Readers POV.
Aku berdiri disuatu ruangan putih. Yukata yang kukenakan bersih dari darah. Dua buah kerincing besar terikat dipinggangku. Kerincing-kerincing itu berbunyi setiap kali aku bergerak, bunyi yang menggema.
Tempatku berdiri seketika ditumbuhi berbagai macam bunga. Warna-warni bunga menghiasi penglihatanku. Aroma manis juga harum memenuhi penciumanku. Ah~~ shiawase da na.
Kakiku melangkah menjauh dan berhenti disebuah pohon apel besar. Aku menyentuh pohon itu dan seketika pohon itu menumbuhkan banyak buah apel merah yang segar.
Tuk.
Bunyi benda yang diketuk membuatku melihat kearahnya. Dari kejauhan aku melihat bayangan dari dua orang anak. Sepasang anak kecil yang berlari dipadang bunga.
Mataku membulat saat mengenali keduanya. Itu adalah aku dan kak Nara.
Keduanya berlari kearahku, aku merentangkan kedua tanganku, bersiap menyambut keduanya dipelukan. Tetapi keduanya justru menembus tubuhku begitu saja.
"(Y/n)."
Panggil seseorang padaku. Aku menatap kebelakang, kearah dimana suara itu terdengar.
"Kakak."
Air mataku mengenang, rasa rindu seketika membuncah. Aku merentangkan tanganku dan berlari memeluk kakakku. Aku menangis dipelukannya. Rambut putihku yang panjang diusap pelan oleh kakak. Aku mencengkram hakama kakak dengan erat.
"Nara-nii, aku sudah berjuang."
Nara-nii hanya menepuk-nepuk punggungku dengan lembut, "ya, kau sudah berjuang dengan keras (y/n)."
Kami berlarut dalam dalam nostalgia.
"Nee, nii-chan. Apa ini surga?"
Nara-nii menggeleng pelan kearahku, "kita ada diperbatasan. Tempat dimana kau melihat semua kenanganmu dari kau lahir hingga kau meninggal."
Aku sedikit terkejut mendengar jawaban kakak. Tempat yang indah ini adalah perbatasan, lalu seperti apa surga yang dielu-elukan orang sebagai tempat yang keindahannya tidak ada yang bisa menandingi.
"Kalau begitu, kapan kita akan kesurga?"
Nara-nii tersenyum lembut, "setelah kau menyelesaikan keinginanmu."
"Eh? Keinginan? Bukannya ketika orang meninggal, maka semua keinginannya musnah?" tanyaku yang sedikit bingung dengan keadaan saat ini.
"Kau lupa kau belum memberitahukan keiinginanmu pada kekasihmu?"
Wajahku memanas, "tapi dia tidak ada disini kak."
"Lihatlah kebelakangmu, bukankah itu dia?"
Aku dengan cepat melihat kebelakang dan benar saja. Muichirou-san tengah berbincang dengan seseorang. Rambut yang sama.
"Muichi–"
"Kenapa kak? Kenapa kakak mengusirku? Padahal aku sudah mengalahkan musuh, aku sudah menjadi kuat kak!"
Aku melihat Muichirou-san terisak dihadapan orang yang memiliki warna rambut sama dengan Muichirou-san.
"Aku hanya tidak ingin kau mati semuda ini!" ucap orang itu.
'Suara mereka juga hampir sama, apa dia kembaran Muichirou-san?'
"Tapi kakak meninggal lebih muda dariku! Setidaknya tolong terima keberadaanku, kak!"
Orang yang berada didepan memegang kedua bahu Muichirou-san. Keduanya menangis dan saling berpelukan.
'Dadaku terasa sesak, apa benar Muichirou-san juga meninggal setelah aku meninggal?'
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kimetsu no Yaiba (MuichirouxReader) - Black Lily REVISI
FanficKimetsu No Yaiba Series #2 Jatuh cinta pada pandangan pertama ketika pemuda berambut panjang hitam dengan warna mint diujung rambutnya itu. Manik hitam malamku tidak bisa mengalihkan penglihatanku ketika melihat tebasan yang diciptakan oleh pemuda...