Sebelum ada yang menyadari, Rangga sudah bergerak kembali. Kini, dipadukannya jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' dengan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Dua jurus yang begitu dahsyat dan sudah mencapai tingkat kesempurnaan, membuat lawan-lawannya jadi kelabakan menghindari.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Kedua tangan Pendekar Rajawali Sakti bergerak demikian cepatnya, sehingga sukar diikuti pandangan mata biasa. Terlebih lagi Rangga berlompatan begitu cepat, langsung menyerang lawan-lawannya secara bergantian. Hal ini semakin membuat lawan kelabakan menghindari serangan balasan Pendekar Rajawali Sakti.
"Jebolll !" teriak Rangga tiba-tiba. "Yeaaah...!"
Bat!
Diegkh!
"Aaakh...!"
Satu orang lagi terpental ke belakang sambil menjerit keras melengking tinggi begitu pukulan yang dilepaskan Rangga berhasil bersarang di dada. Dan sebelum jeritan itu menghilang dari pendengaran, kembali Rangga sudah melesat cepat. Langsung dilepaskannya satu kebutan yang disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna pada salah seorang lawan.
"Yeaaah...!"
Bet!
Des!
"Akh...!" satu orang lagi kembali terguling di tanah yang becek habis tersiram hujan.
"Hup! Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja Rangga melentingkan tubuh ke udara. Lalu bagaikan kilat, tubuhnya meluruk deras dengan kedua kaki bergerak cepat bagai berputar. Saat itu Rangga mengerahkan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa', yang merupakan satu dari rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti' yang tidak kalah dahsyatnya. Begitu cepatnya serangan yang dilakukan Rangga kali ini, sehingga dua orang lawan tidak bisa lagi menghindari. Mereka menjerit, dan bergelimpangan di tanah begitu kedua kaki Rangga menghantam kepala tanpa dapat dicegah.
"Hap!"
Manis sekali Rangga menjejakkan kaki kembali di tanah Dia berdiri tegak dengan kedua kaki terpentang lebar, dan tangan melipat di depan dada. Pandangannya begitu tajam merayapi Wadagari dan dua orang lagi yang masih bisa bertahan berdiri. Sedangkan lima orang lainnya sudah tergeletak tak bergerak-gerak lagi.
Tampak jelas sekali di wajah mereka terbersit kegentaran melihat kedigdayaan Pendekar Rajawali Sakti. Dalam beberapa jurus saja, Rangga sudah berhasil merobohkan lima orang dari mereka. Dan sekarang, tinggal tiga orang lagi. Perlahan Rangga menggeser kakinya mendekati Wadagari yang didampingi dua orang yang sudah kelihatan gentar menghadapi Pendekar Rajawali Sakti.***
"Kau masih ingin menghalangiku, Wadagari...?" desis Rangga, begitu dingin sekali nada suaranya.
"Kau memang tangguh, Rangga. Tapi bukan berarti kau bisa lewat begitu saja," desis Wadagari tidak kalah dingin.
"Aku hargai tekadmu, Wadagari. Tapi aku lebih suka kalau kau menyingkir dan tidak mencoba menghalangiku lagi."
Bet! Wuk!
Wadagari tidak banyak bicara lagi. Cepat kedua pedangnya digerak-gerakkan, lalu berhenti dengan salah satu pedang berada di atas kepala. Sedangkan pedang yang tergenggam di tangan kanan tertuju lurus ke depan, mengarah ke dada Pendekar Rajawali Sakti. Dua orang yang berada di kanan kirinya juga segera melakukan gerakan-gerakan yang sama, meskipun dari sinar mata mereka rasa kegentaran masih belum bisa terhapus. Sedangkan lima orang dari mereka, masih tetap tergeletak di tanah tak bergerak-gerak lagi.
"Hiyaaat...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Wadagari cepat melompat bagai kilat menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Dua orang lain segera berlompatan membantunya. Pada saat itu, Rangga segera melenting keudara, menghindari enam bilah pedang yang berkelebatan cepat mengincar tubuhnya. Pada saat berada diudara, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti mencabut pedangnya. Lalu, tubuhnya meluruk deras sambil mengebutkan pedang yang memancarkan cahaya biru berkilau menyilaukan mata itu.
"Hiyaaa...!"
Bet! Bet...!
Trang!
Desss!
Memang sungguh cepat gerakan Rangga kali ini. Sehingga, sulit diikuti pandangan mata biasa. Dalam berapa gebrakan saja, sudah terlihat dua orang berjumpalitan sambil memekik keras melengking tinggi. Manis sekali Rangga kembali menjejakkan kaki ditanah, sambil memasukkan pedang kembali ke dalam warangka di punggung. Cahaya biru berkilau terang seketika lenyap begitu Pedang Rajawali Sakti kembali berada di dalam warangkanya.
"Bagaimana, Wadagari...?" desis Rangga sambil tersenyum, melihat Wadagari tampak kelabakan melihat tinggal dia seorang yang masih bisa berdiri tegak.
Wadagari tidak bisa lagi berkata-kata. Dirayapinya teman-temannya yang sudah tergeletak tidak bergerak-gerak lagi. Tak ada setetes darah pun yang terlihat. Tapi, tujuh orang pemuda berbaju serba hitam itu sama sekali tidak bergerak di tanah yang basah tersiram hujan tadi.
"Mereka tidak perlu dikhawatirkan, Wadagari. Hanya pingsan saja," kata Rangga memberi tahu, seakan-akan bisa membaca kecemasan yang tersirat dari sorot mata Wadagari.
Sedangkan Wadagari hanya diam saja. Ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti dengan sinar mata yang begitu sulit diartikan. Tapi raut wajahnya, seakan-akan tidak lagi semangat untuk melanjutkan pertarungan. Baru disadarinya kalau Pendekar Rajawali Sakti memang bukan tandingannya. Terlalu tinggi tingkat kepandaian yang dimiliki pemuda berbaju rompi putih itu.
"Kau harus menjaga mereka, Wadagari. Hutan ini banyak binatang buasnya," ujar Rangga.
"Apa yang kau inginkan dariku, Pendekar Rajawali Sakti?" ujar Wadagari bernada pasrah.
Wadagari benar-benar mengakui tidak akan mampu menandingi Pendekar Rajawali Sakti lagi. Dengan lemas, pedangnya dimasukkan kembali ke dalam warangka di punggung. Sedangkan Rangga terlihat mengulas senyum sambil melangkah perlahan mendekati pemuda berbaju serba hitam ketat itu.
"Tunjukkan, ke arah mana Pandan Wangi pergi?" pinta Rangga dengan suara sudah berubah lembut kembali.
"Ke sana," sahut Wadagari seraya menunjuk ke arah selatan.
"Aku percaya padamu, Wadagari. Tapi jika kau berdusta, tidak akan ada lagi maaf untukmu," ujar Rangga bernada mengancam.
"Kau ikuti saja jalan ke arah Selatan. Di sana, kau akan menemui sungai kecil. Lalu, telusurilah aliran sungai itu. Maka, kau akan menemui Pandan Wangi di sana," jelas Wadagari.
Sebentar Rangga merayapi wajah Wadagari, kemudian tanpa berbicara lagi, segera melesat meninggalkan tempat itu menuju arah yang ditunjuk Wadagari. Begitu tingginya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga dalam sekejapan mata saja bayangan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi.
Wadagari bergegas menghampiri tubuh-tubuh yang bergelimpangan di tanah. Diperiksanya satu persatu. Kemudian napas lega berhembus dari hidungnya setelah mengetahui mereka semua memang hanya pingsan saja.
"Hm.... Kenapa dia tidak membunuh...? Kenapa hanya dibuat pingsan saja...?" desah Wadagari mengumam, bicara pada diri sendiri.
Memang Wadagari tidak mengerti sikap yang dilakukan Rangga. Tak ada satu pun yang terluka parah. Mereka semua hanya dibuat pingsan saja. Padahal, tadi Pendekar Rajawali Sakti bertarung dengan jurus-jurus yang begitu dahsyat sekali. Bahkan terlalu sukar diukur tingkatannya. Inilah yang membuat Wadagari jadi tidak mengerti. Tapi, memang tidak mudah baginya untuk bisa mencari jawabannya sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
67. Pendekar Rajawali Sakti : Perangkap Berdarah
ActionSerial ke 67. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.