Tujuh

7 0 0
                                    

"Itu Bilal" kata Kai dalam hatinya. Ia terkejut mengapa dia bisa ada di kantin ini, kampus ini. Saat akan membayar, ia memastikan jika dirinya jangan sampai terlihat oleh Bilal. Karena jika hal itu terjadi, mau ditaruh ke mana mukanya setelah kejadian terjebak di toilet tempo dulu itu.

Akhirnya, Kai pun berhasil lolos keluar area kantin. Penampakkan Bilal tadi membuatnya menjadi tidak tenang. Besar kemungkinan, Bilal pun kuliah di fakultas yang sama dengannya. Dan lebih parahnya, kemungkinan juga Bilal bisa saja sekelas dengannya. Benar-benar ekspektasi yang cukup mengerikan bagi Kai. Pasalnya, entah mengapa Kai yang selama ini termasuk orang yang cuek, setelah bertemu Bilal, ia tak bisa mengindahkan rasa malu kepadanya. Terlebih ketika sudah bertemu lagi seperti ini. Bisa-bisa, Kai akan menjadi seorang pemalu selama kuliahnya.

***

Menunggu dosen di hari pertama kuliah adalah sesuatu yang memainkan imajinasi mahasiswa. Mendengar nama Bung, seorang dosen pengantar Ilmu Komunikasi, Kai memetakan jikalau Pak Bung tersebut adalah sosok pria yang tegar, bijaksana, dan memiliki darah nasionalisme yang mengalir dalam setiap sikap dan prilakunya. 

Sudah setengah jam dari waktu kelas seharusnya dimulai, Pak Bung masih belum datang. Semua mahasiswa asyik dengan obrolannya masing-masing. Tidak dengan Kai, dia hanya diam dan memilih tenggelam bersama handphonenya dibanding berkenalan dengan teman-teman barunya tersebut. Sampai Kai mendengar obrolan beberapa teman laki-laki yang duduk di belakangnya.

"Dia ansos kayaknya"

Mendengarnya Kai merasa tersindir. Di antara semua mahasiswa kelas tersebut, mungkin hanya Kai yang belum memiliki kenalan di hari pertama kuliah. Sontak, Kai langsung berbalik badan dan menggubrik perkataan Amar.

"Loe tau apa soal gue?" tanya Kai sinis.

Amar bingung harus menjawab apa.

"Eh kok loe tiba-tiba bilang gitu?" tanya balik Amar.

"Harusnya gue yang bilang kayak gitu. Apa maksud ucapan loe tadi?" Kai menekan Amar.

"Hah yang mana sih, gue enggak ngomongin loe. Gue tadi bilang itu buat nyindir dia" Amar menunjuk seorang mahasiswi yang duduk di belakang Kai.

Ketika Kai lihat, ternyata perempuan itu tak asing di matanya. Dia adalah orang yang saat ospek ia tertawakan. Dan ternyata, perempuan itu pun sama seperti dirinya. Lebih banyak diam dibandingkan bercakap dengan orang sekitar. Bedanya, Kai lebih sibuk dengan handphonenya, sedangkan perempuan itu lebih sibuk membaca buku atau sesekali membuka al-quran.

"Huh. Berarti ada dua orang yang ansos nih. Haha" ejek Amar setelah Kai mengetahui yang sebenarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panggil Aku UKHTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang