Dua

50 1 0
                                    

Burung saling sahut-sahutan dan menonton Kai yang sedang berdandan di depan cermin. Berkali-kali ia coba menyanggul rambut sepundaknya itu, tak juga bisa. Burung yang melihatnya pun tertawa akan apa yang dilakukan Kai. Saat akan mengoleskan lipstik di bibirnya, ia bersin dan tak sengaja mencoret pipi sebelah kananya.

"Ampun. Ini benda sekalinya gue pakai, malah bikin bibir belepotan"

Ini sudah pukul 06.45 dan acara perpisahan akan dimulai pukul 07.00. Karena tak punya waktu lagi untuk berdandan, Kai putuskan hanya memakai cream wajah dan membiarkan rambutnya terurai. Untuk membuat rambutnya terlihat sedikit rapi, ia jepit poninya ke sebelah kiri.

Terlanjur, sekarang sudah pukul 06.50. Kai masih menunggu ojek online yang dipesannya di depan rumah. Lima menit kemudian, ojol pun datang.

Ojol itu mengasongkan helm , "Ini neng"

"Enggak usah mang. Saya udah telat nih" Kai terlihat terburu-buru menaiki motor. Ojol tersebut menyimpan helmnya kembali.

"Punten neng, lebih bagus duduknya nyamping", ujar ojol melihat rok batik yang dipakai Kai tertarik ke atas sampai lutut.

"Kenapa gitu bang?" panggilan mang dan bang terdengar tidak konsisten. Kai belum cukup terbiasa berinteraksi dengan warga Kota Bandung. Ia baru tiga tahun menetap di sini karena sebelumnya tinggal di Depok.

"Enggak enak aja dilihatnya"

"Bener-bener nih ojol, apa pedulinya sih dia sama betis gue. Pacar bukan, suami bukan" gumam Kai dalam hatinya.

Seketika, datang rombongan siswa sekaligus santri laki-laki yang hendak berangkat ke Madrasah Aliyah Al-Ikhwan yang terletak di dekat rumahnya. Entah kenapa, melihat mereka Kai seolah menuruti apa perkataan ojol tersebut.

Akhirnya Kai duduk menyamping. Perasaannya setengah dag-dig-dug karena ia sudah telat datang ke acara terakhir di sekolahnya tersebut. Di tengah perjalanan, Azka mengirim pesan kepada Kai yang tertuliskan "Kai, mati loe"

Panggil Aku UKHTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang