BAGIAN 6

532 24 0
                                    

"Apa itu...?!" desis Rinjani terkejut.
Bukan hanya Rinjani saja yang terkejut. Bahkan Rangga dan Ki Arman juga jadi terperanjat begitu tiba-tiba saja berhembus angin yang begitu keras, bagai terjadi badai topan dahsyat dan tiba-tiba sekali datangnya. Suara angin itu teramat keras, terdengar menderu-deru menggetarkan jantung. Debu dan bebatuan berhamburan ke udara. Beberapa pohon mulai jatuh bertumbangan, membuat bumi yang dipijak jadi bergetar seperti diguncang gempa.
"Hati-hati! Ini bukan badai biasa," desis Rangga memperingatkan.
Rangga yang juga bisa menciptakan badai topan seperti ini, langsung bisa merasakan kalau badai yang terjadi begitu tiba-tiba memang bukan badai biasa. Dan dia tahu, badai topan ini buatan seseorang yang memiliki tingkat kepandaian tinggi.
"Kalian ke belakangku, cepat...!" seru Rangga, agak keras suaranya.
Pendekar Rajawali Sakti langsung bisa merasakan adanya kekuatan yang begitu besar dari pengerahan tenaga dalam tinggi di balik badai topan ini. Ki Arman yang sudah sering mendengar sepak terjang petualangan Pendekar Rajawali Sakti segera menarik tangan Rinjani dan membawanya ke belakang Pendekar Rajawali Sakti.
"Hep...!"
Rangga segera merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada. Sebentar saja ditariknya napas dalam-dalam, lalu ditahannya di dada. Kemudian matanya sedikit terpejam, memusatkan seluruh perhatian dan inderanya untuk mengerahkan aji 'Bayu Bajra'. Pendekar Rajawali Sakti akan mengimbangi badai topan buatan ini.
"Hap...! Aji 'Bayu Bajra'.... Hiyaaa...!"
Cepat sekali Rangga menghentakkan kedua tangannya ke samping, hingga merentang lebar. Dan seketika itu juga bertiup angin keras menderu-deru, yang mengimbangi badai topan itu. Tapi mendadak saja seluruh tubuh Pendekar Rajawali Sakti jadi bergetar dahsyat. Maka segera dilakukannya beberapa gerakan dengan kedua tangannya.
"Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Rangga menghentakkan kedua tangannya ke depan. Tampak dari kedua telapak tangan yang terbuka lebar itu mengepulkan asap putih yang bergulung-gulung, disertai percikan bunga api yang menyebar ke segala arah. Pada saat itu juga, Ki Arman dan Rinjani yang berada di belakang Rangga tidak lagi merasakan adanya hembusan angin topan yang keras.
Padahal di sekeliling mereka topan itu masih terlihat mengamuk semakin dahsyat. Suara ledakan-ledakan mulai terdengar menggelegar memekakkan telinga. Tampak batu-batu dan pepohonan hancur berkeping-keping seperti terhantam pukulan keras bertenaga dalam tinggi. Rangga perlahan-lahan segera menarik kedua tangannya ke belakang, hingga sampai sejajar dada. Lalu...
"Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua tangannya kedepan. Seluruh tenaga dalamnya yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan juga dikerahkan. Seketika itu juga terdengar ledakan keras menggelegar begitu dahsyat. Akibatnya, bumi yang dipijak jadi bergetar hebat. Pepohonan bertumbangan tercabut sampai ke akar-akarnya. Dan bebatuan pecah berhamburan mengepulkan debu yang membumbung tinggi ke angkasa.
Pada saat itu, tiba-tiba saja badai topan yang mengamuk dahsyat berhenti seketika. Dan perlahan-lahan, Rangga menurunkan kedua tangannya. Tampak dadanya bergerak turun naik cepat sekali. Keringat mengucur deras membasahi seluruh tubuhnya. Jelas sekali kalau Pendekar Rajawali Sakti tadi mengerahkan seluruh kemampuan aji 'Bayu Bajra' pada tingkatan yang terakhir. Dan memang, hasilnya sungguh luar biasa. Hutan di sekitar bibir Lembah Kumala ini jadi porak-poranda.
"Kalian tunggu di sini," ujar Rangga tanpa berpaling sedikit pun.
Perlahan-lahan Pendekar Rajawali Sakti melangkah menuruni Lembah Kumala. Tebing lembah yang landai, tidak menyulitkan baginya untuk memasuki lembah itu. Sementara, perlahan-lahan Ki Arman dan Rinjani melangkah mengikuti sampai benar-benar berada di tepi bibir jurang. Mereka berhenti di sana, dan hanya memandangi Rangga yang terus melangkah semakin dalam memasuki Lembah Kumala ini.
Rangga baru berhenti melangkah setelah sampai di tengah-tengah lembah yang terlihat indah itu. Hamparan rumput yang tergelar bagai permadani, dan dihiasi bunga-bunga yang bermekaran menyebarkan harum wangi, membuat pemandangan di lembah itu terasa begitu indah. Namun di balik keindahan itu, tersirat sesuatu yang begitu mengerikan. Sesuatu yang teramat sukar dibayangkan.
"Hm...," Rangga menggumam perlahan. Kelopak mata Pendekar Rajawali Sakti jadi sedikit menyipit begitu melihat seonggok tulang-belulang manusia berserakan tidak seberapa jauh di depannya.
Dan tidak jauh di sebelah kanan, juga terlihat beberapa tulang tengkorak manusia berserakan. Demikian juga di samping kiri. Entah ada berapa tulang tengkorak kepala manusia di sekitar Rangga berdiri. Memang tulang-tulang itu tidak akan terlihat dari atas tebing lembah ini, karena tertutup rerumputan yang cukup tinggi hingga hampir sampai ke betis. Dan tampaknya, di sinilah si Setan Lembah Kumala menghabisi mereka yang mencoba memasuki daerah kekuasaannya diLembah Kumala ini.
"Kau sungguh berani datang ke tempatku, Anak Muda...!"
"Hm...."
Perlahan Rangga memutar tubuhnya berbalik, begitu tiba-tiba terdengar suara yang begitu dalam dari belakang. Kening Pendekar Rajawali Sakti jadi berkerut, dan kelopak matanya menyipit begitu didepannya kini sudah berdiri seorang laki-laki yang sukar untuk diketahui usianya.
Dia mengenakan baju warna hitam ketat. Sebilah golok berukuran begitu besar, tersandang di pundaknya. Dan di pinggangnya, menggantung sebilah pedang bergagang kuning keemasan yang bagian ujungnya berbentuk kepala tengkorak manusia.
"Kaukah yang bernama Ki Badranaya...?" tanya Rangga ingin memastikan.
"He he he.... Baru kali ini kudengar ada orang menyebut namaku yang benar. Dan biasanya, mereka selalu menyebutkan Setan Lembah Kumala," ujar laki-laki itu diiringi suara tawanya yang terkekeh mengerikan.
"Hm...," lagi-lagi Rangga menggumam perlahan.
Diamatinya wajah Ki Badranaya yang tampak rusak. Sebagian pipi kirinya mengelupas, hingga tulang pipinya yang putih agak kemerahan terlihat. Ada segaris luka memanjang membelah wajahnya. Dan sebelah matanya tampak bolong. Rambutnya yang panjang tak teratur, dibiarkan meriap. Sehingga tampang si Setan Lembah Kumala itu semakin mengerikan.
Dari luka-luka yang sudah mengering itu, Rangga tahu kalau Ki Badranaya sudah mengalami begitu banyak pertarungan. Dan luka-luka yang membuat wajahnya jadi rusak begitu pasti akibat dari pertarungannya dengan lawan-lawan tangguh. Bahkan kaki kirinya pada bagian betis disambung dengan besi baja berwarna hitam. Keadaan tubuh si Setan Lembah Kumala ini memang sudah tidak lagi sempurna. Begitu banyak cacat yang tampak pada dirinya, sehingga sukar diketahui berapa usianya.
"Kau lihat tulang-tulang yang berserakan itu, Anak Muda...? Mereka adalah orang-orang yang mencoba mengusik ketenteraman hidupku. Dan kau pasti sudah tahu, tak ada seorang pun yang bisa keluar dari daerah ku ini dalam keadaan selamat," kata Ki Badranaya, begitu dingin nada suaranya.
"Kau yang membunuh mereka semua?" tanya Rangga ingin tahu.
"Benar," sahut Ki Badranaya cepat.
"Kenapa...?"
"Mereka datang hanya untuk membunuhku. Mereka menganggap, aku orang yang paling berbahaya dan harus dilenyapkan. Kau tahu, Anak Muda. Aku hanya mempertahankan diri, dan sebenarnya pula tidak bermaksud membunuh mereka. Tapi mereka bermaksud membunuhku. Hm.... Kenapa kau datang ke lembah ini, Anak Muda? Dan siapa namamu?"
"Namaku Rangga. Kedatanganku ke sini hanya untuk lewat saja. Sedikit pun tidak ada maksud untuk mengusik kehidupanmu di sini. Kalau tidak keberatan, aku hanya ingin lewat tanpa harus mendapatkan kesulitan darimu," sahut Rangga kalem.
"Kedatanganmu saja sudah merusak keindahan lembah ini, Anak Muda," desis Ki Badranaya. "Hm..., namamu Rangga. Kau pasti yang dijuluki Pendekar Rajawali Sakti."
Rangga tersenyum.
"Maaf. Tadi aku hanya mempertahankan diri saja dari serangan badai mu," sahut Rangga sopan.
"He he he...! Ternyata kau bisa cepat tahu kalau badai itu aku yang buat, Anak Muda. Tidak percuma kau dijuluki Pendekar Rajawali Sakti. Dan tentu kepandaianmu juga sangat tinggi, sehingga bisa mengalahkan aji 'Badai Penyapu Bumi'. Kau tahu, Anak Muda. Baru sekarang aji 'Badai Penyapu Bumi' yang kumiliki bisa tertandingi. Dan aku yakin, kau pasti memiliki ajian-ajian lain yang lebih dahsyat," kata Ki Badranaya mengakui keunggulan Rangga tadi dengan hati tulus.
"Terima kasih," ucap Rangga seraya tersenyum. Rangga tahu, apa arti kata-kata si Setan Lembah Kumala. Dan sudah barang tentu bila diajak bertarung tidak mungkin bisa ditolak lagi. Meskipun terdengar begitu halus, tapi kata-kata tadi merupakan suatu tantangan. Ki Badranaya sudah menjual terlebih dahulu, dan Rangga tidak bisa mengelak untuk membelinya.
Mereka kini tidak berbicara lagi. Tapi sinar mata satu sama lain menyorot begitu tajam menusuk. Sepertinya, mereka sedang mengukur tingkat kepandaian masing-masing yang dimiliki. Perlahan mereka sama-sama bergerak ke samping, hingga membentuk lingkaran. Dan sorot mata mereka masih tetap tajam tanpa berkedip sedikit pun juga.
"Dengar, Anak Muda. Aku hanya mengenal satu kata dalam pertarungan. Mati...," desis Ki Badranaya, dingin sekali nada suaranya. "Jadi, kau tidak perlu sungkan-sungkan lagi. Kau harus dapat membunuhku kalau tidak ingin mati di sini seperti yang lain."
Rangga hanya diam saja, meskipun agak terkejut juga mendengar kata-kata Ki Badranaya barusan. Kata-kata yang tidak bisa dianggap enteng begitu saja. Dan tampaknya, Ki Badranaya memang bersungguh-sungguh. Hal itu terbukti dari tengkorak-tengkorak yang berserakan di tengah-tengah lembah ini. Pendekar Rajawali Sakti melirik sedikit pada Ki Arman dan cucunya yang masih berada di bibir tebing Lembah Kumala ini.
"Bersiaplah kau, Rangga. Hiyaaat...!"
Cepat sekali Ki Badranaya melompat menyerang sambil mengebutkan goloknya yang berukuran sangat besar. Angin menderu dahsyat begitu golok si Setan Lembah Kumala berkelebat cepat ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti.
Wusss!
"Hap!"
Hanya sedikit saja Rangga menundukkan kepala, maka golok berukuran sangat besar yang melayang deras itu lewat di atas kepalanya. Rangga segera menarik kakinya ke depan beberapa langkah begitu Ki Badranaya cepat menarik goloknya, dan mengebutkannya kembali ke arah dada. Kembali ujung golok yang berkilatan tajam itu lewat sedikit saja di depan dada Pendekar Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!"
Serangan Ki Badranaya rupanya tidak berhenti sampai di situ saja. Dua kali serangannya manis sekali dapat dielakkan, membuat si Setan Lembah Kumala itu semakin meningkatkan serangannya. Rangga cepat mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', menghadapi serangan-serangan yang dilancarkan laki-laki berwajah rusak dan penuh cacat di seluruh tubuhnya.
Sebentar saja dua orang berkepandaian tinggi itu sudah terlibat ke dalam pertarungan yang begitu dahsyat. Setelah melewati beberapa jurus, Rangga baru mengeluarkan jurus-jurus dari rangkaian lima jurus 'Rajawali Sakti'.
Namun begitu, hanya sesekali saja melakukan serangan balasan. Tapi itu juga sudah membuat Ki Badranaya harus berjumpalitan menghindarinya. Dan Rangga sendiri mengakui dalam hati kalau jurus-jurus yang dimiliki Ki Badranaya memang sangat dahsyat dan tidak bisa dianggap enteng.

67. Pendekar Rajawali Sakti : Perangkap BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang