Hallo guys.
Kembali lagi dengan cerita Damian.
Jangan lupa vote and coment ya jika sudah membaca.
Happy reading.____________________________________
"Tolong, jika tidak mencintaiku, setidaknya jangan memberiku sebuah harapan."
____________________________________
"Bukan Bibi, aku bukan calon istrinya Damian." elak Dasha dengan sopan.
Monica hanya tersenyum melihat kepolosan dan keluguan gadis di hadapannya ini.
"Ahh sayang sekali.. Aku sudah menyukaimu dan merestuimu jika kau jadi istri Damian." ucap Monica.
"Sudahlah mami. Dasha calon istriku. Sebentar lagi kami akan menikah. Aku kesini untuk memperkenalkan dia." ucap Damian dengan malas. Ia malas mendengar ocehan Wanita yang menurutnya sangat Menyebalkan.
"Ohiya, mami sudah menyiapkan makan malam. Kebetulan mami masak banyak. Ayo Dasha.." ajak Monica dan berdiri merangkul Dasha menuju meja makan. Monica melupakan kedua anaknya, Damian dan Sera hanya menatap Dasha dengan tatapan datar.
Sera dan Damian bangkit dari sofa kemudian menuju kearah meja makan. Kebetulan tuan rumah, Reno, ayah Damian sedang ada urusan kantor.
Terdapat banyak sekali hidangan di atas meja makan tersebut. Dasha yang kebetulan lapar sekali memandang makanan itu dengan binar yang senang. Dasha menenguk beberapa air liurnya saking asiknya memandang makanan tersebut.
"Ayo duduk sayang." ajak ramah Monica kepada Dasha.
"Ah iya Bibi. Terima kasih." Jawab Dasha dengan malu-malu kemudian menggeser kursi dan kemudian ia duduk.
"Jangan panggi Bibi dong. Panggil mami saja. Sama seperti Damian dan Sera manggil mami."
"Iya mami.." ucap malu-malu Dasha sembari menunduk dan meremas jari tangannya. Ua gugup. Tempat ini sangat asing baginya.
Mereka mulai menyantap makanan. Sera, Monica dan Dasha tampaknya sangat menikmati masakan tersebut. Jangan Lupakan Damian, sedari tadi Damian makan dengan tenang menantap kearah depan, tepatnya kearah Dasha. Damian menatap Dasha dengan pandang tajam dan sulit diartikan.
Merasa dirinya ditatap, Dasha kemudian mendongakkan kepalanya lalu mengarahkan ke depan. Dasha begitu terkejut kala mata Damian menatapnya dengan tajam.
"Uhuk uhuk.."
Monica berdiri dari duduknya kemudian mengambil air untuk Dasha. "Ini sayang. Pelan-pelan makannya." ucap Monica sembari mengelus tengkuk Dasha.
"Makanya jangan makan terlalu rakus." ketus Sera dengan pandangan tidak suka.
"Maaf..." Dasha tidak berselera untuk melanjutkan makannya. Ia terlalu takut untuk melakukan sesuatu dihadapan Damian dan Sera.
Damian dan Sera sudah selesai makan, mereka berdua berdiri kemudian pergi meninggalkan Dasha dan Monica yang masih duduk di meja makan.
"Ayo sayang. Makanannya dihabiskan." senyum Monica tidak pernah sekalipun luntur diwajah cantiknya.
"Aku sudah kenyang mami..." ucap Dasha dan diangguki oleh Monica. Dasha dan Monica membereskan piring dan gelas bekas makan Damian dan Sera kemudian membawanya ke arah dapur diikuti oleh Monica.
"Taro disitu aja sayang. Nanti pembantu disini yang mencucinya."
"Iya mami.." balas Dasha tersenyum.
*Di ruang Keluarga*
"Ngapain ke sini?" sinis Sera kala melihat Dasha akan duduk di sofa.
Dasha menegakkan tubuhnya saat suara sinis milik Sera terdengar.
"Duduk!" Perintah Damian kepada Dasha untuk segera duduk bersama mereka.
"Terima kasih." ucap tulus Dasha saat Ia mendudukkan pantatnya ke sofa.
Monica berjalan ke arah Dasha, Damian, dan Sera.
"Apa kau senang menjadi calon istri Damian, Dasha?" tanya Monica dengan raut wajah serius. Ia sungguh senang jika Dasha akan menjadi calon menantunya.
Dasha melirik takut ke arah Damian. 'Deggg' tepat sekali, pandangan Damian dan Dasha bertemu. Dasha tidak tahu, mengapa jantungnya tiba-tiba berdebar saat matanya melirik ke arah Damian.
"Iya mami. Sudah kubilang. kami kesini ingin meminta restumu. Aku dan Dasha akan segera menikah. Secepatnya!!"
"Wahh benarkah? Sungguh, mami sangat bahagia. Kapan kalian akan menikah? Mami sudah tidak sabar melihat kalian menikah dan memiliki momongan. Mami sangat bahagia." ucap haru Monica. Ia begitu gembira kala mendengar kabar ini.
Damian hanya tersenyum kecut, Dasha pun sama halnya dengan Damian. Dasha tidak tahu harus berbuat apa!?
'Ya Tuhan. Tolonglah aku. Apapun yang Damian rencanakan, lindungilah aku, Tuhan.' Ucap memohon Dasha dalam hati.
"Kami pergi dulu mami, aku dan Dasha akan pulang dan mempersiapkan untuk pernikahan kami." Pamit Damian. Damian berdiri dari tdmpat duduknya disusul oleh Dasha. Sera hanya memandang sinis Dasha. Sera sungguh tidak suka jika kakaknya menikahi gadis yang sudah membunuh calon istri kakaknya. Ya, Sera sudah tahu segala masalah Damian di masa lalu.
Damian menghampiri Monica, Damian mencium pipi Monica. Tak tinggal diam, Dasha juga ikut menghampiri Monica dan segera mencium tangan Monica.
"Sayang sekali kalian pulang terlalu cepat! Padahal mami ingin berbincang-bincang denganmu, Dasha." ucap Monica agak sedih.
Dasha tersenyum kemudian menjawab "ah iya mami, tapi aku janji akan sering kesini."
"Baiklah, hati-hati di jalan sayang." ucap Monica kala mereka sudah diluar, didepan mobil Damian.
Damian dan Dasha berjalan menuju mobil, kemudian membuka pintu mobil 'Fortuner' milik Damian.
Damian memakai sabun pengamannya, diikuti oleh Dasha. Damian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sungguh, hari ini Damian sangat lelah, urusan di kantornya terdapat sedikit masalah.
Cukup lama mereka di dalam mobil tanpa ada sepatah kata suara yang keluar dari mulut keduanya.
Dasha orang yang sangat cerewet tidak menyukai suasana yang sangat canggung ini. Dasha menghela nafas kecil. Badannya sedikit lelah, pekerjaan di rumah Damian lumayan menguras tenaganya.
'Citttttt...'
Damian mengrem mendadak mobilnya. Untung Dasha memakai sabuk pengaman jika tidak, pasti kepalanya akan terbentur.
Damian mematikan mobilnya, kemuadia turun dari mobil berjalan menuju pintu disusul oleh Dasha dibelakangnya. Langkah kaki Damian sangat cepat, Dasha sampai ngos-ngosan karena mengejar langkah kaki dari Damian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Damian
Любовные романы18++ Sifat dingin dan kejamnya seorang Damian Jaiden Alexcandra berawal dari sebuah kisah tragis, dimana sang tunangan ditembak mati tepat didepan matanya. Tak mampu bergerak, merasa badannya terkunci, Damian hanya melihat apa yang terjadi di depan...