Masa Lalu sang Dokter

2.3K 150 17
                                    

“Istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak beraktivitas berat,” ucap sang dokter muda sembari melepas stetoskopnya.

Sore ini, Riza sengaja berkunjung ke rumah Wulan untuk memeriksa gadis itu. Di ruang tamu berukuran 3x4 meter, mereka duduk bersisian setelah semua pemeriksaan selesai.

Riza tengah menulis resep yang harus ditebus pasiennya. Sedangkan Wulan mencuri-curi pandang ke arah Riza, gadis itu baru menyadari kalau ternyata dokter muda itu sangat tampan kalau diperhatikan dengan saksama.

Sial baginya, saat Wulan tengah memerhatikan, Riza berpaling ke arahnya. Pandangan mereka beradu dan membuat Wulan salah tingkah. Wulan segera membuang muka, sedangkan Riza hanya tersenyum simpul dan menyerahkan selembar kertas berisikan resep obat-obatan.

“Jam berapa biasanya bibimu pulang?” tanya Riza sembari membereskan peralatan medis yang selalu ia bawa itu.

“Jam lima.”

“Oh.” Singkat Riza menjawab, lalu mulai menikmati teh hangat yang sudah disiapkan Wulan.

“Hem … boleh aku bertanya?” ujar Wulan ragu-ragu.

“Hem, silakan.”

“Apa Anda ... bisa 'melihat' sama sepertiku?”

Bibir Riza melengkung membentuk senyuman, tanpa menoleh ia mengangguk pelan. “Ya, tapi itu dulu.”

“Dulu?” tanya Wulan bingung.

“Aku bisa ‘melihat’ sejak kecil. Bukan sekedar melihat kematian, aku juga bisa melihat masa depan. Sayangnya, ada seseorang yang memanfaatkan hal itu untuk kepentingannya. Beliau membawaku ke kantor untuk mengawasi pergerakan saham. Aku menunjuk dan beliau membeli atau menjual saham. Hasilnya, beliau kaya raya karena keuntungan jual beli saham. Sementara itu, aku yang tinggal di kota besar, di mana sering terjadi kecelakaan atau peristiwa tragis, harus melawan ketakutan saat mendapat firasat buruk kematian. Aku depresi, tapi tak ada yang peduli. Beliau menyuruhku untuk home schooling, dan harus ke kantor dengannya. Mama berusaha membawaku untuk berobat, tapi beliau malah disiksa olehnya. Puncaknya, Mama membawaku pergi jauh dari kota. Kamu tahu, ke mana beliau membawaku?”

Wulan menggeleng.

“Ke desa ini!”

Wulan ternganga.

“Waktu itu, aku baru saja menyelesaikan SMU. Bayangkan, aku lulus SMU di usia 20 tahun! Bukannya aku bodoh, tapi aku pernah tak sanggup melewati ujian akhir nasional saat SD dan SMP serta harus mengulang setahun. Aku yang biasanya menjalani proses home schooling, pikiranku kacau saat harus mengikuti ujian di sekolah dan orang-orang yang asing bagiku. Setelah berhasil melalui ujian akhir nasional untuk SMU dengan baik, Mama nekat membawaku ke sini. Kami tinggal bersama pengasuhku sejak kecil, Mbok Yani yang penduduk asli desa ini.”

“Mbok Yani?” tanya gadis berambut panjang itu sambil mengerutkan dahi.

“Kamu kenal?” balik tanya Riza.

Wulan mengangguk. “Beliau tinggal di ujung desa ini.”

“Aku sekarang tinggal bersamanya,” sahut Riza.

Wulan tercenung, tak menyangka. Selama ini, ia memang tak begitu peduli pada warga desa. Kesehariannya dihabiskan untuk membantu bibinya berjualan di kios mereka. Bertemu warga desa hanya bila bertemu di pasar atau di jalan. Bila pulang lebih cepat dari pasar, ia akan mengunjungi makam ibu dan adiknya. Ia tak menyangka jika Riza ternyata tinggal di rumah Mbok Yani di ujung desa.

“Lalu?” tanya Wulan sambil memperbaiki duduknya, menunjukkan bahwa ia mendengarkan dengan saksama.

“Sore itu, aku tertidur karena lelah membantu Mbok Yani di ladang. Malamnya, tanpa sepengetahuanku, mama dan adikku pergi ke pasar malam di tengah desa. Memang sudah 3 hari pasar malam itu diadakan, tapi aku selalu melarang mama dan adikku ke sana. Aku pernah bermimpi melihat bianglala itu dihiasi kembang api yang sangat besar. Di malam itu, aku kembali bermimpi. Adikku bermain kembang api sambil menaiki permainan itu. Saat terbangun, aku tak mendapati mereka dan Mbok Yani memberi tahu bahwa mereka sudah pergi ke pasar malam. Aku berlari sekencang mungkin ke lapangan desa, tapi … terlambat.” Riza mengembuskan napas panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Pembaca Kematian (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang