"Ugh.."
Dihadapan (y/n), Muzan terlihat duduk santai diatas sebuah tempat duduk empuk berlapis kapas. Ditangannya ada sebuah peta dengan beberapa silangan besar.
"Saya... Menemukan beberapa lagi."
Muzan tersenyum mendengar ucapan Nakime, bawahannya siiblis yang menempati nomor empat atas. "Bagus, kerjamu semakin bagus Nakime."
Mucan menyeringai sesekali mendengar suara rintihan didekatnya.
"Karena kau berniat untuk tutup mulut, aku jadi terpaksa melakukan ini." ucap Muzan penuh penekanan. "Kalau saja kau tidak tutup mulut dan memberitahuku dimana bunga lili laba-laba biru berada, aku tidak perlu bersusah payah mencari siiblis yang mampu bertahan dibawah sinar matahari."
Manik hitam (y/n) yang berkaca-kaca karena menahan rasa sakit dari tumbuhan berduri yang menancap kedalam daging lengan, kaki, perut dan leher. (Y/n) menatap Muzan dengan remeh, "kau tidak akan mendapatkan apapun, baik bunga itu ataupun iblis yang tadi kau sebutkan."
Sambil sesekali meringis, (y/n) tertawa lemah melihat apa yang menimpanya sekarang.
Kedua iblis bawahan Muzan tadi ikut menangkapnya sudah pergi meninggalkannya bertiga dengan Muzan dan iblis biwa bermata satu, Nakime.
Gigi muzan bergeletuk, amarah berkobar dimatanya. Jari tengah dan telunjuknya menjentik membuat tumbuhan berduri tadi semakin menancap dalam.
"Gagh!"
(Y/n) bisa merasakan duri-duri yang saling bergeseran didagingnya dan meninggalkan luka sayat yang dalam dan memanjang dikulit putih mulus miliknya.
Muzan memainkan kotak kecil berukiran aneh yang ia ambil dari (y/n). Membuka dan menutup kotak itu beberapa kali. Memutar, membolak-baliknya. Tangan kiri Muzan memangku kepalanya diatas lutut yang dilipat. Tangan kanannya menengadahkan kotak itu keatas.
Mata merah Muzan membola ketia berhasil menemukan sesuatu. Dia mengeluarkan tawa miris. Tangannya bergerak merobek sebuah buku bersampul coklat yang tidak jauh darinya.
"Begitu ya," ucapnya pelan. (Y/n) menggigit bibirnya bagian dalam hingga mengeluarkan darah segar dari sudut mulutnya. "Pantas saja tidak ada satupun iblisku yang menemukannya."
Muzan berjalan mendekat kearah (y/n) yang terduduk dan terikat tumbuhan berduri. Muzan mencengkram rahang kecil (y/n) hingga membuatnya berteriak kesakitan.
Urat-urat tercetak jelas dikening Muzan. Tangannya membuka mulut (y/n) dengan lebar dan memasukkan satu jarinya kedalam rongga mulut gadis itu.
Suara tercekik terdengar jelas. Kuku Muzan merobek langit-langit mulut (y/n).
Kucuran darah membasahi lantai tatami tidak beraturan itu.
Beberapa kuntum bunga merah tumbuh dari tetesan-tetesan darah (y/n) dan merekah begitu menyentuh udara. Bunga itu adalah lili laba-laba merah.
Muzan meraih setangkai bunga dan membuangnya sembarangan.
"Hoshizora. Yang berarti langit berbintang." kata Muzan. "bunga biru yang hanya tumbuh ketika bunga merah mendapatkan cahaya dari bulan dan.." Muzan berjalan kekotak kecil tadi lalu menatap ukiran diatas dan bawah kotak itu. "Cahaya matahari yang pas."
(Y/n) terisak karena lidahnya ikut terluka karena kuku tajam Muzan.
"Dan cahaya matahari adalah kelemahan terfatal para iblis." Muzan semakin marah dan melempar kotak itu hingga jatuh dikaki (y/n).
(Y/n) menatap kotak itu, kotak yang dianggap (y/n) berukiran aneh ternyata sebenarnya berukiran matahari dengan bunga lili laba-laba dibawahnya.
Muzan berteriak marah dan menarik rambut (y/n) dengan keras. (Y/n) terpekik terkejut saat tiba-tiba lengan kirinya terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kimetsu no Yaiba (MuichirouxReader) - Black Lily REVISI
FanficKimetsu No Yaiba Series #2 Jatuh cinta pada pandangan pertama ketika pemuda berambut panjang hitam dengan warna mint diujung rambutnya itu. Manik hitam malamku tidak bisa mengalihkan penglihatanku ketika melihat tebasan yang diciptakan oleh pemuda...