BAGIAN 4

519 26 0
                                    

Malam sudah jatuh menyelimuti sebagian permukaan mayapada. Rangga terpaksa bermalam di sebuah penginapan yang ada di Desa Karanggati. Memang, tidak mungkin perjalanannya dilanjutkan di malam hari. Desa Karanggati sendiri merupakan sebuah desa yang cukup besar dan ramai. Hampir jauh malam, desa ini masih saja kelihatan ramai. Dan sudah hampir seluruh pelosok desa ini dijelajahi. Bahkan sudah berpuluh orang ditanya, tapi Rangga belum juga bisa menemukan petunjuk di mana Pandan Wangi sekarang berada.
Tok, tok, tok...!
Rangga berpaling sedikit ketika mendengar ketukan di pintu kamar penginapannya.
"Masuk...!" seru Rangga agak keras sambil kembali mengarahkan pandangan ke luar melalui jendela yang terbuka lebar.
Krieeet..!
Terdengar suara derit pintu yang terbuka perlahan-lahan. Rangga mendengar suara langkah kaki yang halus memasuki kamarnya, namun tetap tidak berpaling. Kemudian, kembali terdengar derit suara pintu yang tertutup. Dan kini tidak lagi terdengar suara sedikit pun. Rangga yang hanya bisa mendengar tarikan napas begitu lembut di belakangnya.
"Kakang...," terdengar suara lembut sekali dari belakang Pendekar Rajawali Sakti.
Perlahan Rangga memutar tubuhnya, saat mendengar suara seorang wanita yang begitu lembut dari belakangnya. Dan begitu berbalik, matanya jadi terbeliak. Hampir tidak dipercaya dengan apa yang ada di depannya sekarang ini. Sungguh tidak disangka kalau yang masuk ke kamar penginapannya adalah seorang gadis berwajah begitu cantik. Dia mengenakan baju warna merah menyala yang ketat, sehingga membentuk tubuhnya yang ramping dan indah.
Tapi bukan kecantikan dan keindahan tubuh gadis itu yang membuat Rangga jadi terbeliak. Justru Pendekar Rajawali Sakti tidak menyangka kalau yang memasuki kamarnya ini adalah Mayang, seorang gadis yang selama ini sudah dilupakan dan tak terdengar lagi kabar beritanya.
"Kenapa kau ada di sini, Mayang...?" agak tersekat nada suara Rangga.
Pendekar Rajawali Sakti seperti masih belum percaya kalau yang berdiri di depannya ini adalah seorang gadis yang mencintainya. Hanya saja, gadis itu cintanya tidak terbalas, karena Rangga tidak menyukai wataknya yang dengki dan selalu menyimpan dendam pada Pandan Wangi. Tapi walaupun demikian, Mayang tidak pernah berputus asa untuk mendapatkan cinta Pendekar Rajawali Sakti. Sudah segala macam cara dilakukan, namun tidak juga mampu meruntuhkan ketegaran hati Rangga yang bagaikan batu karang. Tak lebur meskipun setiap saat terhantam gelombang laut.
"Kau masih belum sudi menerima kehadiranku, Kakang?" perlahan sekali suara Mayang, seakan-akan mengharapkan sikap yang manis dari Pendekar Rajawali Sakti.
"Duduklah," Rangga mempersilakan.
Memang tidak ada alasan bagi Rangga untuk membenci gadis ini. Meskipun tidak menyukai akan sifat-sifatnya, tapi tidak mungkin bisa membencinya terus-menerus. Dan selama ini, Mayang memang tidak pernah berbuat sesuatu yang secara langsung merugikannya. Sementara Rangga duduk di dekat jendela, Mayang mengambil tempat di tepi pembaringan. Untuk beberapa saat lamanya mereka tidak ada yang bicara. Kesunyian begitu terasa menyelimuti seluruh kamar penginapan yang tidak besar ukurannya ini.
"Dari mana kau tahu aku ada di sini?" tanya Rangga memecah kebisuan yang terjadi.
"Sore tadi, aku melihatmu masuk ke sini. Aku sengaja menunggu sampai malam, agar tidak ada seorang pun yang melihatku masuk ke sini," sahut Mayang.
"Ada perlu denganku?" tanya Rangga lagi.
"Tidak begitu mendesak," sahut Mayang.
"Katakanlah."
"Aku tahu, kenapa kau berada di sini sendirian dan tidak bersama Pandan Wangi seperti biasanya," kata Mayang, begitu bersungguh-sungguh nada suaranya.
Kening Rangga jadi berkerut mendengar kata-kata Mayang barusan. Ditatapnya gadis itu dalam-dalam dengan mata agak menyipit Sedangkan Mayang malah bangkit dari duduknya, dan berdiri di depan jendela. Rangga masih tetap duduk memandangi dengan sinar mata tajam dan penuh arti yang mendalam. Entah apa yang ada di dalam benak Pendekar Rajawali Sakti sekarang ini, sehingga tidak lagi mengucapkan sesuatu. Dan Mayang sendiri juga terdiam membisu, memandangi rembulan yang bersinar penuh, bergelayut di langit.
"Kalau kau menyangka Pandan Wangi ada di Desa Karanggati ini, kau salah besar, Kakang. Pandan Wangi tidak ada di desa ini. Bahkan sama sekali tidak lewat sini," jelas Mayang mengisi kebisuan yang terjadi untuk beberapa saat lamanya.
"Kau bicara seolah-olah mengetahui apa yang sedang terjadi, Mayang," desis Rangga bernada curiga. Rangga tahu betul kalau Mayang begitu membenci Pandan Wangi, karena dianggap saingannya dalam merebut cinta Pendekar Rajawali Sakti. Dan lagi, Mayang memang sudah bertekad untuk menjauhkan Pandan Wangi dari Pendekar Rajawali Sakti dengan cara apa pun juga. Bahkan tidak segan-segan membunuhnya kalau perlu. Dan itu pernah diucapkan Mayang beberapa waktu lalu, sebelum menghilang dari Kerajaan Karang Setra.
"Aku sebenarnya sudah tahu kau pasti akan datang ke sini, Kakang. Itu sebabnya, kenapa aku menunggumu sejak kemarin," jelas Mayang.
"Kau tahu di mana Pandan Wangi, Mayang...?" agak dalam nada suara Rangga.
Mayang tidak menjawab, tapi malah melangkah ke pintu kamar penginapan ini. Sebentar wajahnya berpaling menatap Pendekar Rajawali Sakti. Bibirnya yang selalu merah, terlihat mengembangkan senyuman yang begitu manis. Kemudian kakinya melangkah ke luar, menutup pintu kamar ini kembali.
"Mayang, tunggu...!" sentak Rangga berseru.
Bergegas Pendekar Rajawali Sakti mengejar gadis itu. Tapi begitu sampai di depan pintu kamarnya, Mayang sudah tidak terlihat lagi. Gadis itu sudah menghilang, entah pergi ke mana. Rangga mengedarkan pandangan ke lorong rumah penginapan ini. Tapi tak ada seorang pun yang terlihat. Perlahan-lahan Pendekar Rajawali Sakti menutup pintu kamar penginapannya kembali. Sebentar kepala Pendekar Rajawali Sakti berpaling ke kanan dan ke kiri, mengamati lorong yang tampak sepi, tanpa seorang pun terlihat.
Dengan langkah bergegas, disusurinya lorong yang di kanan kirinya terdapat pintu-pintu kamar tertutup rapat. Rangga terus melangkah cepat menuju ke ruangan depan rumah penginapan ini. Di situ, yang ditemuinya hanya seorang perempuan tua yang terduduk di kursi kayu terkantuk-kantuk. Sebentar Pendekar Rajawali Sakti menatap wanita tua itu, kemudian terus bergegas melangkah keluar dari rumah penginapan ini.

67. Pendekar Rajawali Sakti : Perangkap BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang