Jinhyuk membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah kepala Seungwoo. Ia mengernyit lalu memejamkan matanya sebentar. Menarik nafas dan berusaha mengumpulkan semua nyawanya terlebih dahulu.
Bersamaan dengan kesadarannya yang datang, Jinhyuk mulai merasakan berat kepala Seungwoo di bahunya dan deru nafas pria itu. Serta tangan yang memeluk pinggang Jinhyuk.
Jinhyuk membuka mata lagi. Sedikit melirik ke arah jam digital di nakas meja. Hampir pukul tujuh.
Lalu dengan berhati-hati, Jinhyuk memindahkan kepala Seungwoo dari bahunya ke bantal. Kemudian beralih melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya.
Sedikit menyibak selimut, Jinhyuk bangun dan meraih kaus hitam milik Seungwoo di ujung tempat tidur dan memakainya. Tanpa membangunkan pria yang tidur bersamanya, Jinhyuk keluar dari kamar.
*****
Seungwoo terbangun ketika waktu menunjukkan pukul delapan lewat enam menit. Dengan mata yang masih setengah tertutup, Seungwoo menjulurkan tangannya, mencari sosok di sebelahnya. Namun, kosong.
Itu membuat kesadarannya pulih. Matanya terbuka sepenuhnya dan menyadari hanya ada dia sendiri di kamar tersebut.
Sembari menguap, Seungwoo turun dari tempat tidur. Berusaha mencari kausnya, tapi tidak ketemu. Alhasil, dia keluar kamar hanya dengan menggunakan celana pendek biasa.
*****
Seungwoo berjalan keluar kamar dan mencium aroma manis apel dari arah dapur. Jadi, ia melangkah ke sana dan melihat Jinhyuk –yang ternyata memakai kaus hitamnya– tengah sibuk di depan kompor. Seungwoo mengacak rambutnya dan berjalan mendekat.
"Bikin apa sih? Aromanya manis banget."
Jinhyuk menoleh pada Seungwoo yang membuka lemari pendingin untuk mengeluarkan botol air mineral.
"Baked apple with cinnamon. Tapi apelnya dipanggang di atas wajan bukan masuk oven."
Seungwoo membuka botol air dan meneguk beberapa kali. Ia hanya bergumam pelan sembari memperhatikan Jinhyuk yang memindahkan potongan-potongan apel yang sudah berbalur kayu manis itu ke atas piring. Kompornya sudah dimatikan.
"Mau nyoba gak? Ini buat sarapan kamu sih, soalnya tadi aku udah."
Seungwoo mengangguk. "Boleh. Tapi bikin kopi sekalian, ya. Baunya manis banget soalnya."
Jinhyuk mengangguk. Toh, dia juga sudah menyiapkan kopi di coffee maker –walaupun dia bukan peminum kopi. Hanya beberapa menit, sepiring apel panggang dengan cinnamon dan segelas kopi hangat sudah siap di meja counter.
Seungwoo tersenyum. Ia meraih pinggang Jinhyuk, mengangkat tubuh kekasihnya untuk didudukkanya ke atas meja counter. "Thank you," gumamnya seraya mengecup bibir kekasihnya.
"Sama-sama!"
Seungwoo mencicipi sarapan yang dibuat oleh Jinhyuk. Sebenarnya, walaupun dalam pengakuannya Jinhyuk bilang kalau dia tidak bisa memasak. Tapi untuk perihal ide makanan Jinhyuk itu cukup kreatif. Tetap saja masih harus dibarengi dengan prakteknya. Selama ini, lebih banyak Seungwoo yang mencoba tiap resep-resep baru yang dipikirkan oleh Jinhyuk.
"Gimana? Manis banget gak?" tanya Jinhyuk penasaran. "Soalnya, aku ngerasanya pas. Sebelum masuk ke bubuk cinnamon, apelnya aku celup ke cream yang udah dicampur sama butter cair sama sedikit garam."
"Gak terlalu manis sih. Cinnamonnya kamu tambahin gula bubuk ya? Ngerasa ada sedikit karamelnya gitu."
"Iya. Tapi enak gak?"
Seungwoo mengangguk. "Enak kok." Ia kembali memasukkan beberapa potong apel ke dalam mulutnya. Diikuti dengan seteguk kopi hangat. Padu padan yang begitu pas.
Seungwoo lalu menatap Jinhyuk dengan lekat. Satu tangannya masih berada di pinggang Jinhyuk, dengan tubuhnya yang bersandar pada Jinhyuk. "Biasanya bikin pake roti. Tumben pake apel."
"Rotinya habis, Seungwoo. Aku udah nyuruh kamu belanja dari kemarin ya. Tapi kata kamu nanti ajah. Terus adanya apel. Tadi mau nyoba pake peach juga. Tapi takut gagal, sayang peachnya."
Seungwoo bergumam pelan. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Jinhyuk, kedua tangannya memeluk pinggang Jinhyuk. "Nanti sore ya, kita belanja. Sekalian makan malem di luar."
"Iya," ucap Jinhyuk seraya mengecup kening Seungwoo.
Seungwoo tersenyum dan menarik nafas panjang. Ada aroma cologne yang biasa ia pakai dari kaus hitam miliknya dan aroma natural Jinhyuk yang begitu menenangkan. Seungwoo memejamkan matanya. Ia menikmati sentuhan jemari Jinhyuk pada rambutnya.
"Aku tadi nyariin kamu. Kalo bangun duluan, akunya ikut dibangunin kenapa."
Jinhyuk tersenyum. Bibirnya masih ada di kening Seungwoo. Kedua tangannya melingkar di bahu lebar kekasihnya tersebut. "Kamu capek. Makanya sengaja gak dibangunin. Aku biarin kamu tidur agak lamaan dikit. Toh, kamu bangun sendiri juga."
"Hm."
Jinhyuk menyisir rambut hitam Seungwoo perlahan. Ia melirik wajah kekasihnya. Matanya terpejam. Terlihat begitu tenang padahal posisi berdiri Seungwoo sangat tidak nyaman karena pinggangnya harus beradu dengan pinggiran meja counter –untuk mengakomodir kedua kaki Jinhyuk yang melingkar di punggung pria tersebut.
"Seungwoo?"
"Ya."
Jinhyuk malah jadi ragu sendiri. Tapi ia butuh bantuan Seungwoo. Dan karena Jinhyuk yang tidak kunjung bicara, Seungwoo membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. Melepaskan pelukan Jinhyuk dari bahu polosnya.
"Kenapa?" tanya Seungwoo.
Jinhyuk lalu sedikit mengangkat kaus, sedikit memperlihatkan brief hitam yang dipakainya. Seungwoo mendengus pelan lalu satu ujung bibirnya naik –sedikit menggoda Jinhyuk.
"Padahal aku gak ngapa-ngapain," goda Seungwoo.
"Kamu gak pake baju."
Seungwoo mencubit pelan pipi Jinhyuk. "Biasanya juga gitu. Malah juga gak pake apa-apa."
Wajah Jinhyuk sudah mulai terasa hangat. Ada rona merah di pipinya. Dan rambutnya yang masih berantakan, membuat Seungwoo semakin gemas pada kekasihnya.
"Udah ah! Aku mau mandi."
"Bareng, ya? Aku bantuin di kamar mandi ajah."
*****
Ini beda universe dari yang white shirt ya kawan...
again, dari aku yang selalu setengah-setengah nulis konten delapanbelascoret
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Universe
FanfictionKumpulan cerita pendek. Kisah Han Seungwoo dan Lee Jinhyuk Dan mungkin juga pair lainnya.