Enam

17 1 0
                                    

Menghitung hari, kira-kira selama satu bulan Kai hanya rebahan di kamar. Menunggu pengumuman SBMPTN membuatnya harus mempersiapkan rencana cadangan jikalau tidak lolos. Namun rencana tersebut nyatanya tak usah ada. Kai akhirnya diterima di jurusan dan kampus yang sesuai dengan kemauannya. Hasil dari jerih selama berminggu-minggu belajar di kamar pun berbuah manis. Keinginan Ayah bisa Kai tangkis juga. Dengan wajah pasrah, Ayah terpaksa menyetujui pilihan anaknya. 

Di hari pertama ospek, Kai merasa biasa saja. Tak banyak mengeluhkan apa yang diperintahkan kakak tingkat yang menjadi panitia, karena menurutnya masih wajar-wajar saja. Terik matahari yang menyegat kulit setiap mahasiswa baru membuat masing-masing dari mereka mengipas-ngipas badannya dengan buku, mengelap keringatnya dengan tisu, dan melipat baju bagian tangannya sampai siku. Kegiatan mendengarkan materi yang dilakukan di tengah lapangan tersebut sudah tidak kondusif. 

Saat memperhatikan kondisi sekitar, mata Kai tertambat pada seorang perempuan yang duduk di barisan kedua setelah barisan tempat duduk Kai. Di balik suasana gerah seperti itu, masih ada mahasiswa yang memakai kerudung panjang sekali sampai menutupi bokong.

"Gak gerah tuh badan" sindir Kai dalam hatinya.

Ketika semua mahasiswa disuruh berdiri oleh panitia, dengan gesitnya Kai berdiri karena firasatnya mengatakan jika itu adalah kode ospek di hari pertama itu akan segera berakhir. Lagi-lagi, matanya tertambat pada perempuan berkerudung panjang tadi. Ketika hendak berdiri, kerudung panjang yang menjulur sampai tanah itu terinjak oleh mahasiswa yang duduk di belakangnya. 

"Hahaha. Itu kerudung atau mukena" Kai malah tertawa dan secara tidak sadar mengucapkan perkataan tersebut. Awalnya mahasiswa lain ikut menertawakannya, namun lama kelamaan karena Kai terlalu berlebihan, mereka pun menjadi menatap sinis Kai. Perempuan berkerudung panjang itu sekali pun hanya membalas hasil tawanya dengan senyuman dengan ekspresi malu.

***

Hari kedua ospek berjalan seperti biasa. Membosankan dan membuat setiap mahasiswa mengeluh karena teriknya matahari. Di sela waktu isoma, Kai memutuskan untuk pergi ke kantin membeli kudapan untuk mengisi perutnya. Di sebuah lorong yang menghubungkan kantin dan lapangan, Kai menabrak seseorang.

"Sorry" ujarnya.

Kai hanya menatap datar orang tersebut. Sekilas ia perhatikan wajahnya yang sangat mulus, bibirnya yang merah merona, matanya yang bulat seolah-olah memancarkan cahaya. Dan satu lagi, rambutnya yang lurus sepunggung agak bergelombang dan bewarna hitam mengkilat itu menjatuhkan fokusnya. 

"Benar-benar perempuan idaman semua laki-laki"

Walau sama-sama memiliki mata bulat, namun penampilan perempuan tersebut dan Kai jauh berbeda sekali. Kai yang kucel, cuek dengan gaya berpakaian, serasa otomatis dijatuhkan oleh paras cantiknya tersebut. Dalam benaknya terbesit memikirkan kapan ia bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya. Di mana ia sudah bisa membenahi prilaku tomboinya, berprilaku sebagai perempuan sebagaimana mestinya dan tentunya bisa merubah penampilannya yang sekarang.

Setibanya di kantin, ia berkunjung ke warung yang menjajakan berbagai macam gorengan. Ketika hendak membayar, di dalam warung tersebut terlihat seorang laki-laki yang tak asing wajahnya. Ia sedang duduk membaca al-quran tanpa mengindahkan banyaknya orang yang lalu lalang di depan warung tersebut. Spontan kepala Kai mengingatnya. Dia Bilal, si lelaki penyelamatnya saat terjebak di toilet itu.

Panggil Aku UKHTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang