Ola mengeratkan pelukannya pada tubuh Brian meski kaki kami telah berhenti melangkah. Bibi Minyoung yang kebetulan tengah berada di luar rumah langsung menatap Ola curiga.
Ck, waktu yang tidak tepat.
"Ola, udah sampai. Turun dulu yuk," kataku. Ola langsung menggeleng sambil menyembunyikan wajahnya di leher Brian.
"Nggak mau!"
"Olaㅡ"
"Ola masuk dulu ya sama Bibi Minyoung. Nanti Om sama Sela nyusul."
Bujukan lembut Brian sepertinya membuahkan hasil. Ola langsung menatap Brian dengan wajah lesunya.
"Janji?"
"Iya sayang, janji."
Ola pun bergegas memeluk Bibi Minyoung setelah lepas dari gendongam Brian. Lihat, siapa sebenarnyaㅡ
"Bibi, tadi Sela ketemu Om jahat di depan minimarket. Ola takut."
Aku memijat pelipisku gusar. Astaga, seharusnya aku tidak mengajarkan Ola kejujuran kalau ujung-ujungnya seperti ini.
"Om jahat? Siapa?"
"Nggak tahu, Bi. Tatonya banyak. Serem."
Benar saja, Bibi Minyoung langsung menatapku kaget. Aku hanya bisa mendesah. "Bibi bawa masuk Ola dulu."
Bibi Minyoung membawa masuk Ola tanpa bertanya lebih jauh. Tentu saja, dia pasti tahu siapa Om jahat, seram dan bertato yang Ola maksud. Dia pasti tahu.
Kuhembuskan nafas panjang sebelum beralih menatap Brian. "Sayaㅡ"
"Kamu masuk juga, Sel."
"Apa?"
Brian menatapku serius. Tatapan paling serius yang pernah aku lihat dari seorang Kang Brian.
"Kamu nggak perlu cerita kalau memang belum siap. Saya akan pura-pura nggak lihat kejadian tadi."
Aku terdiam. Entah kenapa kalimatnya terdengar sangat menenangkan. Rasa kalutku perlahan mulai hilang.
"Tapi satu yang harus kamu tahu, Sel."
Dia kembali bersuara, dan kali ini aku hanya diam sambil menunggu Brian melanjutkan kalimatnya. Aku penasaran.
"Saya tipe orang yang nggak bisa mengontrol emosi. Saya bisa lakukan apapun pada siapapun yang suka mengusik orang yang saya sayang. Saya nggak pernah main-main dengan ucapan saya."
Aku mengernyit. Apa maksud laki-laki ini?
"Hari ini saya akan diam. Tapi, kalau brengsek itu berani datang menemui kamu dan Ola lagi, saya minta maaf."
Aku menghela nafas pelan. "Saya tidak mengerti kenapa Bapak harus minta maaf seperti ini. Sayaㅡ"
"Karena pada saat itulah kamu melihat sisi terburuk dari diri saya. Sisi paling buruk dari seorang Kang Brian."
Aku terhenyak. Cukup lama sampai tulangku sedikit menggigil akibat suhu di musim dingin menjelang semi ini. Brian yang tengah berdiri di hadapanku kembali tersenyum sambil mengusap tangannya beberapa kali.
"Saya nggak mau menunjukkan sisi buruk itu di depan kamu, Sel. Tapi kalau terpaksa ya...siap-siap aja kamu lihat saya dan si brengsek itu ditahan di kantor polisi."
"Apa?"
Brian memegang bahuku lalu mendorong pelan tubuhku mendekati pintu. "Masuk, Sel, di luar dingin. Sampein maaf saya ke Ola ya. Bilang aja kalau besok saya yang nganterin dia ke sekolah."
"Memang saya setuㅡ"
"Kalau Ola setuju mamanya harus setuju. Oke?"
"Peraturan macam apa itu?" protesku. Brian tergelak sambil melambaikan tangannya di udara.
"Sampai ketemu besok. Jangan sakit, Sel. Kalau mau nangis telepon saya."
"Ck, apa-apaanㅡ"
"Nanti saya langsung on the way sini sambil bawa teddy bear buat kamu peluk."
Aku menggeleng, benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran laki-laki ini.
🍰
Yuq dipilih....
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Brian
FanfictionSepenggal kisah cinta nano-nano si chef ganteng, Kang Brian. Gyutoprakㅡ2020