"Dewani...!" desis Rangga terkejut.
Hampir saja Pendekar Rajawali Sakti menghantamkan pukulannya. Untung saja, gadis yang diam-diam menyelinap itu langsung menjerit. Rangga cepat melompat keluar dari dalam semak belukar sambil menarik tangan Dewani. Sehingga gadis itu juga ikut keluar dari dalam semak. Pada saat itu, Pandan Wangi sudah menghampiri dan berdiri di samping Rangga. Sedangkan Dewani kini sudah berada di depan kedua pendekar muda ini.
"Apa yang kau lakukan di sini, Dewani?" tanya Rangga.
"Maaf, aku telah mengejutkan kalian. Tapi aku tidak bermaksud jahat. Aku justru ingin minta tolong pada kalian berdua." kata Dewani.
"Minta tolong....? Rangga jadi bcrkerut keningnya.
"Ya! Aku tidak tahu harus minta bantuan pada siapa lagi. Sedangkan persoalan ini harus diselesaikan secepatnya. Aku tidak ingin terus berlarut-larut, sementara seluruh rakyat Batu Ampar sudah mulai mempertanyakan tentang diriku." jelas Dewani.
Rangga dan Pandan Wangi jadi saling berpandangan.
"Kalian pasti sudah tahu, siapa aku sebenarnya," kata Dewani lagi.
Rangga memang sudah tahu, siapa Dewani sebenarnya. Apalagi setelah mendengar semua pembicaraan Pendekar Bayangan Dewa dan Dewi Selendang Maut. Dan Pendekar Rajawali Sakti juga tahu, persoalan apa yang sedang dihadapi gadis ini. Haknya sebagai pewaris tunggal Kerajaan Batu Ampar telah terampas Lanjani, salah seorang anak dari selir ayahnya. Tentu saja Lanjani tidak berhak menduduki takhta Kerajaan Batu Ampar.
Rangga jadi sukar menentukan pilihannya. Sementara, pemuda itu juga harus menjaga perasaan Pandan Wangi yang saat ini sedang menghadapi suatu kekecewaan terhadap kenyataan pahit yang dihadapinya saat ini. Tapi, dia juga tidak ingin mengecewakan harapan Dewani yang terang-terangan meminta bantuannya untuk merebut kembali takhta yang kini dikuasai Lanjani secara tidak sah. Maka tidak mudah bagi Rangga untuk menentukan salah satu dari dua pilihan yang begitu sulit.
"Sebentar...." ujar Rangga pada Dewani.
Bergegas Pendekar Rajawali Sakti menarik tangan Pandan Wangi, dan membawanya menjauhi Dewani. Pandan Wangi mengikuti saja tanpa bertanya sedikit pun. Sedangkan Dewani tetap menunggu sambil memperhatikan Rangga yang sudah langsung berbicara pada Pandan Wangi. Pendekar Rajawali Sakti mengatakan persoalan yang sedang dihadapi Dewani saat ini, dan meminta pendapat Pandan Wangi dalam hal ini. Karena, memang sulit menentukan pilihan, mengingat keadaan Pandan Wangi yang tidak sedikit membutuhkan perhatiannya.
"Terima kasih atas perhatianmu yang begitu besar, Kakang," ucap Pandan Wangi setelah Rangga selesai menceritakan keadaan Dewani saat ini, hingga meminta bantuan pada mereka untuk mengembalikan takhta padanya. "Tapi, kau seorang pendekar, Kakang. Dan kau harus bisa menentukan pilihan yang tepat"
"Tapi..."
"Jangan lupakan kewajiban seorang pendekar, Kakang. Dan aku sendiri tidak peduli terhadap pribadiku sendiri. Bagiku, masalah pribadi bukan hambatan yang berarti untuk menjalankan tugas sebagai pendekar," tandas Pandan Wangi, cepat memutuskan ucapan Rangga.
Rangga jadi terdiam.
"Katakan pada Dewani, kau juga bersedia mambantunya. Tapi harus kau yakinkan dulu. Dan dia juga harus minta izin gurunya untuk meminta bantuan padamu, Kakang," usul Pandan Wangi.
"Mereka tidak akan mencampuri urusan ini, Pandan. Dewani memang mereka gembleng. Tapi untuk persoalan yang menyangkut kerajaan, mereka tidak mau ukut campur," jelas Rangga.
"Bagaimana kau bisa begitu yakin?"
"Aku dengar sendiri yang mereka katakan siang tadi."
"Kalau begitu, apa salahnya jika kita membantunya, Kakang...?"
"Kau benar-benar memiliki hati emas, Pandan," puji Rangga tulus.
"Simpan dulu pujianmu, Kakang. Sekarang katakan pada Dewani, kita bersedia membantunya," kata Pandan Wangi tidak ingin mendapat pujian.
Rangga tersenyum, lalu bergegas menghampiri Dewani yang menunggu di dekat api unggun. Sementara Pandan Wangi melangkah ringan menghampiri Rangga yang langsung berbicara pada Dewani. Betapa gembiranya gadis itu mendengar kesediaan Rangga membantu menyelesaikan persoalannya, untuk merebut kembali takhta yang sekarang diduduki Lanjani secara tidak sah. Mereka kemudian duduk menghadap api unggun.
"Sejak semula aku memang sudah yakin, kalian bersedia membantuku," kata Dewani dengan sinar mata yang berbinar.
"Oh, ya...? Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanya Pandan Wangi.
"Dari cara kalian menolongku dari tangan Iblis Pedang Perak dan si Cambuk Setan," sahut Dewani.
"Aku rasa, itu hanya kebetulan saja," ujar Rangga merendah.
"Tidak. Dari caranya saja sudah menunjukkan kalau kalian adalah pendekar-pendekar tangguh dan digdaya. Aku yakin, kalian pasti memiliki kepandaian tinggi, dan mampu menghadapi Lanjani dan kedua orang kepercayaannya itu. Juga, dari cara kau masuk dan keluar dari tempat tinggal Paman Pendekar Bayangan Dewa."
Rangga hanya tersenyum saja. Hatinya benar-benar kagum pada pengamatan Dewani yang begitu tajam dan jeli. Sehingga gadis itu bisa begitu yakin, walau hanya dengan pengamatan yang tidak begitu jauh. Tidak heran jika dua orang tokoh kosen yang sudah menghilang dari rimba persilatan menyukai gadis ini. Bahkan menurunkan ilmu-ilmunya, meskipun belum seberapa. Tapi, itu sudah menjadikan suatu perubahan besar pada diri Dewani. Meskipun, sebagian besar karena pengaruh ramuan obat yang dibuat Dewi Selendang Maut.
"Sebaiknya, kalian tidur malam ini. Besok pagi akan kucoba dengan cara musyawarah. Mudah-mudahan tidak terjadi pertumpahan darah," ujar Rangga.
"Kalaupun terjadi, aku yakin kalian mampu menghadapi mereka," kata Dewani.
KAMU SEDANG MEMBACA
63. Pendekar Rajawali Sakti : Prahara Darah Biru
ActionSerial ke 63. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.