Sementara itu, tidak jauh dari Kota Kerajaan Batu Ampar, tampak seorang wanita berbaju kuning gading tengah berlari-lari cepat menuju Gunung Haling. Gerakannya begitu lincah dan ringan, pertanda memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. Dia terus berlari cepat sambil sesekali membetulkan kerudung yang menutupi wajahnya. Seakan-akan, wajahnya tidak ingin diketahui orang lain.
"Berhenti..!"
Tiba-tiba saja terdengar bentakan keras menggelegar dan mengejutkan. Wanita berbaju kuning gading itu seketika menghentikan larinya. Kedua bola matanya yang indah dan bening bercahaya, jadi terbeliak begitu tahu-tahu di depannya sudah berdiri seorang laki-laki berusia muda. Pedangnya tampak tersampir di punggung. Ujung gagang pedang itu berbentuk kepala tengkorak berwarna putih keperakan.
"Iblis Pedang Perak...," wanita berbaju kuning gading itu mendesis, mengenali laki-laki muda yang menyandang pedang perak di punggungnya.
"Kau tidak bisa lari dariku, Nisanak," dengus Iblis Pedang Perak dingin menggetarkan.
Wanita berbaju kuning gading itu menggumam kecil. Bola matanya terlihat begitu tajam, merayapi wajah Iblis Pedang Perak. Perlahan kakinya bergeser ke kanan. Gerakan tangannya juga begitu perlahan saat melepaskan sehelai kain berwarna kuning keemasan yang melilit pinggangnya. Dipegangnya kedua ujung selendang kuning keemasan itu. Sorot matanya masih tetap tajam, seakan sedang mengukur tingkat kepandaian laki-laki muda di depannya ini.
"Aku tahu, kau bukan Dewi Selendang Maut. Siapa kau sebenarnya?! Dan, mengapa berani mengacau ketenangan Kanjeng Ratu Lanjani?!" dengus Iblis Pedang Perak lagi.
"Bagus, kalau kau menyangka begitu. Tapi, akan kau rasakan selendang mautku ini terlebih dahulu," desis Dewi Selendang Maut dingin.
Setelah berkata demikian. Dewi Selendang Maut langsung memutar-mutar selendang emasnya di atas kepala. Kakinya bergerak perlahan menyusur tanah ke kanan dan ke kiri. Iblis Pedang Perak jadi ternganga melihat gerakan-gerakan jurus 'Selendang Ekor Naga' yang diperlihatkan wanita berbaju kuning gading itu. Dia tahu, jurus itu sangat dahsyat. Bahkan merupakan salah satu jurus andalan Dewi Selendang Maut. Dan, tak ada seorang pun yang memiliki jurus itu, selain Dewi Selendang Maut sendiri.
"Oh. Dia benar-benar Dewi Selendang Maut ..." desah Iblis Pedang Perak dalam hati.
"Bersiaplah, Iblis Pedang Perak. Tunjukkan kebolehan pedang rongsokanmu," desis Dewi Selendang Maut dingin.
"Hiyaaat...!"
Cepat sekali Dewi Selendang Maut mengebutkan senjata andalannya yang begitu terkenal akan kedahsyatannya. Selendang berwarna kuning keemasan itu meluruk deras ke arah Iblis Pedang Perak yang masih terlongong, begitu melihat jurus 'Selendang Ekor Naga'.
"Uts! Hait...!"
Tapi begitu tersadar, Iblis Pedang Perak cepat-cepat melompat ke kanan. Sehingga, ujung selendang kuning keemasan itu. Tidak sampai mengenai tubuhnya. Namun selendang itu sudah meliuk seperti seekor ular naga, mangejar Iblis Pedang Perak. Terpaksa laki-laki muda itu harus berjumpalitan, dan bergulingan di tanah menghindarinya.
Selendang kuning keemasan itu meliuk-liuk indah, namun mengandung ancaman maut yang tak bisa dianggap main-main. Selendang itu bagai memiliki mata saja. Bergerak cepat mengejar ke mana saja Iblis Pedang Perak bergerak menghindar. Sedangkan Dewi Selendang Maut ikut berlompatan, berusaha memperpendek jarak. Sambil berlompatan, diputarinya Iblis Pedang Perak disertai kebutan selendangnya yang cepat dan lincah.
"Hiyaaat...!"
Tiba-tiba saja Iblis Pedang Perak melentingkan tubuhnya ke udara, begitu ujung selendang kuning keemasan meluruk deras mengincar kakinya. Dan sambil berputaran di udara, pedangnya cepat-cepat dicabut. Pedang berwarna keperakan yang berkilat tertimpa cahaya bulan itu kini sudah tergenggam di tangan Iblis Pedang Perak.
"Yeaaah...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Iblis Pedang Perak meluruk deras ke arah selendang kuning keemasan yang merentang lebar dan kaku. Lalu, cepat sekali pedangnya dikebutkan, tepat di bagian tengah selendang kuning keemasan itu.
Bret!
"Heh...?!"
Dewi Selendang Maut jadi terkejut setengah mati begitu selendangnya terpotong jadi dua bagian. Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang. Sedangkan matanya terbeliak, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan. Sementara Iblis Pedang Perak sudah menjejakkan kakinya di potongan selendang yang tergeletak di tanah.
"Hup! Yeaaah...!"
"Hei! Jangan lari kau..!"
Iblis Pedang Perak langsung melompat mempergunakan ilmu meringankan tubuh, begitu tiba-tiba saja Dewi Selendang Maut melesat begitu cepat hendak meninggalkan pertarungan. Tapi belum juga Dewi Selendang Maut berlari jauh, tiba-tiba saja sebuah bayangan hitam berkelebat cepat memotong arah larinya. Untung saja wanita berbaju kuning gading itu cepat-cepat melentingkan tubuh, berputar ke belakang. Sehingga dia tidak sampai bertabrakan dengan bayangan hitam yang berkelebat begitu cepat memotong arah laritnya tadi.
"Satan...!" dengus Dewi Selendang Maut begitu kakinya menjejak tanah
Ctar!
Suara lecutan cambuk terdengar keras memecah kesunyian malam. Dewi Selendang Maut jadi semakin terbeliak begitu tiba-tiba di depannya sudah berdiri seorang laki-laki separuh baya, mengenakan baju hitam pekat. Seutas cambuk hitam berbulu halus tampak tergenggam di tangan kanannya. Pada saat itu, Iblis Pedang Perak sudah sampai. Langsung didekatinya laki-laki separuh baya yang memegang cambuk hitam itu.
"Rupanya hanya tikus kecil yang ingin coba-coba menggerogoti lumbung Kanjeng Ratu Lanjani," desis laki-laki berbaju hitam yang ternyata adalah si Cambuk Setan, dingin menggetarkan.
"Kita serang saja, Paman. Tidak perlu banyak bicara menghadapi tikus betina ini." dengus Iblis Pedang Perak yang masih penasaran dengan pertarungannya tadi.
Tanpa menunggu jawaban lagi, Iblis Pedang Perak langsung melompat cepat menyerang Dewi Selendang Maut. Secepat kilat pula pedangnya dibabatkan ke arah leher wanita berbaju kuning gading itu.
Wuk!
"Uts!"
Dewi Selendang Maut cepat-cepat menarik kepalanya ke belakang, sehingga hanya sedikit saja ujung pedang pemuda itu lewat di depan tenggorokannya. Belum lagi wanita berbaju kuning gading itu bisa menarik kepalanya kembali ke depan, tiba-tiba saja si Cambuk Setan sudah cepat mengebutkan cambuknya ke arah dada.
Ctar!
"Hup!"
Dewi Selendang Maut segera melentingkan tubuhnya, berputaran ke belakang menghindari sengatan cambuk hitam berbulu halus itu. Beberapa kali dia berputaran di udara sebelum kakinya menjejak tanah. Namun baru saja wanita itu menjejak tanah, Iblis Pedang Perak sudah kembali menyerang cepat luar biasa. Pedangnya berkelebatan cepat, sehingga yang terlihat hanya kilatan cahaya keperakan yang mengurung di sekitar tubuh Dewi Selendang Maut.
Wanita yang tidak kelihatan wajahnya itu, semakin kewalahan saja menghadapi serangan si Cambuk Setan yang membantu Iblis Pedang Perak. Menghadapi dua serangan yang begitu dahsyat, tentu saja Dewi Selendang Maut semakin kelihatan kewalahan. Dia terus terdesak semakin hebat. Bahkan tak mampu lagi memberi serangan balasan. Wanita berbaju kuning gading itu hanya bisa berlompatan, berjumpalitan menghindari setiap serangan yang datang secara beruntun itu.
"Hiyaaa..!"
Tiba-tiba saja, si Cambuk Setan melepaskan satu pukulan tangan kiri yang begitu keras, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi itu dilakukan tepat di saat Iblis Pedang Perak melakukan serangan ke arah kaki Dewi Selendang Maut. Menghadapi serangan yang begitu bersamaan, Dewi Selendang Maut tak mampu lagi berkelit dari pukulan si Cambuk Setan. Sehingga...
Desss!
"Aaakh...!"
Tubuh Dewi Selendang Maut terpental deras ke belakang, begitu pukulan yang dilepaskan si Cambuk Setan telak menghantam tengah-tengah dadanya. Keras sekali pukulan itu, sehingga Dewi Selendang Maut terbanting ke tanah begitu keras disertai pekik kaget tertahan.
"Mampus kau! Hiyaaat..!"
Pada saat tubuh Dewi Selendang Maut telentang di tanah. Ibis Pedang Perak sudah melompat cepat disertai ancaman ujung pedangnya yang tertuju lurus ke arah dada. Sedangkan Dewi Selendang Maut hanya bisa terbeliak. Tak ada lagi kesempatan baginya untuk menghlndar. Pukulan yang mendarat di dadanya tadi, membuat jalan napasnya jadi tersumbat. Sedangkan dadanya terasa begitu nyeri.
"Oh, mati aku..." desah Dewi Selendang Maut. Dewi Selendang Maut memejamkan matanya, saat ujung pedang berwarna keperakan semakin dekat ke arah dadanya. Dan begitu ujung pedang itu hampir saja menembus dadanya, mendadak saja....
Trang!
"Ikh...?!"
Iblis Pedang Perak jadi terkejut setengah mati, begitu tiba-tiba sebuah bayangan putih berkelebat menyentil pedangnya yang hampir saja menembus dada Dewi Selendang Maut. Lebih terkejut lagi, karena tangannya yang menggenggam pedang terasa jadi bergetar kesemutan. Cepat-cepat tubuhnya melenting ke belakang, sambil memindahkan pedangnya ke tangan kiti.
Sementara Dewi Selendang Maut sudah membuka matanya. Dia jadi tertegun melihat Iblis Pedang Perak berada sekitar satu setengah tombak darinya. Bahkan kedua bola matanya jadi terbeliak begitu di samping tubuhnya yang terbaring menelentang, berdiri seorang pemuda tampan. Bajunya rompi putih, dengan sebilah pedang bergagang kepala burung tersampir di punggungnya.
Pada saat itu muncul seorang gadis cantik berbaju biru muda dari balik sebatang pohon yang cukup besar. Gadis itu langsung menghampiri Dewi Selendang Maut. Dibantunya wanita berbaju kuning gading ini berdiri. Sementara, pemuda tampan berbaju rompi putih melangkah ke depan beberapa tindak. Sedangkan si Cambuk Setan sudah berdiri di samping Iblis Pedang Perak.
"Siapa kalian?" tanya Dewi Selendang Maut, setelah bisa berdiri, dia masih dipapah gadis cantik yang baru muncul tadi.
"Sebaiknya jangan banyak bicara dulu. Kita harus segera menyingkir dari sini." sahut gadis cantik berbaju biru itu.
"Cepat bawa dia pergi, Pandan." selak pemuda berbaju rompi putih tanpa berpaling sedekitpun.
"Baik, Kakang." sahut gadis cantik itu yang ternyata memang Pandan Wangi. "Ayo..."
Pandan Wangi memapah Dewi Selendang Maut menyingkir dari tempat pertarungan itu. Sementara, pemuda berbaju rompi putih yang tak lain adalah Pendekar Rajawali Sakti, masih berdiri tegak menghadapi si Cambuk Setan dan Iblis Pedang Perak. Dari sudut ekor matanya. Rangga melihat Pandan Wangi sudah cukup jauh membawa Dewi Selendang Maut menyingkir.
"Berani benar kau mencampuri urusanku, Anak Muda. Siapa kau sebenarnya...?!" desis si Cambuk Setan dingin menggetarkan.
Rangga tidak menjawab pertanyaan itu. Pada saat itu, terdengar ringkik kuda yang disusul derap kaki kuda yang dipacu cepat. Dan kini, suara-suara itu terdengar semakin menjauh. Dan tiba-tiba saja, Pendekar Rajawali Sakti melesat cepat bagai kilat.
"Hey....!"
Tak ada kesempatan lagi bagi si Cambuk Setan dan Iblis Pedang Perak untuk mengejar, karena lesatan Rangga begitu cepat Sehingga dalam waktu sekejap mata saja, Pendekar Rajawali Sakti tak terlihat lagi bayangan tubuhnya.
"Keparat...! Siapa mereka...?!" geram Iblis Pedang Perak seperti bicara pada diri sendiri.
"Ayo kita kejar mereka, Paman," ajak Iblis Pedang Perak.
"Untuk apa?! Percuma saja kita mengejar. Mereka pasti sudah terlalu jauh dari sini." dengus si Cambuk Setan.
Iblis Pedang Perak jadi terdiam. Memang tidak ada gunanya lagi mengejar. Mereka pasti sudah jauh, dan lagi tidak tahu ke mana arah kepergiannya.
"Aku yakin, dia tidak akan bisa bertahan lama dengan pukulanku tadi," duga Cambuk Setan setengah menggumam nada suaranya.
"Kalau kedua orang itu menolongnya?"
"Hanya mereka yang memiliki tenaga dalam sempurna saja yang bisa melenyapkan hasil pukulanku, Pedang Perak. Karena, pukulanku tadi mengandung aji 'Guntur Geni'. Luka itu hanya bisa disembuhkan dengan hawa murni yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan."
"Kalau begitu, sebaiknya kita kembali saja ke istana, Paman," ajak Ibis Pedang Perak.
"Ayolah. Tidak ada gunanya lama-lama di sini. Toh dia pasti mampus oleh aji 'Guntur Geni'."
KAMU SEDANG MEMBACA
63. Pendekar Rajawali Sakti : Prahara Darah Biru
AcciónSerial ke 63. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.