Brian
"Selamat pagi semuanya. Seperti yang sudah Pak Sungjin kabarkan semalam, hari ini bos baru kita akan datang. Dia ini kakak kandung saya yang kebetulan udah enam tahun hijrah ke Amerika. Yuk bang kenalan."
Aku menatap Daniel sambil tergelak pelan. Adik semata wayangku itu memang receh, nggak berubah dari dulu. Setelah menatap Daniel, aku pun beralih memandang satu per satu pegawaiku, sampai mataku jatuh ke satu titik. Aku tersenyum.
"Perkenalkan, saya Kang Brian. Kalian bisa panggil saya Brian. Jangan terlalu sungkan," kataku.
Semua orang bertepuk tangan, bersorak menyambutku. Ya, semua menyambutku, kecuali satu orang. Perempuan satu-satunya yang ada di tempat ini.
"Nah, sekarang giliran kalian. Yuk Pak Sungjin," ujar Daniel. Pak Sungjin menatapku lalu membungkuk sopan.
"Saya Park Sungjin, kadiv keuangan Day6 Bakery," katanya ramah. Aku memang belum kenal secara personal dengannya. Tapi menurut cerita Daniel, keuangan Day6 Bakery nggak akan berjalan lancar tanpa kehadirannya.
"Saya Dowoon, trainee baru, Pak. Paling bontot," ujar Dowoon sambil tertawa. Aku tergelak. Kudengar dia seumuran dengan Daniel.
"My name is Jaehyung, you can call me Jae. Glad to see you, Brian."
Jae mendekatiku lalu memelukku tanpa canggung. Kudengar dia lama tinggal di LA. Yeah, aku suka gayanya.
"Me too, Jae," jawabku. Mataku menatap laki-laki di samping Jae setelah dia melepas pelukannya.
"Saya Kim Wonpil, Pak."
Aku mengangguk sambil membalas uluran tangannya. Setelah Wonpil, mataku beralih menatap perempuan di sampingnya. Suasana menjadi hening persekian detik. Perempuan itu menatapku datar, berbanding terbalik dengan senyumku yang enggan luntur.
"Lee Sela."
Dan seperti dugaanku. Hanya sebuah nama yang berhasil aku dengar dari bibir manisnya. Aku, kembali tersenyum.
🍰
Perlu kuakui, bakat Daniel di bidang bisnis mulai meningkat sedikit demi sedikit. Aku cukup puas dengan Day6 Bakery yang terus berkembang. Dari ruangan Daniel yang nantinya akan jadi ruanganku, aku bisa melihat betapa ramainya toko roti yang sudah kubangun hampir empat tahun ini. Ralat, kubangun dengan bantuan Daniel.
Kudengar, banyak anak muda datang ke sini hanya untuk melihat Dowoon cs. Yeah, harus kuakui kalau pegawai good looking jadi salah satu magnet untuk menarik pelanggan.
Di tengah-tengah keseruan menelisik tiap sudut Day6 Bakery yang makin luas dan ramai, mataku justru jatuh di satu titik. Salah satu pemandangan yang jadi favoriteku sejak kakiku menginjak tanah Seoul. Tanpa sadar tanganku terlipat di depan dada. Mataku menyipit. Otakku berusaha meningkatkan kadar konsentrasiku.
Bahkan di depan pelanggan pun dia masih memasang wajah yang sama. Jujur, salah satu hal yang paling aku benci adalah karyawan dingin dan arogan. Tapi dia...aku bahkan nggak bisa melepaskan pandanganku darinya.
"Lihatin apa, Bang?"
Suara Daniel menginterupsiku. Tangan kanannya menyerahkan segelas kopi. Tentu, aku menerimanya dengan senang hati.
"Apa dia memang seperti itu?"
"Dia siapa?" Aku menunjuknya dengan daguku. "Ah, Sela?"
"Hm."
Daniel meneguk kopinya, pun denganku. "Emang settingannya kayak gitu, Bang. Dua tahun kenal dia, nggak pernah sekalipun aku lihat dia senyum. Beberapa pelanggan pernah komplain sih, cuma ya gimana ya."
"Gimana apanya?" kepoku. Daniel menyipitkan matanya yang memang sudah sipit itu.
"Jangan bilang Abang suka sama Sela?"
Aku terdiam begitu mendengar pertanyaannya. Daniel terus menatapku, menunggu jawaban keluar langsung dari mulutku.
"Mungkin?"
"Bang..."
"Hm?"
Daniel meletakkan kopinya di atas meja lalu menatapku serius. Aku hanya mampu mengangkat salah satu alisku, bingung. Dia kenapa?
"Abang bercanda kan? Baru empat jam yang lalu Abang kenal sama Sela. Nggak mungkin tiba-tibaㅡ"
"Sembilan puluh detik."
"Ha?"
Aku tersenyum. "Butuh waktu sembilan puluh detik sampai empat menit bagi seseorang untuk jatuh cinta. Empat jam bukannya lebih dari cukup?"
"Ck, Abang!"
Aku tergelak melihat reaksinya yang terlihat sedikit keras, cenderung nggak suka itu.
"Kenapa? Kamu suka Sela?"
"Nggaklah!"
"Terus?"
Daniel mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Katanya, dia bukan cewek baik-baik."
"Katanya? Kata siapa?"
"Ya kata orang-orang," jawabnya. Aku mengernyit. Jujur, aku benci kabar dari 'kata orang-orang'. Manusia jaman sekarang lebih jahat dari setan, terkadang.
"Aku nggak percaya kata orang-orang."
"Ck, aku serius, Bang. Nih ya, kata orang-orang, Sela itㅡ"
PYAAAR!
Suara ribut di luar sana berhasil menghentikan kalimat Daniel. Sedetik kemudian, aku bisa mendengar Dowoon meneriakkan nama Sela dengan lantang.
🍰
Brian when ngeliatin Sela dari ruangannya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Brian
FanfictionSepenggal kisah cinta nano-nano si chef ganteng, Kang Brian. Gyutoprakㅡ2020