Satu

71 1 0
                                    

Rintik-rintik hujan mengetuk jendela kamar Kaila atau sering disapa Kai saat dia tengah memikirkan perihal gaun apa yang akan dikenakannya besok hari. Di samping itu, sebagian siswa lain sedang ramai berdiskusi di group chat perihal kenang-kenangan apa yang cocok diberikan untuk Bu Rosa. Ia adalah wali kelas XII Kai di SMA. Kebetulan, besok adalah perpisahan sekolah. Untuk kali ini, tak seperti biasanya Kai begitu berat memikirkan pakaian apa yang akan dikenakannya esok hari. Gadis ini termasuk ke dalam perempuan yang cuek akan penampilan. Karena bingung, lalu ia meminta pendapat kepada kawan-kawannya. Dan jawaban-jawaban mereka adalah seperti ini:

Idam : Loe cocok pake baju tentara. wkwk

Ahmad : Pake jas aja samaan kayak kita :D

Azka : Ya ampun, loe masih nanyain pake baju apa? Loe cewek, ya jelas pake kebaya lah!

Jawaban-jawaban kawan sepergeng-annya itu memang ambyar. Namun yang menurut Kai paling benar yaitu pendapat Azka, yakni memakai kebaya. Sedikit risih dan memalukan. Kai yang gayanya cukup tomboi tak pernah membayangkan suatu saat ia akan memakai baju yang bisa membuat kulitnya gatal tersebut. Akan tetapi, ia tak punya pilihan lain. Karena biasanya di setiap acara perpisahan, siswa-siswanya memakai kebaya. Dan untuk perpisahan di sekolahnya, tak ada instruksi untuk memakai kebaya atau dreescode yang lain. Kemudian Kai teringat jika ia menyimpan sebuah kebaya bewarna merah milik almarhumah ibunya.

Dibukanya lemari, dan ia ubek-ubek isinya. Ternyata kebaya tersebut terletak di jajaran paling bawah pakaian. Membayangkannya saja ia sudah ngeri. Ia hampiri cermin untuk memastikan apakah ia cocok memakainya atau tidak. Alhasil, Kai bergidik ketika menaruh kebaya tersebut di depan badannya itu. Lantas ia lempar kebaya itu ke kasur.

"Ih sumpah enggak cocok banget gue pake baju yang kayak gini"

Tapi apa boleh buat, dia tetap harus memaksakan memakainya. Hari sudah larut malam. Kai tidak bisa mencari baju lain yang bisa ia kenakan. Bahkan setelah ia menggeledah semua isi lemari, tak ditemukan ciri-ciri baju yang menyerupai baju wanita. Semuanya berupa kaos dan jeans. Lagi pula tak akan ada yang terlalu memperhatikan penampilannya kecuali cebong-cebong Idam, Ahmad, dan Azka. Satu sekolah tak akan mempedulikannya, toh Kai bukan termasuk ke dalam siswa populer apalagi berprestasi. Begitu pikirnya.

"Bodo amat. Yang penting gue pengen cepet lulus dari SMA itu"

Panggil Aku UKHTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang