Grudge

2K 263 22
                                    

"Apa aku kembali saja ke mansion bi?" Tanya Hinata pada wanita didepannya.

"Sebaiknya kau menunggu hingga Naruto menjemput." Jawab Tsunade seraya merapikan botol-botol sake ditokonya.

Sudah duabelas hari, Hinata menginap ditempat Tsunade. Naruto menyuruhnya untuk menginap sementara ditempat ini.

Tsunade adalah kerabat jauh Naruto, Iruka dan Naruto juga ternyata sering membeli sake disini.

Tak ada kabar dari Naruto selama duabelas hari ini. Hinata khawatir sekali, sebenarnya ada apa dimansion. Hari itu semua baik-baik saja, hingga mereka kembali ke mansion malam itu.

"Bi, aku akan pulang saja. Naruto mungkin lupa menjemputku." Ujar Hinata pahit, hatinya sedikit pilu apa benar Naruto lupa?

"Benarkah, apa kau mau diantar?" Tawar Tsunade, ia tidak tega melihat perempuan seperti Hinata menunggang kuda sendirian kepinggir kota.

"Tidak perlu bi, aku bisa sendiri, terima kasih atas tumpanganya." Hinata bergegas pergi.

Hinata menaiki kuda tinggi itu, sebenarnya ia tidak bisa menunggang kuda sendiri. Ia hanya sering menunggang kuda bersama Naruto dan sedikit mengerti bagaimana cara Naruto mengendalikan kudanya itu.

Hinata mulai memacu kudanya pelan, sungguh ia benar-benar takut. Perjalanan kemansion cukup jauh, saat berangkat kepasarpun dirinya sempat tersesat. Jantungnya berdegup cepat, ia masih bertanya-tanya.

'Sebenarnya ada apa Naruto-kun?' batinnya menangis, ia kebingungan.

Naruto memasukan dua batang emas kedalam tasnya dan bersiap berangkat ke tempat yang dikatakan Iruka sebelum kematiannya, yaitu hutan Arashiyama untuk menemui seorang Mahoutsukai.
Ia tidak peduli jika harus memakai sihir untuk membalaskan dendam ini.

Sebenarnya ilmu sihir masih merupakan hal tabu baginya, bahkan bagi sebagian orang di negeri ini. Namun ia hanya akan mengikuti apa kata Iruka sebelum meregang nyawa saat itu, ia percaya dengan perkataan pamannya.
.
.
Saat sudah hampir sampai dimansion, Hinata melihat Naruto sedang memacu seekor kuda dengan cepat.

"Naruto-kun!" Hinata memanggil suaminya itu dengan cukup keras, namun Naruto tidak mendengarnya, dan memacu kudanya dengan sangat cepat.

Hinata buru-buru mengejar Naruto, namun ketidakmampuannya mengendalikan kuda membuatnya tertinggal cukup jauh dari suaminya yang sudah masuk kearea hutan. Tangan Hinata gemetar, udara malam ini sungguh dingin.

'Kau mau kemana Naruto-kun?' Hinata sangat khawatir, Naruto memacu kudanya dengan sangat cepat.
.
.
Setelah hampir empat jam berkuda dengan kecepatan tinggi, Naruto sampai juga disebuah hutan bambu yang cukup lebat. Ia melihat sebuah rumah sederhana dengan obor temaram yang tersembunyi dihutan itu. Ia turun dari kudanya dan melangkah masuk.

Hinata terkejut saat melihat Naruto turun dari kudanya, ia menarik kekang kudanya terlalu kasar hingga dirinya kehilangan keseimbangan dan jatuh dari atas kuda yang cukup tinggi itu.

"Arhh." Kaki Hinata sepertinya terluka karena terkena batu.

Matanya tidak mendapati Naruto, tapi ia melihat kuda cokelat yang ditunggangi Naruto tadi terparkir disana. Hinata berjalan mendekat dan berdiri disamping kuda Naruto. Mengabaikan rasa sakit dikakinya yang terluka parah.

"Selamat datang, tuan." Seorang wanita berambut pirang panjang menyapanya.

Naruto cukup terkejut, ia pikir akan menemui seorang nenek tua dengan tongkat sihir atau hal magis lainnya. Namun ia malah mendapati wanita muda dengan tatapan tajam duduk dibalik meja dengan cawan-cawan kecil diatasnya.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang