Jantung Naruto serasa berhenti berdetak dan matanya membelalak lebar, ia sudah berlari sekuat tenaga untuk menghampiri Hinata. Namun, kekasihnya itu sudah melompat dari bibir tebing.
"H-hinata!" Naruto berteriak keras.
Naruto menarik katananya dan menyerang samurai istana yang berdiri dibibir tebing itu. Amarahnya sudah meluap luap, keparat itu sudah menyakiti Hinata.
TRANG
Dengan gerakan cepat dan membabi buta, Naruto memenggal kepala pria itu dari belakang.Samurai yang tidak siap dengan serangan membabi buta dari Naruto, langsung terkapar dengan kepala nyaris putus.
Naruto memasukan katananya kesabuk dipinggangnya dan langsung terjun bebas dari tebing itu, berusaha menyelamatkan kekasihnya. Tanpa peduli air laut sedingin es yang menunggunya dibawah sana.
Dada Naruto terasa sesak ketika terjun kedalam air laut yang dingin itu, kulitnya terasa seperti tertusuk pisau. Ia berusaha mengendalikan diri dan berenang mencari Hinata.
Ia melihatnya, Hinata tenggelam didalam air laut sedingin es itu.
Tangannya menarik tangan Hinata naik, memeluk tubuh tak sadarkan diri itu dengan sebelah tangannya, dan berenang sekuat tenaga yang ia punya ke bibir pantai.
"Khhh hhah.." Naruto terbatuk saat keluar dari air. Membawa tubuh Hinata kegendongannya, dan meletakan tubuh itu diatas pasir pantai.
"Hinata!" Naruto mengusap pipi Hinata, ia mengecek denyut nadi Hinata, masih terasa walaupun lemah.
Naruto mendekatkan bibirnya pada bibir Hinata, memberikan napas buatan. Sebisa mungkin, tangan Naruto menekan dada gadisnya. Berharap Hinata segera membuka mata dan bernapas.
Hingga hampir tiga menit Naruto memberikan napas buatan.
Hinata terbatuk keras, mulutnya mengeluarkan cukup banyak air yang tertelan tadi, dadanya sesak, matanya pedih, dan tubuhnya menggigil.
"N-naruto-kun...." Hinata merintih pelan dalam dekapan Naruto.
"Hinata, sadarlah kumohon." Naruto memeluk tubuh Hinata erat menghangatkan tubuh kekasihnya yang sudah sedingin es itu.
"Hinata, kau bisa bernapas?" Naruto memeriksa seluruh tubuh Hinata, memastikan apa ada luka ditubuh kekasihnya.
Ia baru menyadari, ada goresan besar di pelipis Hinata. Ia mengusap darah yang mulai mengalir itu dengan tangannya. Sedangkan Hinata masih lemas dipelukannya, tubuhnya bahkan menggigil.
"Hinata, maafkan aku." Naruto terus memeluk tubuh itu dalam dekapannya, seharusnya ia tidak meninggalkan Hinata saat tahu bahwa samurai istana mulai memata-matainya.
Hinata masih meringis, dan seluruh tubuhnya gemetar hebat.
Naruto mencium bibir Hinata lembut, mendekapnya erat berharap mengurangi rasa dingin yang menusuk ini. Naruto menahan leher Hinata, melumat bibir yang gemetar itu dan mengusap punggungnya.
Naruto mendekap tubuh Hinata dan menggenggam tangannya erat.
"Hinata, aku akan membawamu pulang." Naruto melepaskan tautan bibirnya dan menggendong Hinata, membawanya pulang.
Naruto membawa Hinata masuk ke kamar dan merebahkannya diatas futon. Mengusap darah yang semakin deras mengalir di pelipis kekasihnya. Naruto mengambil selembar kain dan membebat luka itu.
Mengabaikan tubuhnya sendiri yang gemetar hebat karena kedinginan.
"N-naruto-kun, dingin..." Hinata merintih lemah, giginya bergemelatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
FanfictionPREKUEL DESTINY Hinata Tidak ada hal lain yang diinginkannya, selain hidup tenang bersama dengan Naruto, namun keinginan itu sepertinya harus dibayar mahal olehnya. Naruto Sebesar apapun cintanya pada Hinata. Hinata tidak akan pernah bisa menghalan...