BAGIAN 8

586 30 1
                                    

Rangga memandangi bangunan candi yang begitu besar ukurannya. Seluruh bangunan itu terbuat dari batu yang sudah ditumbuhi lumut tebal. Begitu sunyi sekitarnya, sehingga desir angin yang begitu lembut dan perlahan terasa jelas mengusik telinga. Beberapa saat Pendekar Rajawali Sakti mengamati keadaan sekitarnya. Sedangkan Ki Badranaya yang berada di sampingnya, hanya berdiam diri saja memandangi bangunan candi yang sangat besar ukurannya.
"Kau yakin ini tempatnya, Ki?" tanya Rangga, agak berbisik suaranya.
"Aku pernah satu kali datang ke sini bersama yang lain," sahut Ki Badranaya. "Waktu itu, aku masih bergabung dengan mereka. Aku dulu memang seorang tokoh hitam, Rangga. Penggabungan ku dengan mereka karena aku telah dikalahkan. Maka, aku, Rinjani, dan Ki Arman berupaya memancing mu ke sini. Jadi, waktu itu kami hanya bersandiwara saja. Dan begitu aku berhasil kau kalahkan, aku baru yakin kalau kau memang pendekar sejati. Itulah sebabnya, aku langsung memilih menjadi orang yang lurus. Aku telah banyak berdosa, Rangga."
Pendekar Rajawali Sakti hanya mengangguk-angguk mendengar penuturan Ki Badranaya. Sungguh hatinya merasa terharu mendengar penuturan yang polos dari laki-laki tua berwajah cacat itu.
"Apakah mereka semua orang persilatan sepertimu?" Rangga mengalihkan pembicaraan.
"Benar. Tapi, tidak semua sepertiku. Kebanyakan dari mereka memang ingin melenyapkanmu. Dan mereka bergabung merencanakan sebuah perangkap untuk menjebakmu. Waktu itu aku benar-benar terpaksa. Mereka telah mengalahkanku," jelas ki Badranaya.
"Berapa jumlah mereka?" tanya Rangga lagi.
"Aku tidak tahu pasti. Tapi sebagian pasti sudah kau hadapi," sahut Ki Badranaya.
Rangga tidak bertanya lagi. Memang selama pergi mengejar Pandan Wangi, sudah beberapa orang yang bentrok dengannya. Dan tampaknya mereka memang sudah mengetahui kalau Pendekar Rajawali Sakti sedang mencari Pandan Wangi. Saat itu, Rangga sama sekali tidak tahu kalau dirinya sedang masuk suatu perangkap. Dia kembali teringat kata-kata Ki Arman, yang sama sekali tidak diduga kalau laki-laki tua itu justru salah satu dari orang-orang yang menginginkan kematiannya. Benar-benar suatu perangkap berdarah. Persis seperti yang dikatakan si Tua Tukang Perahu itu.
"Kau yakin Pandan Wangi disekap di sini?" tanya Rangga lagi.
"Ya! Mereka menjadikan Pandan Wangi umpan untukmu," sahut Ki Badranaya lagi.
"Hm.... Bagaimana mereka bisa menangkap Pandan Wangi...?" Rangga menggumam seperti bertanya pada diri sendiri.
"Mereka tahu kalau Pandan Wangi sedang mencari sanak keluarganya. Dan kesempatan itu dimanfaatkan. Begitu bertemu Pandan Wangi, mereka mencampur pembius pada minumannya. Jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk menangkapnya," jelas Ki Badranaya kembali.
"Di mana mereka lakukan itu?" tanya Rangga lagi.
"Di dalam candi itu."
"Hm.... Kau tahu siapa otak dari semua rencana ini, Ki?" tanya Rangga lagi dengan suara terdengar agak menggumam.
Belum juga Ki Badranaya menjawab, tiba-tiba saja....

"Aku...!"
"Heh...?!"
Mereka jadi terkejut begitu tiba-tiba terdengar suara yang begitu lantang menggema. Dan tampak pada bagian tingkat kedua dari candi itu, berdiri tegak seorang gadis berwajah cantik. Tubuhnya yang ramping dan indah, terbungkus baju warna merah muda. Sebilah pedang tersampir di punggungnya.
"Mayang...," desis Rangga hampir tidak percaya dengan penglihatannya.
Bersamaan dengan itu, dari setiap pintu candi bermunculan orang-orang dari kaum persilatan. Dari pakaian yang dikenakan dan senjata yang disandang, sudah dapat dipastikan kalau mereka semua dari kalangan persilatan. Dan beberapa di antara mereka sudah dikenal Rangga, karena pernah berurusan dengannya.
Kini Rangga baru benar-benar mengerti kalau mereka bergabung untuk membalas dendam. Tapi, beberapa dari mereka yang belum dikenal Pendekar Rajawali Sakti sama sekali tidak diketahui tujuannya. Hanya dari keterangan Ki Badranaya saja yang mengatakan kalau mereka merasa terusik atas kemunculan Pendekar Rajawali Sakti.
Sedangkan tujuan gadis cantik berbaju merah muda yang dikenali Rangga bernama Mayang, tidak bisa dijelaskan lagi. Dan yang pasti, Mayang juga ingin Pendekar Rajawali Sakti lenyap, karena cintanya tidak pernah terbalaskan. Dan Rangga sudah menjatuhkan pilihan, serta menumpahkan cintanya pada Pandan Wangi. Lagi pula, Mayang sudah bersumpah untuk melakukan apa saja agar Rangga bisa terpisah dari Pandan Wangi.
"Kau bisa menghadapi mereka semua, Rangga?" tanya Ki Badranaya, seakan-akan meragukan kemampuan Rangga dalam menghadapi orang-orang persilatan yang berada di atas candi itu.
"Entahlah. Jumlah mereka terlalu banyak," sahut Rangga, agak mendesah nada suaranya.
Rangga memang jadi tidak yakin bisa menghadapi orang-orang berkepandaian tinggi yang berjumlah cukup besar itu. Terlebih lagi, sebagian dari mereka sudah diketahui tingkat kepandaiannya. Dan Rangga tidak bisa menganggap enteng. Apalagi kalau bersatu seperti ini. Rasanya, memang kecil sekali baginya untuk bisa mengalahkan mereka semua. Tapi, Rangga tidak ingin mengatakan kalau hari ini adalah akhir dari segalanya.
Walaupun disadari, kematian bukanlah sesuatu yang buruk bagi seorang pendekar. Dan juga disadari kalau kehadirannya dikalangan rimba persilatan, membuat banyak orang tidak menyenanginya. Terutama mereka dari kalangan persilatan golongan hitam. Sudah barang tentu mereka merasa terusik atas kehadiran seorang pendekar muda digdaya yang berkepandaian sangat tinggi dan sukar dicari tandingannya.

67. Pendekar Rajawali Sakti : Perangkap BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang