Sekelumit Dunia Loreng

24 0 0
                                    

Author pov jamak

"Cepat masuk!!" titah seorang pria berseragam loreng, membuat Andini dan ke 59 rekannya terkesiap untuk masuk kedalam truk militer.

Truk tersebut akan membawa mereka ke YONIF *** c* di kota tetangga. (Maaf ya, nama orang dan tempat author samarkan karena mereka punya hak privasi, hehe) Untuk melakukan LDK ditempat tersebut.

Selama diperjalanan mereka hanya menyanyikan yel - yel penyemangat seperti 'Izinkan Ayah Izinkan Ibu', 'Samaran' dan yel- yel militer lainnya. (Kalau readers nggak tau, cari di youtube yah)

Disaat sedang asyiknya nyanyi, dipertigaan jalan, mereka di suruh untuk turun dan menuju sebuah lapangan, yang terlambat datang langsung disuruh untuk jalan jongkok. Dilapangan itu, mereka dikomandoni untuk tiarap, push up, telentang, senam, PBB, pengenalan kode peluit bahkan mengecek semangat mereka.

Setelah itu, mereka langsung berlari ke jalan raya, melanjutkan perjalanan, tentunya sambil menyanyikan yel- yel, langkah kaki mereka juga harus kompak.

Prriiit.....Prriiit

Bunyi peluit membuat mereka terkesiap untuk enyah dari hadapan pelatih.

Prriiit....

Bunyi peluit membuat mereka kembali berkumpul untuk melanjutkan perjalanan, terkadang pelatih memberikan instruksi untuk jongkok dan jalan jongkok. Pegal, jelas itu yang mereka rasakan.

Tiba disebuah sawah yang becek karena musim hujan, mereka harus duduk diatasnya dan berendam. Sepatu kotor itu sudah menjadi nasib.

Prriiit.... Prriiit....

Bunyi itu, membuat mereka langsung enyah bahkan ada yang langsung loncat ke parit. Setelah kembali berkumpul, mereka melanjutkan perjalanan melewati permukiman warga. Malu? Jelas, karena baju mereka kotor. Tapi semua itu mereka nikmati bersama- sama.

Ditengah jalan, mereka duduk dan istirahat sejenak untuk minum seraya pijat memijat antar teman.

Akhirnya, setelah adegan tiarap, kode peluit, jalan jongkok, keluar masuk parit dan berendam di kolam, maksudnya diparit yang ada limbahnya, mereka sampai juga didepan batalyon.

Tapi, tidak semudah itu, mereka harus nyebur lagi diparit, baik untuk jalan jongkok maupun tiarap. Masalahnya, parit itu disamping jalan raya kota, banyak yang lalu lalang.

"Ya Allah, belum masuk aja begini, apalagi kalau sudah masuk ya." batin mereka.

Tapi tidak, mereka tidak sebegitu mudahnya menyerah.

Setelah sampai, mereka langsung apel penerimaan dan merangkai tandu darurat atau velbed hitam untuk tempat mereka tidur dan menempatkannya di dalam tenda beserta tas mereka.

Kemudian, mereka dipersilahkan untuk membersihkan diri dan salat dzuhur. Jujur, sewaktu salat, mereka ingin sekali berlama- lama, sekaligus istirahat. Memang benar, ketika dunia membuatmu lelah, hanya kepada sang penciptalah kamu merebahkan jiwa.

Saatnya makan siang, tapi jangan kira mereka makan seperti di restoran, itu berbanding terbalik. Tenang, nggak disuruh makan Nasi Ransum kok. Hanya nasi biasa dengan beberapa lauk, satu buah pisang dan segelas air putih.

Sabar, belum makan dulu, harus mengantri, penataan nampan food tray juga harus lurus dan rapi, barisan duduk mereka pun harus tegak lurus dengan teman disamping dan didepan. Baru setelah itu, Aditya memimpin do'a sebelum makan.

Debu dan TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang