tiap sepuluh hari sekali untuk menemuinya. Terkadang pria itu datang sendiri, dan terkadang ia membawa tiga orang, yang ia kenalkan sebagai anak buah padahal Hinata tahu bahwa mereka adalah samurai yang mengabdi pada Naruto, dilihat dari pakaian dan sebegitu hormatnya mereka pada Naruto.

Namun, Hinata tidak pernah bertanya mengenai hal ini, dirinya tidak ingin Naruto merasa tidak nyaman jika dirinya banyak bertanya. Lagipula ia sudah cukup senang, tiap kali Naruto datang untuk menemuinya.

BRUK
Naruto menarik Hinata kedalam rangkulannya, seseorang dengan pakaian hitam hampir menjatuhkan sebuah peti besar berisi kain sutera kearah Hinata.

"Ck bodoh, perhatikan jalanmu!" Naruto membentak orang itu dengan kasar.

"Kau baik-baik saja?" Naruto menatap Hinata yang masih terkejut.

Hinata hanya mengangguk, ia cukup terkejut. Hinata tidak tahu kalau Naruto bisa bicara sekasar itu, karena tiap kali bersamanya Naruto akan bicara dengan sangat lembut.

Apa dirinya belum benar-benar mengenal Naruto?
.
.
"Hinata, kapan kau akan menjawab pertanyaanku waktu itu?" Naruto memeluk pinggang Hinata yang sedang duduk diatas kuda bersamanya.

"Aku akan menjawabnya, nanti." Hinata menolehkan kepalanya kebelakang, dan melihat wajah Naruto.

"Aku butuh jawaban sekarang, aku akan pergi lama setelah ini." Naruto menarik kekang kudanya dan berhenti dipinggir pantai tak jauh dari kediaman Hinata.

"A-apa, Naruto-kun mau kemana?" Hinata menyentuh lengan Naruto yang memeluk pinggangnya.

"Aku akan ke Osaka selama tiga minggu." Naruto meletakan kepalanya di bahu Hinata, menyamankan dirinya.

"Tiga minggu!?" Hinata terkejut, itu cukup lama. Biasanya Naruto akan kembali tiap sepuluh hari sekali.

"Hm, maka jawablah sekarang." Bisik Naruto pelan.

Beberapa hari yang lalu, Naruto melamarnya. Hinata belum yakin dengan jawabannya, maka ia masih terus memikirkannya hingga saat ini. Bukankah ini terlalu cepat?

Ini baru semusim sejak mereka menjadi dekat, bukan Hinata tidak mau. Ia hanya butuh meyakinkan diri. Lagipula, bukankah ini masih terlalu dini untuk memikirkan pernikahan?

"Aku akan menjawabnya saat kau kembali dari Osaka." Jawab Hinata pelan, selama tiga minggu Naruto pergi, biar dirinya memikirkan hal ini.

"Hm baiklah, sesungguhnya aku tidak akan menerima penolakan apapun darimu. Pastikan kau siap menikah saat aku kembali." Naruto mengecup bibir Hinata lembut.

Hinata memejamkan matanya, ini bukan pertama kali Naruto menciumnya. Naruto menahan kepala Hinata agar tetap menoleh, mengecup dan melumat bibirnya lembut. Hinata meremas kerah kimono Naruto saat pria itu memperdalam ciumannya.

"Kau mencintaiku kan?" Tanya Naruto pelan saat melepas tautan bibirnya.

Hinata mengendalikan napasnya yang terengah dan mengangguk kaku, ia mencintai Naruto.
.
.
"Aku pergi dulu." Naruto mengecup kening Hinata, dan beranjak pergi.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang