2

3 1 0
                                    

Dian dan Fatih akhirnya sampai di rumah sakit Asih. Ia segera mendatangi ruangan tempat suaminya dirawat.

"Bagaimana kondisi suami saya?" tanya Dian.

Fatih memang bukan typikal orang yang banyak berbicara. Jadi ia hanya mendampingi sang Bunda dan mencoba membuat bundanya tenang. Walau dirinya sendiri juga berjuta-juta merapalkan do'a untuk kebaikan sang ayah.

"Sebentar lagi mungkin akan sadar bu. Tapi kondisinya masih sangat lemah. Ibu boleh menjenguk hanya saja jangan sampai menggangu pasien" ucap dokter

Dian hanya mengganguk patuh. Dibukanya pintu, di sana suaminya terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuh suaminya.

"Yah..." ucap Dian lirih. Fatih yang melihat kondisi sang ayah jelas meringis. Ingin menangis, tapi ia harus menenangkan sang bunda.

"Bunda duduk dulu sini" Fatih menarik kursi di samping brankar ayahnya.

Selang beberapa waktu, Adam dan Ayana tiba di ruang rawat ayahnya.

"Gimana kondisi ayah?" tanya Adam to the point.

"Sebentar lagi sadar. Tapi masih lemah kata dokter" jawab Fatih.

Adam hanya mengangguk dan menatap sang ayah.

"A-ayah cepet bangun, cepet sehat hiks hiks" ucap Ayana sambil sesenggukan.

"Hey, adek kakak. Biarin ayah istirahat dulu. Kamu tenang. Ayah pasti sembuh." ucap Adam sambil memeluk Ayana.

Jari Dimas bergerak. Mengejutkan Dian yang sedang memegang lengannya.

"Tih! Panggil dokter!" ucap Dian panik

"Bunda tenang bunda" Adam segera menenangkan bundanya.

"B-bun.." ucap Dimas terbata-bata

"Ayah jangan banyak bicara dulu" ucap Adam

Ayahnya tersenyum lirih

"A-ayah g-ga ku-at Dam. A-ayah sal-salah. A-ayah mo-mohon sa-sama ka-kamu bu-buat tanggung ja-jawab sama keluarga yang su-sudah ayah tabrak. A-ayah la-lai. To-tolong cari ke-keluarga kor-ban..." Hanya itu yang diucapkan Dimas sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Fatih yang baru saja memanggil dokter dan kembali ke ruangan dikejutkan dengan adik dan Bundanya yang sudah menangis histeris sambil menggoncang-goncangkan tubuh ayahnya.

"Kenapa?" tanya Fatih panik pada Adam

"Ayah meninggal" ucap Adam dengan tatapan kosong. Setetes air mata berhasil membobol pertahanan yang sudah Adam buat.

Fatih langsung memeluk bundanya. Ia juga menangis. Ia masih membutuhkan ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adam Hilmie AzizieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang