23. Ralisya Quenby Lesham

443 28 0
                                    


Pagi hari di sekolah.

"Kau masih suka jalan kaki yah??? Bukannya aku sudah memberi mu motor? " Adith berbicara dari belakang Alisya ketika memasuki gerbang sekolah.

" Aku masih nyaman seperti ini! Lagi pula moto maticmu sudah ku kembalikan. Bagaimana bahumu?" Alisya berjalan membelakang sambil menujuk bahu Adith.

"Hati-hati kau bisa jatuh jika berjalan seperti itu! Bahuku baik-baik saja! " Ia memperingatkan Alisya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanya yang membuat Alisya tersenyum.

"Apanya yang lucu? " Adith kesal.

"Alisyaaa... Kamu kok sudah ke sekolah sih? " Teriak Karin berlari menghampiri Alisya bertanya dengan khawatir.

"Aku merasa bosan dirumah! Dan juga kemarinkan hari minggu jadi aku sudah beristrahat yang cukup kok! jadi kamu tidak perlu khawatir, aku sudah cukup sehat untuk hadir kesekolah hari ini. " Terang Karin.

"He um.. Bagus-bagus.. " Karin memasang wajah serius.

"Kenapa? ada yang salah atau ada yang kamu pikirin? " Alisya memandang wajah Karin tidak kalah serius.

"Bicaralah terus seperti ini, aku suka mendengarmu bersuara dan berbicara yang banyak" Karin menujukkan wajah bahagia yang penuh simpati.

Seketika wajah Alisya memerah. Ia menggetok kepala Karin dan berjalan lebih cepat meninggalkan karin. Karin mengikutinya sambil tertawa kecil. Alisya juga berpikir entah sejak kapan ia mulai terbiasa berbicara banyak dengan santai dan mulai suka mengobrol dengan orang lain dalam kondisi yang nyaman.

"Sial,,, aku di kacangin!!!" Adith menggumam sendirian.

*****

"Kamu baik-baik saja Sya? " Rinto bertanya dengan sangat pelan. Ia tidak ingin membuat kaget Alisya dengan suaranya.

" Aku baik-baik saja! kau bisa berbicara dengan santai, aku memiliki alat yang takkan terlepas kecuali aku yang menginginkannya! " Alisya mengangkat sedikit rambutnya melingkar dan memperlihatkan alat yang berada di telinganya.

Gerakan yang dilakukan Alisya sangat lembut membuat Rinto terpaku dengan kecantikan Alisya di bawah sinar matahari pagi. Selain itu Rinto melihat 3 titik tahi lalat hitam di leher Alisya tepat di bawah telinganya yang membentuk pola seperti bintang yang bersinar indah karena kulit putihnya.

"Ah baiklah.. " Rinto langsung memalingkan wajahnya yang memerah dan segera duduk dikursinya.

Alisya hanya tersenyum.

Posisi duduk Rinto berada tepat di sebelah kanan meja Alisya dan Karin yang memaksa pindah kini berada di sebelah kirinya menggeser Adora.

"Sya, kejadian malam itu apa mereka adalah teroris? sepertinya mereka sudah mengenali wajah kamu! " Karin berbisik lembut.

Rinto menoleh mendekatkan diri mendengar pembahasan Karin. Yogi yang sedari tadi berada jauh kini sudah berada di hadapan ketiganya.

"Dan untuk yang berpakaian Jas hitam itu, bukankah kau mengenali mereka? " Yogi bertanya lagi.

"Karin benar, sepertinya mereka mengenaliku karena wawancara di acara penghargaan kemarin. Yang menembaki Adith adalah teroris yang mengincarku sedangkan yang memakai Jas hitam adalah orang-orang yang selama ini aku hindari. Sekarang posisiku sudah di ketahui keduanya" Terang Alisya mengeluarkan nafas kesal.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang? bukankah itu berarti kau dalam bahaya? " Rinto mengkhawatirkan Alisya.

"Kau bisa tinggal dirumahku bersama nenekmu! Kau akan lebih aman disana" Karin mengajukan diri.

Jenius Yang NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang