💟Bab 5💟

897 25 1
                                    

Happy reading.
Jangan lupa vote and coment.

___________________________

"Damian....." teriakan melengking dari luar kamar Damian.

Damian yang mendengar suara itu hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Ia kenal betul suara itu Monica, maminya.

"Dami.. Bukan pintunya sekarang atau mami bakalan suruh bodyguardmu untuk mendobrak pintu kamarmu?" ancam maminya.

Damian melihat kearah sampingnya, tampak Dasha yang sedang tertidur pulas. Damian segera mengambil handuk untuk menutupi tubuh polosnya.

Damian berjalan menuju pintu dengan malas.

"Ya Tuhan... Damian.. Siapa gadis yang kau bawa ini? Dan kenapa-" belum sempat Maminya melanjutkan perkataannya, Damian segera memotongnya.

"Dia adalah anak dari Jhon Peter. Anak yang telah membunuh Vella." ucap Damian tenang dan mampu membuat maminya syok.

"Astaga Damian. Jadi apa yang kau lakukan pada gadis itu? Kenapa dia berada di kamarmu? Dan sepertinya Dia telanjang." cerocos mami Damian.

Damian hanya diam, Ia malas menanggapi kecerewetan maminya.

"Mami ngapain kesini?" tanya Damian setelah mereka keluar dari kamar Damian meninggalkan Dasha yang masih tertidur pulas.

"Loh Dam.. Emang mami gak boleh ke rumah anak mami sendiri?" Tanya balik mami Damian.

"Bukan seperti itu Mam, tapi setidaknya mami mengabariku dulu. Lihat tadi kan? Damian belum bangun tapi mami sudah ada di rumahku." jelas Damian panjang agar maminya tidak penasaran lagi.

"Mami kesini karena mau ngenalin kamu sama anak teman mami. Anaknya cantik, baik, dia calon dokter." Ujar mami Damian dengan senyum mengembang.

Damian menghela nafas pelan. Dia lelah dijodohkan seperti itu. Damin tidak ingin menikah sekarang. Damian ingin bebas tanpa ada ikatan. Mungkin Damian trauma.

"Damian tidak mau mi. Damian sudah dewasa. Damian bukan anak kecil lagi yang harus dicarikan pasangan." Tolak Damian kesal.

"Mami gak mau tau pokoknya. Kamu ini sudah matang banget Dam, harusnya kamu sudah punya anak. Umurmu sekarang sudah 28 tahun. Mami pengen cepat-cepat gendong cucu sebelum mami mati." cerocos mami Damian dengan raut wajah sedih.

Damian menghela nafas pelan. "Damian bisa mi cari pasangan Damian sendiri tanpa mami bantu. Banyak diluar sana yang mau sama Damian tapi Damian masih belum bisa buka hati."

"Mami gak mau tau pokoknya. Tahun ini kamu harus punya istri." Ucap mami Damian melenggang pergi.

Damian hanya diam mematung sambil melihat mami nya pergi. Damian mengehela nafas pelan. Ia tidak segampang itu memilih pasangan hidupnya. Damian trauma dan belum bisa melupakan Vella, colon istrinya.

*Kamar*

"Bangun.."

Merasa bahunya diguncang, Dasha segera duduk diatas kasur sambil menutup tubuh polosnya dengan selimut.

"Bersihkan dirimu kemudian keluar dari kamarku. Wanita sepertimu tidak layak tidur di kasurku." Ucap Damian tanpa memikirkan perasaan Dasha.

Dasha yang diusir seperti itu segera berdiri dan melenggang keluar dengan selimut yang melekat ditubuhnya.

"Dasar laki-laki bajingan. Tidak punya hati, binatang. Aku tidak bisa melupakan ini semua." Maki Dasha setelah sampai di kamarnya.

"Ahh.." ringis Dasha kala meraba organ vitalnya. Matanya berkaca-kaca.

"Ini sungguh sakit, Tuhan.. Apa yang dilakukan pria brengsek itu sungguh kejam. Aku tidak bisa mengampuni lelaki bajingan itu."

Setelah mengatakan itu, Dasha menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dibawah shower, Ia hanya bisa menangis dan menangis. Ia terus menggosok tubuhnya yang terdapat bekas ciuman Damian.

"Hikss.. Aku.. Aku sudah tidak suci lagi, Tuhan. Apa yang kujaga selama ini telah direnggut oleh lelaki bajingan itu." tangisnya seiringan tangannya menggosok bekas ciuman Damian agar hilang ditubuh dan ingatan Dasha.

"Aku tidak akan memaafkan lelaki bajingan itu. Apa yang ku jaga untuk calon suamiku nanti telah diambil dengan cara binatangnya. Aku membencinya." air matanya tidak bisa dibendung lagi. Hati dan tubuhnya begitu sakit.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Dasha keluar kamar mandi. Ia berdiri di depan cermin. Matanya bengkak dan dilehernya banyak warna kemerahan.

"Aku harus-"

Belum sempat Dasha menyelesaikan ucapannya, seseorang telah dulu memotongnya.

"Harus apa hah?" tanya Damian sambil berjalan menuruh ke arah Dasha.

"Mau kabur dariku heh?" lanjutnya dengan tersenyum miring dan memalingkan wajahnya.

"Apa? Kau mau kabur dariku sebelum balas dendamku selesai?" Tanya Damian lagi.

Damian sudah berdiri di depan Dasha. Ia mendorong Dasha ke tembok dan menguncinya dengan tangannya.

"Kau tidak bisa kabur dariku karena kau akan menggantikan ayahmu itu. Kau harus mengalami semua penderitaan yang ayahmu perbuat. Kau akan membayarnya." terlihat jelas rahang Damian mengeras ketika mengatakan itu.

"Apalagi yang kau inginkan? Kau sudah mengambil masa depanku? Kau akan melakukan apa lagi?" Tanya Dasha dengan frustasi.

"Apa yang kulakukan belum seberapa. Jadilah istriku dan jangan pernah mencoba kabur dari rumah ini."

Setelah mengucapkan itu, Damian melenggang pergi dari kamar Dasha. Dasha yang mendengar itu terkejut.

"Aku tidak sudi menjadi istirnya."



______
Salam manis dari Rumai.

DamianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang