Foolish

576 66 14
                                    

"Anda baik-baik saja, Nona Soeun?"

Suara sopir pribadi Minjun membuat Soeun menatap pada bagian belakang kepala pria yang tengah duduk di kursi kemudi itu.

Soeun menyeka air mata di wajahnya. Ia pun berdeham sesaat menjernihkan suaranya.

"Ya" jawab Soeun.

Sang sopir itu pun mengerutkan dahinya. Jawaban adik majikannya itu tak bisa diterima begitu saja olehnya. Bagaimana tidak?

Dari spion, pria itu bisa melihat bahwa air mata terus saja membasahi paras cantik wanita yang duduk di kursi penumpang itu. Meskipun tak tersirat kesedihan yang menghiasi wajah cantik itu, melainkan ekspresi marah dan jengkel yang menetap di sana.

"Anda yakin, nona? Apa ada yang mengganggu anda? Jika ya, saya yakin orang itu sangat bodoh" celutuk sang sopir.

Soeun menghela nafasnya. Pernyataan sopir kakaknya itu membuatnya heran bagaimana pria yang duduk di kursi kemudi itu bisa memiliki pendapat yang sama dengannya.

'Ya. Pria itu sangat bodoh. Ughh... menyebalkan!!!' teriak Soeun dalam hati.

Masih dengan wajah ditekuk Soeun pun membuka mulutnya.

"Bagaimana kau bisa mengatakannya bodoh?" tanya Soeun dengan nada yang ramah.

Soeun memang masih sangat jengkel, namun ia bukan tipe orang yang memberikan bahu dingin pada orang lain yang mengajaknya mengobrol. Itulah mengapa keramahan Soeun membuat wanita cantik itu disukai oleh semua pekerja di rumah Minjun, baik itu pelayan, tukang kebun, ataupun sopir. Mereka bisa melihat bahwa adik majikan mereka merupakan wanita yang baik yang tak memandang seseorang dari jabatan dan tak pernah merendahkan orang lain hanya karena berasal dari kalangan menengah ke bawah.

Itu jualah yang membuat orang di sekeliling Soeun merasa prihatin jika terjadi sesuatu pada Soeun. Termasuk saat ini, dimana Soeun memasang raut wajah jengkel dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Dengan Tuan Minjun sebagai kakak nona, tentu saja orang yang mengganggu nona hanya mencari masalah. Tuan Minjun tak akan melepaskan orang itu tanpa memberinya pelajaran" jelas sang sopir.

Soeun terkekeh sembari menganggukkan kepalanya.

"Kau benar" jawab Soeun.

Dengan posisi dan pekerjaan kakak laki-lakinya, tentu saja Minjun tak segan menghajar siapapun yang mengganggu adik semata wayangnya itu.

'... tapi aku tak yakin Minjun oppa akan memberi pelajaran jika Minjun oppa tahu penyebab aku jengkel adalah Junho. Mereka sangat dekat, sudah seperti saudara. Jika itu orang lain, tentu saja oppa tak akan segan memberi pelajarn pada orang yang menganggu ku' keluh Soeun.

Soeun pun menghla nafasnya lalu menyandarkan kepalanya ke kursi penumpang.

Sepuluh menit kemudian mobil yang Soeun tumpangi pun tiba di kediaman Minjun. Dengan segera Soeun pun keuar dari mobil dan berjalan masuk. Ia ingin segera menuju kamar tidurnya lalu berendam di bath tub untuk merilekskan dan mengembalikan suasana hatinya.

Namun rupanya apa yang Soeun inginkan tak bisa segera terwujud.

Minjun yang berada di ruang tamu ketika Soeun masuk pun menghentikan langkah Soeun untuk segera menuju kamar.

"Soeun? Darimana kau? Ayah menelepon tadi siang dan menanyakanmu"

Soeun membalik tubuhnya dan menatap pada kakaknya itu. Ia masih diam di posisinya ketika Minjun bangkit dari sofa dan berjalan mendekatinya.

"Sepertinya ada hal penting yang ingin ayah katakan..."

Perkataan Minjun terhenti ketika ia mendapati mata sembab Soeun. Dahi Minjun mengerut.

The Promise (On Going)Where stories live. Discover now