CUPP!

1.4K 33 16
                                    

Setelah kejadian di UKS mereka berdua semakin hari semakin jauh, jika sedang ngumpul di kantin bareng yang lain mereka berdua tidak saling sapa atau pun saling goda menggoda yang biasa di lakukan Revan ke pada Rara. Yang membuat para sahabat mereka merasa heran dengan mereka berdua, apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai mereka seperti orang yang tak pernah kenal.

Hari demi hari berlalu mereka masih saja begitu belum ada di antara mereka berdua yang meminta maaf atau pun mengungkapkan isi hati mereka yang membuat para sahabatnya gemes sama tingkah laku mereka yang seperti anak-anak saja pake musuhan segala.

Hingga di mana Revan mulai mencoba bicara dengan Rara dan mengajak Rara ke halaman belakang sekolah yang selalu sepi jarang-jarang ada murid yang kesana kalo bukan untuk menenangkan diri.

"Hmm, Ra bisa ikut gue sebentar gk?" tanya Revan.

"Kemana?" tanya balik Rara dengan singkat.

"Ada mau gk?" tanyanya lagi.

"Ya udah." ucap Rara.

"Ya udah gaes gue ama Rara cabut bentar ya." ucap Revan kepada teman temannya.

"Eh, eh kalian mau kemana emang?" tanya Rico Mr. Kepo wkekwk

"Gk perlu tau ah, gue cabut dulu bayy." ucap Revan kemudian menarik tangan Rara dan berlalu menuju halaman belakang.

Selama perjalan menuju halaman belakang tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mereka, entah karena gengsi atau emang malas untuk berbicara.

Sesampainya di halaman belakang, Revan kemudian mengajak Rara untuk duduk di bawah salah satu pohon di sana, yang tampak rindang dan nyaman jika ingin mengobrol disana.

"Ra duduk di situ yuk." ucap Revan membuka pembicaraan.

"Hmm, iyaa." ucap Rara singkat.

Setelah duduk mereka hanya diam tanpa sepatah kata pun. Sampai akhirnya Revan membuka pembicaraan.

"Hmm, Ra gue mau minta maaf soal waktu itu yang di UKS gue gk ada niatan mau ngebentak lu Ra, gue hanya kebawa emosi waktu itu. Sekali lagi maaf banget." ucap Revan

""Iya gk papa kok Van, gue ngerti. Seharusnya gue yang minta maaf Van bukan lu, gue yang salah main bentak dan ngusir lu seenaknya tanpa berterima kasih karena lu udah mau jagain gue di UKS, sekali lagi makasih banyak udah jagain gue waktu itu."

"Iya Ra gk papa kok, oh iya Ra gue mau jujur sama lu Ra."

"Hmm, emangnya apaan Van. Ngomong aja gue dengerin kok."

"Jadi sebenarnya waktu lu teriak dan nangis di UKS itu sebenarnya gue gk pergi dari situ Ra, gue denger semua yang lu ucapkan waktu itu, tentang perasaan lu selama ini ke gue Ra gue denger semuanya mungkin udah saatnya lu juga tau yang sebenarnya tentang rasa gue ke lu Ra. Asal lu tau Ra waktu gue bilang khawatir ke lu karena lu sahabat gue, itu semuanya tidak seperti yang lu kira jauh di lubuk hati gue sebenarnya gue sayang sama lu Ra. Udah lama gue ngerasain itu semua, gue nyaman ketika gue sama lu, gue bahagia ketika ngeliat lu bahagia karena gue dan gue sangat sangat bahagia ketika tau semua isi hati lu waktu itu."

"Tempat ini lah yang menjadi saksi dimana gue mengutarakan isi hati gue yang selama ini gue pendam ke lu Ra, apa lu mau jadi pacar gue Ra. Gue tau kita sekarang sudah kelas dua belas yang harus pokus dengan pelajaran, tapu gue janji Ra gue bakal buktiin betapa seriusnya gue sama lu. Gue akan buktiin kalo gue gk main main dengan kata kata gue. Sekali lagi gue tanya
Apa lu bersedia jadi pacar gue?"

"Hmm, gimna ya Van gue pun masih gk percaya sama semua yang lu ucapkan dari rasa lu ke gue. Gue takut Van ketika gue udah sama lu, lu malah nyakitin gue Van gue gk mau ngulang masa lalu gue Van. Gue pun tau kalo lu bahagia sama cewe waktu itu Van, gue gk mau ngerusak kebahagiaan itu. Jujur dari lubuk hati gue, gue sayang dan cinta sama lu, gue bahagia ketika lu memperlakukan gue dengan sangat sederhana, ketika lu mengajak gue kesuatu danau waktu itu disitu gue sangat amat bahagia Van. Tapi rasa bahagia itu hilang seketika gue ngeliat lu bersama dia di parkiran waktu itu."

"Tapi Ra gue sama dia gk ada hubungan apa apa Ra, gue sama dia hanya sebatas sahabat Ra. Gue tulus sayang sama lu apa lu perlu bukti itu semua?"

"Iya gue perlu bukti Van, buktiin kalo kata kata lu tadi bukan hanya omong kosong semata Van."

"Oke kalo itu mau kamu aku buktikan." ucap Revan yanv entah kesambet apaan tiba tiba berbicara dengan sebutan aku kamu.

"Demi apa dia manggil gue dengan sebutan kamu." batin Rara.

Setelah mengucapkan itu, Revan langsung merubah posisi duduknya yang tadi di sebelah Rara menjadi di depan Rara, entah apa yang ingin dia lakukan.

5 detik kemudian Revan mulai menatap lekat lekat mata indah Rara dan sedikit demi sedikit dirinya mulai memajukan wajahnya hingga 2 centi lagi bibirnya dan bibir Rara bersentuhan.

Sedangkan Rara yang kini tengah gugup karena di tatap oleh Revan di tambah lagi wajah Revan yang kini terus maju sehingga hidung mereka sudah bersentuhan hingga suatu kecupan yang membuat Rara begitu merasakan sesuatu dalam dirinya.

CUPP..

TBC..

YAHH NGEGANTUNG YA? HEHEHE SENGAJA AUTHOR GANTUNGIN KEK JEMURAN WKWKW, BTW MAKASIH YANG UDAH KOMEN BUAT TERUS NEXT.

AUTHOR GK BISA BERKATA KATA LAGI HEHEH

SEGITU AJA DEH.

NEXT PART SELANJUTNYA YAA😉

SEEYOUU.

lyraaavrll_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Revan AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang